Anaknya mirip suamiku_________________________"Ini anakmu, Nay?""Iya, Mbak. Cantik 'kan?""Cantik, tapi ...." Aku tidak melanjutkan perkataan, entah kenapa rasanya aku melihat anak Nayla mirip dengan suamiku. Sangat mirip."Tapi kenapa Mba?" Nayla tetap sibuk menyuapi putrinya makan, sedangkan putri sulungnya sedang nonton kartun. Kami duduk di sofa depan televisi yang dibiarkan menyala. "Berapa umurnya?" "Sebentar lagi tiga tahun, Mbak lupa ya, aku pergi dari kota ini saat hamil muda," jawab Nayla sambil tersenyum kecil."Oh, aku lupa." Aku ingin berkata lagi tapi tidak jadi. Rasanya aku ingin bertanya siapa ayah biologisnya, tapi terhalang kalau Nayla sudah jelas istri dari Jhoni-sepupu suamiku."Halo, Cantik, namanya siapa?" Aku menyapa anak bungsu Nayla."Ayu Nda," jawab sibungsu."Mamam yang banyak, ya."Hari ini kami berkumpul di rumah nenek suamiku. Setelah beberapa tahun, kami bertemu lagi. Nayla dan Jhoni pulang dari perantauan, mereka meninggalkan kota ini dulunya saat
Anaknya Mirip Suamiku(2)_________________________Seperti biasa, aku mengontrol karyawan konveksi-ku. Setiap ada orderan, aku lah yang mengurus hingga mencatat pembukuan beberapa toko yang berhutang. Tapi masalah pembukuan toko kain, sepenuhnya kuserahkan pada mas Denis. "Bu, ini baju yang diminta Bapak," ucap Reni sambil meletakkan tiga helai baju di atas meja, tepat di samping laptop-ku."Baju? Kapan Bapak memintanya?" Aku heran menatap baju itu. Tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahunan. Pikiranku teringat Ayu putri ke dua Nayla."Barusan Bapak menelpon minta tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahun. Tadinya kubilang dijahitkan atau stok yang tersedia, Bapak bilang yang tersedia aja, Bu," jawab Reni.Reni karyawan kepercayaanku. Dia bekerja dari pertama aku membuka usaha ini. Dia juga bisa menjahit, bahkan adiknya-Susi juga ikut bekerja di toko kain yang dikelola suamiku."Baiklah, nanti biar aku yang memberikannya pada Bapak." "Papa tidak bilang ini untuk si
Anaknya Mirip Suamiku(3) Tukang bakso saja ada yang mirip Raffi Ahmad, trus kenapa ada bukti transfer uang ke rekening Nayla?🥀🥀🥀"Aku ke ruko dulu membantu Jhoni. Nanti kamu pulang sama Nana aja," ucap mas Denis setelah menerima uang lima juta dariku."Iya Mas," jawabku pelan dan melanjutkan pekerjaanku mencatat orderan baju.Aku menatap di balik dinding kaca, mobil suamiku meninggalkan ruko ini bersama Jhoni. Entah kenapa rasa curigaku belum hilang. Aku bingung, mas Denis tidak terlihat berselingkuh dengan Nayla, lagian kenapa sikap Jhoni biasa-biasa saja.Sudah jam setengah enam, aku menutup toko. Karyawan juga sudah pulang karena jam kerja sudah selesai. Aku pulang dijemput Nana. Rasa capek terbayar sudah, disain baju rancanganku disukai beberapa pelanggan tetap. Aku harus promosi lagi agar semakin banyak pembelinya.🥀🥀🥀Nana sudah masuk kamar. Biasanya dia sudah tidur. Aku dan mas Denis masih duduk di sofa depan televisi. Kulihat mas Denis sedang menonton film India sambil
Anaknya mirip suamiku(4) Status FB Nayla_____________________Lima juta rupiah ditransfer ke rekening Nayla? Dan tanggalnya pun baru tiga hari yang lewat. Buat apa mas Denis membantu mereka sebanyak ini, barusan lima juta ke Jhoni, dan ini ....Aku terduduk menghela nafas sambil memegang print kertas kecil ATM itu. Mendadak kecurigaanku muncul lagi, padahal baru semalam hilang. Apakah mereka benar-benar selingkuh atau sebaliknya. Aku tidak mungkin menanyakan ini lagi pada mas Denis, bertanya ke Nayla pun pasti tidak akan mengaku kalau itu benar. Mereka pasti kompak menyangkal. "Bu, Bu Elya."Aku terkejut tiba-tiba Reni berdiri di depanku. Bukti transfer ATM kumasukan ke saku, ini bisa jadi bukti jika aku bertanya nantinya. Aku harus bersabar, lebih baik kuselidiki dulu sebelum menuduh."Ada apa, Ren?""Ponsel Ibu tadi berdering terus." Reni menyodorkan ponselku. Tadi ponselku diletakkan di samping laptop."Oh iya." Aku menerima ponselku. Reni kembali ke ruko sebelah. Penghubung d
Anaknya mirip suamiku(5)Pov NanaSudah lama aku tidak bertemu tante Ratih dan tante Nayla. Aku tidak punya saudara. Menjadi anak tunggal kesepian di rumah. Mama Papa sibuk di toko, pulang kuliah rumah terasa sunyi. Tapi semenjak ke dua Tante itu balik lagi tinggal di rumah nenek papa, pulang kuliah aku sering mampir sekedar bercerita. Tante Nayla menyenangkan diajak bicara."Tan, nanti ajari aku bikin brownies donk," pintaku sambil memakan potongan kue brownies."Iya, tapi ntar bantuin Tante buka lapak kue, ya," jawab tante Ratih sambil memotong lagi kue brownies dan meletakkan di piring kecil.Kulihat mama seperti memikirkan sesuatu. Meskipun mulut mengunyah makanan, tapi mata mama seperti memperhatikan gerak gerik tante Nayla. Tidak biasanya mama menatap tante Nayla seperti itu."Na, bawa kue ini ke meja teras," titah tante Ratih menyodorkan sepiring kue."Oke, Tan," jawabku menerima piring kue itu, lalu melangkah ke teras depan."Ini browniesnya, Pa, Om," ucapku meletakkan sepiri
Anaknya mirip suamiku(6)Sore ini aku sudah siap-siap pulang. Setelah toko di kunci, aku berdiri di teras menunggu Nana. Rintikan hujan menyambut senja. Aku terpaku memikirkan tentang Ayu, kegelisahan dan menerka-nerka. Betulkah dia anak suamiku.Tit tit tit ...."Ma! Mama!"Lamunanku tersentak mendengar suara klakson dan panggilan Nana dari mobil. Kupalingkan wajah, dia melambaikan tangan ke luar kaca jendela mobil. Aku bergegas lari kecil menuju pintu mobil, lalu masuk."Mama mikirin apa?" tanya Nana setelah aku duduk di sampingnya."Tidak ada, ayo pulang," jawabku. Ini masalahku dengan papanya, tidak mungkin anakku ikut campur. Lagian aku belum punya bukti. Jika aku salah bicara, itu sama artinya aku menjelek-jelekan papanya.Nana menyetir mobil meninggalkan toko. Hujan gerimis hanya membasahi jalan. Aku terus kepikiran tentang firasat tapi tidak terbukti.Tes DNA. Aku kurang mengerti masalah itu. Selama ini aku hanya nonton sinetron kalau membuktikan anak kandung siapa hanya deng
Anaknya mirip suamiku(7)Uang lima ratus ribu untuk berobat Nayla? Baru juga kemarin lima juta buat renovasi toko mainan Jhoni, itu juga di luar lima juta bukti transfer ATM yang kutemukan di laci toko kain. Kalau dibiarkan lama-lama aku lah yang menanggung hidup mereka. "Aku tidak punya uang buat bantu mereka lagi, Mas," jawabku santai, lalu memalingkan muka ke televisi."Loh, cuma lima ratus ribu kok tidak punya, El. Lagian pembeli baju konveksi-mu banyak yang mesan."Nana menatap papanya. Dia seperti menahan dan seakan ingin ikut bicara. Tapi perdebatanku dengan mas Denis belum selesai."Iya, bajuku banyak yang beli, bahkan sampai ke luar daerah, trus kenapa?" Aku masih berucap dengan nada santai."Nah, itu kamu punya uangnya, kenapa tidak dibantu?"Aku bangkit dari duduk, lalu berkata, "Nayla dan Jhoni bukan kewajibanku menafkahi mereka." Aku berlalu masuk ke kamar.Rasa kesalku belum hilang. Ditambah dengan kesal bukti transfer ATM secara diam-diam. Selama ini aku tidak merasa
Anaknya mirip suamiku(8) sikap NaylaAku dan Nana saling beradu pandang setelah mas Denis mengucapkan maaf. Hanya berselang semalam saja, dari emosi yang sulit terkontrol hingga terucap kata maaf, dan itu pun di depan putri kami. Tapi kulihat ada ketulusan di mata suamiku."Aku memaafkanmu, Mas. Tapi jika terulang lagi, aku tidak sanggup," jawabku lirih."Na, apakah kamu tidak memaafkan Papa?" Mas Denis menatap putri kami."Sudah lah, Pa. Ayo kita sarapan, masakan Papa pasti enak," ucap Nana lalu melangkah ke pintu.Mas Denis menatapku. "Terimakasih, El. Kamu harus tau, aku sangat mencintaimu dan Nana, kalian harta terbesarku." Mas Denis merangkulku.Ini bukan dibiarkan seperti yang terlihat. Aku tetap akan mengusahakan tes DNA. Bukti transferan ATM masih kusimpan. Jika terbukti, kau akan kubalas, Mas. Meskipun aku terluka.🌷🌷🌷Kepalaku pusing. Samalaman menangis. Aku tidak ke toko hari ini. Setelah mas Denis membelikan obat, dia pergi ke toko. "Assalamu'alaikum, Mbak!""Mbak Ely
Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih
Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m
Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran
Anaknya mirip suamikuPart 41 (Jaga sikap, Nay!)Pov Nayla"Kamu apaan sih, Mas? Aku tu bicara ama Ratih, kok kamu menariku? Ia adikku! Jadi kalau ia coba-coba menceramahiku biar kugampar," cerocosku kesal. Aku ini lebih tua dari Ratih, tapi seenak perut menceramahiku dan tak tahu sopan santun. Kesal!"Bukan gitu, Nay. Aku tidak suka melihatmu ikut mencaci Mbak Elya." Lagi-lagi bela perempuan tua itu. Deperti dia saja yang beri makan."Kok belain dia? Istrimu aku atau dia!" Suaraku lantang. Tak peduli orang-orang memperhatikan kami, toh jalan ini bukan milik mereka."Lah kamu lah istriku, Nay. Masak itu aja masih nanya."Kuhentikan langkah. "Makanya! Dengar aku dong, lagian apa untungnya sih, belain wanita tua itu?""Nay, lihat nih." Mas Jhoni mengeluarkan uang dari sakunya."Uang?" Mataku langsung segar melihat warna merah uang kertas pecahan seratus ribu. Rasanya bahagia ingin loncat tinggi. Tapi kutahan demi harga diri.Uang itu langsung kuambil. "Kita bisa makan enak hari ini, Mas
Anaknya mirip suamikuPart 40 (kesenangan yang menghancurkan)Khusus 18 !!Part ini terinspirasi dari kisah nyata dalam sebuah kasus yang ditangani seorang teman. Sebelumnya juga ada part "Dilaporkan KDRT?" itu juga bentuk kasus lainnya. Selamat membaca😊----Pov DenisMau apa aku sendirian di sini. Bosan, yang ada cuma wanita penyakitan yang bucin. Tak bisa melepaskan hasrat. Kalau bukan karena butuh uang dan tempat tinggal, ogah tinggal bersama Reni."Mas! Mas! tolong aku."Terdengar Reni memanggil dari kamar. Huuuh! Mau apa lagi dia. Tidak tau aku lagi merokok dan minum kopi. Baru juga santai pulang mengantarinya berobat. Merepotkan saja!Aku bangkit dan melangkah ke kamar. Di ambang pintu kamar kulihat Reni terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan bertambah kurus. "Apa Ren?" tanyaku sambil menghisap rokok."Tolong ambilin aku minum, Mas." Reni menujuk ke meja kecil yang terletak di sudut kamar. Ada teko air dan gelas.Terpaksa deh, kalau bukan karena satu atap, malas sekal
Anaknya mirip suamikuPart 39 (Tak sengaja bertemu) "Maafkan aku, Bunda, aku bukan mencari keributan atau menuntut sesuatu. Aku hanya ingin bertemu Ayah kandungku, sebelum ibu meninggal hanya foto ini bukti wajah Ayahku."Aku tahu maksud Vina. Dari lahir tak pernah bertemu mas Denis, bahkan keberadaanya tidak diketahui. Entah masa muda apa yang dilakukan mas Denis dan ibu Vina hingga hamil saja tidak diketahui mas Denis."Tak masalah bagiku, lagian kami sedang proses cerai. Oh ya, Vina tinggal di mana?"Rasa penasaran membuatku bertanya. Vina terlihat gadis berpendidikan, cara pakaian dan berucap pun sangat sopan."Kebetulan ini hari ke tigaku di kota ini. Aku pindah tugas di salah satu rumah sakit. Aku ngontrak di jalan Juanda nomor 5, Bunda.""Sepertinya Nak Vina seorang dokter?" Aku menerkanya, takut juga salah makanya bertanya."Betul Bunda, aku dokter bedah." Vina tersenyum menanggapinya."Hebat, ibumu sangat hebat membesarkanmu bisa jadi dokter."Percakapan ini terasa hangat. V
Anaknya mirip suamikuPart 38 ( keributan dalam karma )Pov Nayla"Api! Tolong padamkan apinya!"Aku terus berteriak menangis agar api itu secepatnya dipadamkan. Beberapa warga membantu mengambil air dan bahkan mobil pemadam kebakaran sudah diarahkan."Tenang Nay, tenang, ingat kamu lagi hamil," ucap mas Jhoni memegang kedua lenganku.Rasanya duniaku hancur. Hidupku perlahan menderita. Rumah satu-satunya yang kuharapkan untuk mendapatkan penghasilan, terbakar ulah kelalaianku. Untung putriku berhasil kubawa ke luar, kalau tidak bisa mati kami dibakar."Gimana mau tenang! Kita tinggal di mana Mas?" Panikku belum juga hilang."Kita bisa tinggal di mesjid untuk sementara.""Uh!" Kudorong mas Jhoni. "Mesjid! Lihat aku lagi hamil, kamu tega membawaku tinggal di mesjid," jawabku kesal."Tenang, Nay. Saat ini hanya itu yang sanggup kulakukan, atau kita balik kampungmu aja.""Mikir dong! Rumah orang tuaku sudah dikontrakkan, kita tinggal di mana lagi?""Kita cari kontrakkan murah di kampungmu
Anaknya mirip suamikuPart 37 (episode 18 keatas )Pov DenisEnak saja Nayla berkuasa. Statusnya hanya istri Jhoni tapi seolah dia lah yang punya rumah. Dikiranya aku bodoh? Saat aku tak punya uang, mulutnya pedas seakan melupakan bantuanku selama ini. Awas kalian! Saat nanti aku punya uang, tak akan kuhiraukan meskipun kalian mengemis."Udah beberapa hari ini kamu sibuk amat, Mas?" tanya Reni saat aku duduk baru datang."Aku lagi nggak enak badan," jawabku sambil melihat kesekitar, Susi tidak terlihat."Tu mukamu kenapa?" Reni menatap wajahku. Bekas lebam belum hilang."Aku dirampok," alasanku. Terpaksa bohong, dari pada ketahuan main cabe-cabean."Dirampok? Trus apa yang hilang?""Mobilku.""Trus, sekarang kamu nggak punya mobil dong.""Iya ....""Udah lapor polisi?""Sudah," jawabku pelan."Yah, trus kita jalan-jalan naik apa dong.""Kita di sini aja, Ren.""Bosan di sini, aku butuh jalan-jalan juga, Mas.""Di kamar aja, bisa lebih bebas," rayuku. Namanya juga hasrat, kulihat Reni
Anaknya mirip suamikuPart 36 (musibah)Pov Jhoni"Kalau bukan karena baktiku pada suami, ogah bantuin kalian, mana uangku habis, antingku juga dijual." Nayla menghentakkan kaki saat melangkah masuk setelah kami pulang."Aduh Nay, suami tak jadi di penjara, seharusnya senang," ucapku berusaha sabar. Aku duduk sambil menahan nyerinya hidung akibat siku tangan. Sakit ...."Iya, Nay. Tolong ambilkan kain dan air panas, pipiku sakit ...." Mas Denis seperti sulit berucap. Kulihat lukanya bertambah parah."Ambil aja sendiri, aku udah bantuin bebaskanmu, Mas," jawab Nayla sewot.Semenjak hamil, istriku berucap selalu kasar. Aku maklum, mungkin bawaan hamil, tapi aku juga takut kalau ucapannya membawa petaka bagi anakku dalam kandungannya. Saat kunasehati, Nayla ngambek, bahkan bisa sampai dua hari. "Sudah, Mas, kamu urusin dirimu sendiri, istriku lagi hamil.""Sakit, Jhon. Bantuin gimana?" Mas Denis memegang pipinya. Lebam semua.Kenapa sial sekali nasibku. Semenjak mas Denis berpisah dari