Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran
Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m
Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih
Anaknya mirip suamiku_________________________"Ini anakmu, Nay?""Iya, Mbak. Cantik 'kan?""Cantik, tapi ...." Aku tidak melanjutkan perkataan, entah kenapa rasanya aku melihat anak Nayla mirip dengan suamiku. Sangat mirip."Tapi kenapa Mba?" Nayla tetap sibuk menyuapi putrinya makan, sedangkan putri sulungnya sedang nonton kartun. Kami duduk di sofa depan televisi yang dibiarkan menyala. "Berapa umurnya?" "Sebentar lagi tiga tahun, Mbak lupa ya, aku pergi dari kota ini saat hamil muda," jawab Nayla sambil tersenyum kecil."Oh, aku lupa." Aku ingin berkata lagi tapi tidak jadi. Rasanya aku ingin bertanya siapa ayah biologisnya, tapi terhalang kalau Nayla sudah jelas istri dari Jhoni-sepupu suamiku."Halo, Cantik, namanya siapa?" Aku menyapa anak bungsu Nayla."Ayu Nda," jawab sibungsu."Mamam yang banyak, ya."Hari ini kami berkumpul di rumah nenek suamiku. Setelah beberapa tahun, kami bertemu lagi. Nayla dan Jhoni pulang dari perantauan, mereka meninggalkan kota ini dulunya saat
Anaknya Mirip Suamiku(2)_________________________Seperti biasa, aku mengontrol karyawan konveksi-ku. Setiap ada orderan, aku lah yang mengurus hingga mencatat pembukuan beberapa toko yang berhutang. Tapi masalah pembukuan toko kain, sepenuhnya kuserahkan pada mas Denis. "Bu, ini baju yang diminta Bapak," ucap Reni sambil meletakkan tiga helai baju di atas meja, tepat di samping laptop-ku."Baju? Kapan Bapak memintanya?" Aku heran menatap baju itu. Tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahunan. Pikiranku teringat Ayu putri ke dua Nayla."Barusan Bapak menelpon minta tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahun. Tadinya kubilang dijahitkan atau stok yang tersedia, Bapak bilang yang tersedia aja, Bu," jawab Reni.Reni karyawan kepercayaanku. Dia bekerja dari pertama aku membuka usaha ini. Dia juga bisa menjahit, bahkan adiknya-Susi juga ikut bekerja di toko kain yang dikelola suamiku."Baiklah, nanti biar aku yang memberikannya pada Bapak." "Papa tidak bilang ini untuk si
Anaknya Mirip Suamiku(3) Tukang bakso saja ada yang mirip Raffi Ahmad, trus kenapa ada bukti transfer uang ke rekening Nayla?🥀🥀🥀"Aku ke ruko dulu membantu Jhoni. Nanti kamu pulang sama Nana aja," ucap mas Denis setelah menerima uang lima juta dariku."Iya Mas," jawabku pelan dan melanjutkan pekerjaanku mencatat orderan baju.Aku menatap di balik dinding kaca, mobil suamiku meninggalkan ruko ini bersama Jhoni. Entah kenapa rasa curigaku belum hilang. Aku bingung, mas Denis tidak terlihat berselingkuh dengan Nayla, lagian kenapa sikap Jhoni biasa-biasa saja.Sudah jam setengah enam, aku menutup toko. Karyawan juga sudah pulang karena jam kerja sudah selesai. Aku pulang dijemput Nana. Rasa capek terbayar sudah, disain baju rancanganku disukai beberapa pelanggan tetap. Aku harus promosi lagi agar semakin banyak pembelinya.🥀🥀🥀Nana sudah masuk kamar. Biasanya dia sudah tidur. Aku dan mas Denis masih duduk di sofa depan televisi. Kulihat mas Denis sedang menonton film India sambil
Anaknya mirip suamiku(4) Status FB Nayla_____________________Lima juta rupiah ditransfer ke rekening Nayla? Dan tanggalnya pun baru tiga hari yang lewat. Buat apa mas Denis membantu mereka sebanyak ini, barusan lima juta ke Jhoni, dan ini ....Aku terduduk menghela nafas sambil memegang print kertas kecil ATM itu. Mendadak kecurigaanku muncul lagi, padahal baru semalam hilang. Apakah mereka benar-benar selingkuh atau sebaliknya. Aku tidak mungkin menanyakan ini lagi pada mas Denis, bertanya ke Nayla pun pasti tidak akan mengaku kalau itu benar. Mereka pasti kompak menyangkal. "Bu, Bu Elya."Aku terkejut tiba-tiba Reni berdiri di depanku. Bukti transfer ATM kumasukan ke saku, ini bisa jadi bukti jika aku bertanya nantinya. Aku harus bersabar, lebih baik kuselidiki dulu sebelum menuduh."Ada apa, Ren?""Ponsel Ibu tadi berdering terus." Reni menyodorkan ponselku. Tadi ponselku diletakkan di samping laptop."Oh iya." Aku menerima ponselku. Reni kembali ke ruko sebelah. Penghubung d
Anaknya mirip suamiku(5)Pov NanaSudah lama aku tidak bertemu tante Ratih dan tante Nayla. Aku tidak punya saudara. Menjadi anak tunggal kesepian di rumah. Mama Papa sibuk di toko, pulang kuliah rumah terasa sunyi. Tapi semenjak ke dua Tante itu balik lagi tinggal di rumah nenek papa, pulang kuliah aku sering mampir sekedar bercerita. Tante Nayla menyenangkan diajak bicara."Tan, nanti ajari aku bikin brownies donk," pintaku sambil memakan potongan kue brownies."Iya, tapi ntar bantuin Tante buka lapak kue, ya," jawab tante Ratih sambil memotong lagi kue brownies dan meletakkan di piring kecil.Kulihat mama seperti memikirkan sesuatu. Meskipun mulut mengunyah makanan, tapi mata mama seperti memperhatikan gerak gerik tante Nayla. Tidak biasanya mama menatap tante Nayla seperti itu."Na, bawa kue ini ke meja teras," titah tante Ratih menyodorkan sepiring kue."Oke, Tan," jawabku menerima piring kue itu, lalu melangkah ke teras depan."Ini browniesnya, Pa, Om," ucapku meletakkan sepiri