Anaknya mirip suamikuPart 26 (karma pengkhianat)Pov Susi"Mbak Susi nggak apa-apa?" Salah satu karyawanku menuntunku duduk.Kuhapus air mata dengan tisu dari meja. Nafasku sesaak, aku berusaha tenang."Aku nggak apa-apa, lanjutkan kerjamu, Mbak," ucapku.Tidak mungkin! Tidak mungkin mbak Reni mengkhianatiku. Mas Denis suamiku sekarang meskipun menikah siri, ada anak di rahimku. Tapi ..., kenapa harus kakakku? "Mbak, aku ke atas dulu," ucapku menoleh ke belakang."Hati-hati, Mbak."Kubalas tersenyum kecil, berlalu menaiki anak tangga ke lantai dua.Di kamar kutumpahkan tangisku. Tentang video mbak Reni dan mas Denis masih terbayang, bahkan membuka ponsel pun rasanya tak sanggup. Aku terus berpikir ini tidak benar, pasti video itu tidak nyata, tapi ..., itu hanya keinginanku yang berusaha mendustai kenyataan. "Aaaaa ...." Teriak pun rasanya tak cukup menggambarkan pedihnya hatiku. Jika itu wanita lain tak kan seperti ini pedihnya, tapi ini kakak kandungku.Apakah ini karma bagiku? A
Anaknya mirip suamikuPart 27 (pertengkaran)Astagfirullah'alazim. Mas Denis? Ya Allah ..., kali ini bukan bersama Susi, tapi Reni kakaknya Susi. Perbuatan gila macam apa ini, setahuku Susi sudah menikah siri dan hamil anak mas Denis. "Ma, Mama."Aku terperanjat. Saat melihat video ini berulang kali, rasanya tak percaya kalau itu mas Denis dan Reni. Kali ini aku tidak menangis atau merasa sedih seperti awal mengetahui perbuatan mas Denis. Mungkin inilah pengalaman membuatku kuat."Kamu bikin kaget," ucapku mematikan video itu.Nana duduk di kursi depan mejaku. Senyum-senyum sendiri seperti membayangkan sesuatu."Kenapa senyum-senyum, Na?""Maaf ya Ma, aku sudah jadi anak durhaka." Nana menyatukan telapak tangan seperti memohon."Ada apa, Na? Kamu salah apa?" Alisku bertaut menatapnya. Aneh saja tiba-tiba datang minta maaf."Tadi, tadi aku berhasil membuat gigi papa copot, Ma," jawab Nana pelan."Ha ha ha ha, jadi itu makanya papamu marah di video? Ha ha ha." Tak bisa menahan tawa. Ba
Anaknya mirip suamikuPart 28(dilaporkan masalah KDRT?)"Apa yang sudah dapat, Mbak?" tanya Nayla lagi."Bukan apa-apa, Tante. Hanya hasil ujian semesterku," sahut Nana duluan. Aku saja masih pikir jawab apa."Oh, aku kira ada masalah," jawab Nayla sambil duduk.Mereka duduk di sofa, tempatku biasa menonton televisi."Ma, aku berangkat dulu." Nana mencium punggung tanganku, lalu punggung tangan Nayla, Ratih dan Jhoni."Hati-hati ya, Na," ucap Ratih."Iya Tante." Nana berlalu menuju pintu.Kini, kami sudah duduk berkumpul di ruang tengah."Loh, kok televisinya nggak ada, Mbak?" Ratih menujuk ke arah televisi yang biasa terpajang. Kini tak terlihat."Mungkin dijual mas Denis," jawabku enteng."Dijual Mas Denis? Kok bisa, Mbak?" timpa Jhoni terkejut."Karna aku nggak kasih uang pinjaman.""Tapi mas Denis, 'kan, masih suamimu, Mbak," ucap Nayla. Terdengar ia seperti kurang suka dari ucapanku."Status di KK aja, bentar lagi KK-ku juga bakalan berubah.""Kamu nggak serius, 'kan, Mbak?" Nayl
Anaknya mirip suamikuPart 29 (hasil tes DNA)"Sabar, Mbak, mungkin Mas Denis khilaf atas laporan ini," ucap Jhoni, lagi-lagi membela saudara sepupunya."Oh, jadi khilaf lagi? Nggak masalah, aku iklas kok dilaporin," jawabku santai, lalu melangkah ingin pergi."Mbak El, sebaiknya pulang bareng aja."Langkahku terhenti."Nggak usah Jhon, aku nggak mau semobil ma dia, ntar ada KDRT lagi gimana? Lagian tu mobil juga mau kujual.""Kok dijual? Ini kan mobilku, El." Akhirnya mas Denis bersuara."Uangmu? Kerja keras dari mana? Toko aku yang punya, modal juga aku yang punya, lah kamu? Kamu tu cuma numpang hidup, Mas," cerocosku."Tapi aku yang kelola toko kain selama ini.""Iya Mbak El, Mas Denis juga usaha kok," timpa Jhoni."Usaha apaan? toh uangnya pergi entah ke mana.""Setiap bulan sepuluh juta, kan?""Sepuluh juta dikasih, habis tu lima belas juta diminta lagi, alasannya bantu ini lah, buat itu lah. Nyata uang dipakai untukmu bikin anak lagi."Mas Denis terdiam lagi, mukanya merah tanpa
Anaknya mirip suamikuPart 30 (mengusir)Rasanya dadaku sesak mendengar pengakuan Ratih. Tak pernah terduga dulunya seorang Ratih bisa melakukan ini padaku. Wanita yang terlihat lembut dan sangat perhatian, tapi menyimpan kebusukan yang rapat hingga dari mulutnya sediri bangkai itu dikeluarkan. Astagfirullah'alazimm."Tolong maafkan aku, Mbak, tolong maafkan aku ...." Ratih menatapku dalam deraian air mata.Aku diam berusaha tenang. Kuhapus air mata. Rasanya perih, mereka sekongkokol dan mungkin mentertawakan kebodohanku selama ini. Bertahun-tahun lamanya."Tante mikir nggak sih? Mamaku sudah baik pada kalian!" Nana ikut menumpahkan kekesalan.Ratih tidak menjawab. Menangis, hanya itu yang dilakukannya."Setelah ini wanita mana lagi yang akan menjerit dari ulah Papa? Berapa orang lagi!" Nana menatap Papanya dengan kesal."Apa kalian senang selingkuh selama ini dan mentertawakanku?" Kutatap Ratih dan mas Denis bergantian."Tidak Mbak, hanya sekali dan itu dulu saat aku goyah dalam masa
Anaknya mirip suamikuPart 31 Penyesalan. Tidak ada yang gratispov RatihYa Allah, tolong maafkan dosaku. Jika dulu aku terpengaruh mas Denis dan dikuasai nafsu karena perhatian atau rayuan mas Denis. Tidak dengan sekarang, aku hanya sekali melakukannya hingga Ayu ada di rahimku. Aku menyesal, aku sangat menyesal mengkhianati mbak Elya yang begitu baik bahkan lebih dari saudara kandung. Tapi sekarang ....Rasanya hatiku hancur saat melihat mbak Elya tahu. Apa lagi terputusnya tali persaudaraan ini. Inilah resiko dari perbuatanku, bahkan untuk membesarkan Ayu, aku harus berjuang tanpa suami. Mas Denis belum tentu bisa menafkahi Ayu, televisi mbak Elya saja sudah hilang dan bahkan mungkin sudah dijualnya. Mas Denis miskin karena ditinggal mbak Elya."Dikiranya dia wanita hebat bisa seenaknya bicara merendahkan orang." Nayla duduk bersilang kaki menumpahkan kekesalan."Tapi kita emang salah, Mbak," tukasku."Sekarang mau dapat uang dari mana? Aku sudah bilang kontrol bicaramu, padahal s
Anaknya mirip suamikuPart 32 (terjebak cabe-cabean)Pov DenisKacau! Aku harus ambil hasil toko yang dikelola Reni. Uangku semakin menipis, kemarin hanya dapat empat juta dari jual televisi, itu pun aku jual murah karena kepepet. Ugrh!"Bagi rokokmu, Jhon," pintaku sambil duduk di teras. Beberapa gadis SMP memanjakan mataku melewati jalan depan rumah. Cantik-cantik imut, bikin gemes."Nih." Jhoni menyodorkan rokoknya.Kuterima rokok itu lalu menyalakan apinya."Banyak gadis ABG, ya, Jhon," ucapku sambil menghembuskan asap rokok. "Namanya juga masih pagi, pasti banyak yang ke sekolah, Mas."Menikmati rokok, apa salahnya menikmati gadis muda, toh sekarang aku butuh hiburan, kalau ke tempat Mia, pasti yang ditanya uang, sama seperti Susi. Kalau Reni, dari kemarin masih sebatas janji nikah, Susi ngancam bunuh diri jika aku menikahi kakaknya. Ribet, lebih baik aku menghindar dulu.Ponselku berdering, ada WA masuk dari Delima, segera kubaca dengan hati rindu bergelora.[Om, kangen nggak m
Anaknya mirip suamikuPart 33 (Sial lagi)Pov Denis."Kamu kanapa, Mas?" tanya Jhoni.Aku diam berusaha menggapai kursi, duduk. Rasanya mukaku sakit semua."Loh, kok mobilmu nggak ada, Mas?" tanya Nayla berdiri di depan pintu melihat ke halaman depan.Aku masih diam, menarik napas panjang. Rasanya hidupku sial. Sial sekali, aku miskin, mobilku lenyap ...."Kok, nangis sih, Mas? Mukamu kenapa lebam?" Jhoni menyentuh pipiku."Sakit!" teriakku. "Baru juga menyentuh dikit, Mas.""Iya, sakit!" Dikiranya nggak sakit apa? Menggerakkan mulutku saja sangat sakit terasa. Tapi lebih sakit hatiku, mobilku ...."Kamu pasti dirampok, Mas. Ayo lapor polisi," tukas Nayla bersemangat."Iya, Mas, mobilmu hilang, mukamu bonyok, kita lapor, Mas." Kali ini Jhoni bersuara.Aku menyeka air mata dengan apa yang kualami hari ini. Semua yang kuinginkan tidak di dapat, tapi kesialan mengikuti setelah Elya mengusirku."Jangan nangis, Mas. Jadi laki nggak boleh cengeng! Ugh! Kok bisa-bisanya adikku terpikat ma
Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih
Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m
Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran
Anaknya mirip suamikuPart 41 (Jaga sikap, Nay!)Pov Nayla"Kamu apaan sih, Mas? Aku tu bicara ama Ratih, kok kamu menariku? Ia adikku! Jadi kalau ia coba-coba menceramahiku biar kugampar," cerocosku kesal. Aku ini lebih tua dari Ratih, tapi seenak perut menceramahiku dan tak tahu sopan santun. Kesal!"Bukan gitu, Nay. Aku tidak suka melihatmu ikut mencaci Mbak Elya." Lagi-lagi bela perempuan tua itu. Deperti dia saja yang beri makan."Kok belain dia? Istrimu aku atau dia!" Suaraku lantang. Tak peduli orang-orang memperhatikan kami, toh jalan ini bukan milik mereka."Lah kamu lah istriku, Nay. Masak itu aja masih nanya."Kuhentikan langkah. "Makanya! Dengar aku dong, lagian apa untungnya sih, belain wanita tua itu?""Nay, lihat nih." Mas Jhoni mengeluarkan uang dari sakunya."Uang?" Mataku langsung segar melihat warna merah uang kertas pecahan seratus ribu. Rasanya bahagia ingin loncat tinggi. Tapi kutahan demi harga diri.Uang itu langsung kuambil. "Kita bisa makan enak hari ini, Mas
Anaknya mirip suamikuPart 40 (kesenangan yang menghancurkan)Khusus 18 !!Part ini terinspirasi dari kisah nyata dalam sebuah kasus yang ditangani seorang teman. Sebelumnya juga ada part "Dilaporkan KDRT?" itu juga bentuk kasus lainnya. Selamat membaca😊----Pov DenisMau apa aku sendirian di sini. Bosan, yang ada cuma wanita penyakitan yang bucin. Tak bisa melepaskan hasrat. Kalau bukan karena butuh uang dan tempat tinggal, ogah tinggal bersama Reni."Mas! Mas! tolong aku."Terdengar Reni memanggil dari kamar. Huuuh! Mau apa lagi dia. Tidak tau aku lagi merokok dan minum kopi. Baru juga santai pulang mengantarinya berobat. Merepotkan saja!Aku bangkit dan melangkah ke kamar. Di ambang pintu kamar kulihat Reni terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan bertambah kurus. "Apa Ren?" tanyaku sambil menghisap rokok."Tolong ambilin aku minum, Mas." Reni menujuk ke meja kecil yang terletak di sudut kamar. Ada teko air dan gelas.Terpaksa deh, kalau bukan karena satu atap, malas sekal
Anaknya mirip suamikuPart 39 (Tak sengaja bertemu) "Maafkan aku, Bunda, aku bukan mencari keributan atau menuntut sesuatu. Aku hanya ingin bertemu Ayah kandungku, sebelum ibu meninggal hanya foto ini bukti wajah Ayahku."Aku tahu maksud Vina. Dari lahir tak pernah bertemu mas Denis, bahkan keberadaanya tidak diketahui. Entah masa muda apa yang dilakukan mas Denis dan ibu Vina hingga hamil saja tidak diketahui mas Denis."Tak masalah bagiku, lagian kami sedang proses cerai. Oh ya, Vina tinggal di mana?"Rasa penasaran membuatku bertanya. Vina terlihat gadis berpendidikan, cara pakaian dan berucap pun sangat sopan."Kebetulan ini hari ke tigaku di kota ini. Aku pindah tugas di salah satu rumah sakit. Aku ngontrak di jalan Juanda nomor 5, Bunda.""Sepertinya Nak Vina seorang dokter?" Aku menerkanya, takut juga salah makanya bertanya."Betul Bunda, aku dokter bedah." Vina tersenyum menanggapinya."Hebat, ibumu sangat hebat membesarkanmu bisa jadi dokter."Percakapan ini terasa hangat. V
Anaknya mirip suamikuPart 38 ( keributan dalam karma )Pov Nayla"Api! Tolong padamkan apinya!"Aku terus berteriak menangis agar api itu secepatnya dipadamkan. Beberapa warga membantu mengambil air dan bahkan mobil pemadam kebakaran sudah diarahkan."Tenang Nay, tenang, ingat kamu lagi hamil," ucap mas Jhoni memegang kedua lenganku.Rasanya duniaku hancur. Hidupku perlahan menderita. Rumah satu-satunya yang kuharapkan untuk mendapatkan penghasilan, terbakar ulah kelalaianku. Untung putriku berhasil kubawa ke luar, kalau tidak bisa mati kami dibakar."Gimana mau tenang! Kita tinggal di mana Mas?" Panikku belum juga hilang."Kita bisa tinggal di mesjid untuk sementara.""Uh!" Kudorong mas Jhoni. "Mesjid! Lihat aku lagi hamil, kamu tega membawaku tinggal di mesjid," jawabku kesal."Tenang, Nay. Saat ini hanya itu yang sanggup kulakukan, atau kita balik kampungmu aja.""Mikir dong! Rumah orang tuaku sudah dikontrakkan, kita tinggal di mana lagi?""Kita cari kontrakkan murah di kampungmu
Anaknya mirip suamikuPart 37 (episode 18 keatas )Pov DenisEnak saja Nayla berkuasa. Statusnya hanya istri Jhoni tapi seolah dia lah yang punya rumah. Dikiranya aku bodoh? Saat aku tak punya uang, mulutnya pedas seakan melupakan bantuanku selama ini. Awas kalian! Saat nanti aku punya uang, tak akan kuhiraukan meskipun kalian mengemis."Udah beberapa hari ini kamu sibuk amat, Mas?" tanya Reni saat aku duduk baru datang."Aku lagi nggak enak badan," jawabku sambil melihat kesekitar, Susi tidak terlihat."Tu mukamu kenapa?" Reni menatap wajahku. Bekas lebam belum hilang."Aku dirampok," alasanku. Terpaksa bohong, dari pada ketahuan main cabe-cabean."Dirampok? Trus apa yang hilang?""Mobilku.""Trus, sekarang kamu nggak punya mobil dong.""Iya ....""Udah lapor polisi?""Sudah," jawabku pelan."Yah, trus kita jalan-jalan naik apa dong.""Kita di sini aja, Ren.""Bosan di sini, aku butuh jalan-jalan juga, Mas.""Di kamar aja, bisa lebih bebas," rayuku. Namanya juga hasrat, kulihat Reni
Anaknya mirip suamikuPart 36 (musibah)Pov Jhoni"Kalau bukan karena baktiku pada suami, ogah bantuin kalian, mana uangku habis, antingku juga dijual." Nayla menghentakkan kaki saat melangkah masuk setelah kami pulang."Aduh Nay, suami tak jadi di penjara, seharusnya senang," ucapku berusaha sabar. Aku duduk sambil menahan nyerinya hidung akibat siku tangan. Sakit ...."Iya, Nay. Tolong ambilkan kain dan air panas, pipiku sakit ...." Mas Denis seperti sulit berucap. Kulihat lukanya bertambah parah."Ambil aja sendiri, aku udah bantuin bebaskanmu, Mas," jawab Nayla sewot.Semenjak hamil, istriku berucap selalu kasar. Aku maklum, mungkin bawaan hamil, tapi aku juga takut kalau ucapannya membawa petaka bagi anakku dalam kandungannya. Saat kunasehati, Nayla ngambek, bahkan bisa sampai dua hari. "Sudah, Mas, kamu urusin dirimu sendiri, istriku lagi hamil.""Sakit, Jhon. Bantuin gimana?" Mas Denis memegang pipinya. Lebam semua.Kenapa sial sekali nasibku. Semenjak mas Denis berpisah dari