Anaknya mirip suamikuPart 28(dilaporkan masalah KDRT?)"Apa yang sudah dapat, Mbak?" tanya Nayla lagi."Bukan apa-apa, Tante. Hanya hasil ujian semesterku," sahut Nana duluan. Aku saja masih pikir jawab apa."Oh, aku kira ada masalah," jawab Nayla sambil duduk.Mereka duduk di sofa, tempatku biasa menonton televisi."Ma, aku berangkat dulu." Nana mencium punggung tanganku, lalu punggung tangan Nayla, Ratih dan Jhoni."Hati-hati ya, Na," ucap Ratih."Iya Tante." Nana berlalu menuju pintu.Kini, kami sudah duduk berkumpul di ruang tengah."Loh, kok televisinya nggak ada, Mbak?" Ratih menujuk ke arah televisi yang biasa terpajang. Kini tak terlihat."Mungkin dijual mas Denis," jawabku enteng."Dijual Mas Denis? Kok bisa, Mbak?" timpa Jhoni terkejut."Karna aku nggak kasih uang pinjaman.""Tapi mas Denis, 'kan, masih suamimu, Mbak," ucap Nayla. Terdengar ia seperti kurang suka dari ucapanku."Status di KK aja, bentar lagi KK-ku juga bakalan berubah.""Kamu nggak serius, 'kan, Mbak?" Nayl
Anaknya mirip suamikuPart 29 (hasil tes DNA)"Sabar, Mbak, mungkin Mas Denis khilaf atas laporan ini," ucap Jhoni, lagi-lagi membela saudara sepupunya."Oh, jadi khilaf lagi? Nggak masalah, aku iklas kok dilaporin," jawabku santai, lalu melangkah ingin pergi."Mbak El, sebaiknya pulang bareng aja."Langkahku terhenti."Nggak usah Jhon, aku nggak mau semobil ma dia, ntar ada KDRT lagi gimana? Lagian tu mobil juga mau kujual.""Kok dijual? Ini kan mobilku, El." Akhirnya mas Denis bersuara."Uangmu? Kerja keras dari mana? Toko aku yang punya, modal juga aku yang punya, lah kamu? Kamu tu cuma numpang hidup, Mas," cerocosku."Tapi aku yang kelola toko kain selama ini.""Iya Mbak El, Mas Denis juga usaha kok," timpa Jhoni."Usaha apaan? toh uangnya pergi entah ke mana.""Setiap bulan sepuluh juta, kan?""Sepuluh juta dikasih, habis tu lima belas juta diminta lagi, alasannya bantu ini lah, buat itu lah. Nyata uang dipakai untukmu bikin anak lagi."Mas Denis terdiam lagi, mukanya merah tanpa
Anaknya mirip suamikuPart 30 (mengusir)Rasanya dadaku sesak mendengar pengakuan Ratih. Tak pernah terduga dulunya seorang Ratih bisa melakukan ini padaku. Wanita yang terlihat lembut dan sangat perhatian, tapi menyimpan kebusukan yang rapat hingga dari mulutnya sediri bangkai itu dikeluarkan. Astagfirullah'alazimm."Tolong maafkan aku, Mbak, tolong maafkan aku ...." Ratih menatapku dalam deraian air mata.Aku diam berusaha tenang. Kuhapus air mata. Rasanya perih, mereka sekongkokol dan mungkin mentertawakan kebodohanku selama ini. Bertahun-tahun lamanya."Tante mikir nggak sih? Mamaku sudah baik pada kalian!" Nana ikut menumpahkan kekesalan.Ratih tidak menjawab. Menangis, hanya itu yang dilakukannya."Setelah ini wanita mana lagi yang akan menjerit dari ulah Papa? Berapa orang lagi!" Nana menatap Papanya dengan kesal."Apa kalian senang selingkuh selama ini dan mentertawakanku?" Kutatap Ratih dan mas Denis bergantian."Tidak Mbak, hanya sekali dan itu dulu saat aku goyah dalam masa
Anaknya mirip suamikuPart 31 Penyesalan. Tidak ada yang gratispov RatihYa Allah, tolong maafkan dosaku. Jika dulu aku terpengaruh mas Denis dan dikuasai nafsu karena perhatian atau rayuan mas Denis. Tidak dengan sekarang, aku hanya sekali melakukannya hingga Ayu ada di rahimku. Aku menyesal, aku sangat menyesal mengkhianati mbak Elya yang begitu baik bahkan lebih dari saudara kandung. Tapi sekarang ....Rasanya hatiku hancur saat melihat mbak Elya tahu. Apa lagi terputusnya tali persaudaraan ini. Inilah resiko dari perbuatanku, bahkan untuk membesarkan Ayu, aku harus berjuang tanpa suami. Mas Denis belum tentu bisa menafkahi Ayu, televisi mbak Elya saja sudah hilang dan bahkan mungkin sudah dijualnya. Mas Denis miskin karena ditinggal mbak Elya."Dikiranya dia wanita hebat bisa seenaknya bicara merendahkan orang." Nayla duduk bersilang kaki menumpahkan kekesalan."Tapi kita emang salah, Mbak," tukasku."Sekarang mau dapat uang dari mana? Aku sudah bilang kontrol bicaramu, padahal s
Anaknya mirip suamikuPart 32 (terjebak cabe-cabean)Pov DenisKacau! Aku harus ambil hasil toko yang dikelola Reni. Uangku semakin menipis, kemarin hanya dapat empat juta dari jual televisi, itu pun aku jual murah karena kepepet. Ugrh!"Bagi rokokmu, Jhon," pintaku sambil duduk di teras. Beberapa gadis SMP memanjakan mataku melewati jalan depan rumah. Cantik-cantik imut, bikin gemes."Nih." Jhoni menyodorkan rokoknya.Kuterima rokok itu lalu menyalakan apinya."Banyak gadis ABG, ya, Jhon," ucapku sambil menghembuskan asap rokok. "Namanya juga masih pagi, pasti banyak yang ke sekolah, Mas."Menikmati rokok, apa salahnya menikmati gadis muda, toh sekarang aku butuh hiburan, kalau ke tempat Mia, pasti yang ditanya uang, sama seperti Susi. Kalau Reni, dari kemarin masih sebatas janji nikah, Susi ngancam bunuh diri jika aku menikahi kakaknya. Ribet, lebih baik aku menghindar dulu.Ponselku berdering, ada WA masuk dari Delima, segera kubaca dengan hati rindu bergelora.[Om, kangen nggak m
Anaknya mirip suamikuPart 33 (Sial lagi)Pov Denis."Kamu kanapa, Mas?" tanya Jhoni.Aku diam berusaha menggapai kursi, duduk. Rasanya mukaku sakit semua."Loh, kok mobilmu nggak ada, Mas?" tanya Nayla berdiri di depan pintu melihat ke halaman depan.Aku masih diam, menarik napas panjang. Rasanya hidupku sial. Sial sekali, aku miskin, mobilku lenyap ...."Kok, nangis sih, Mas? Mukamu kenapa lebam?" Jhoni menyentuh pipiku."Sakit!" teriakku. "Baru juga menyentuh dikit, Mas.""Iya, sakit!" Dikiranya nggak sakit apa? Menggerakkan mulutku saja sangat sakit terasa. Tapi lebih sakit hatiku, mobilku ...."Kamu pasti dirampok, Mas. Ayo lapor polisi," tukas Nayla bersemangat."Iya, Mas, mobilmu hilang, mukamu bonyok, kita lapor, Mas." Kali ini Jhoni bersuara.Aku menyeka air mata dengan apa yang kualami hari ini. Semua yang kuinginkan tidak di dapat, tapi kesialan mengikuti setelah Elya mengusirku."Jangan nangis, Mas. Jadi laki nggak boleh cengeng! Ugh! Kok bisa-bisanya adikku terpikat ma
Anaknya mirip suamikuPart 34 (Dimakan tikus)Pov Nayla"Mbak, aku butuh uang, dari pagi kami belum makan," ucap Ratih di ponsel.Siang ini setelah mas Denis dan suamiku pergi ke rumah mbak Elya. Aku duduk manis menunggu mereka sambil menikmati teh hangat dan bisciut. Sebentar lagi mereka pasti bawa uang banyak. Aku yakin karena mas Jhoni sangat menyayangiku."Nggak punya uang tapi bisa beli pulsa, jangan bohong, Rat," jawabku sambil mengunyah."Ini masih kuota gratis nelpon satu bulan yang kubeli dulu, Mbak. Tolong lah, kami lapar.""Minta Mas Denis lah, ia kan Bapaknya," jawabku sewot. Mereka yang punya anak, kok malah aku yang kasih makan. "Sudah kuhubungi, tapi ponselnya nggak aktif, atau bantuin aku minta ke mas Denis, Mbak.""Nanti kubilang, udah ya, aku sibuk nih," ucapku ingin menutup ponsel."Tungu tunggu, Mbak.""Apa lagi?""Tolong pinjami aku uang seratus ribu, atau lima puluh juga boleh." Huh! Lagi-lagi Ratih memohon. Sejak kapan ia punya mental pengemis. Menyusahkan aja
Anaknya mirip suamikuPary 35 (Hah?)Tinggal di ruko ini terasa lebih tenang. Hampir dua puluh tahun aku bersama mas Denis. Awalnya aku sangat bahagia, ditambah kehadiran Nana. Tak peduli status mas Denis bekerja dari modal orang tuaku, yang penting aku tidak kekurangan uang. Tapi, semua hanya palsu, dia memanfaatkan aku demi nafsu yang tak terlihat selama ini. Bodohnya aku, bahkan perselingkuhannya bersama orang-orang terdekat. Aku dimanfaatkan. Mungkin luka ini tak kan pernah sembuh, mungkin."Kok melamun, Ma?" "Ah, kamu, Na." Aku terperanjat. Ternyata Nana sudah duduk di kursi depan mejaku."Mama mikirin Papa, ya?" Mata Nana penuh selidik."Kamu sudah makan?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Udah, oh ya, Ma, kita jalan-jalan yuk?" "Ke mana?""Kemana aja, bosan di sini terus.""Kamu tidak suka tinggal di ruko? Maaf ya, Mama butuh waktu untuk balik lagi ke rumah lama kita. Banyak hal indah dan banyak juga hal paling menyakitkan.""Bukan gitu, Ma. Aku tak keberatan rumah kita di ko