Di kediaman Dante, nyonya Wanda terlihat sangat panik apalagi setelah kemarin Zoya datang ke rumahnya. Minyak Wanda penasaran Abang sebenarnya joya atau antara orang tua Zoya dan dirinya.
Nyonya Wanda bingung harus meminta bantuan pada siapa, sebab Dante pasti tidak akan mau memecat Zoya. Dan Dante pasti akan meminta penjelasan kenapa nanya Wanda bersikeras ingin memecat Zoya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Nyonya Wanda dengan perasaan campuran aduk, karena terus memikirkan ancaman dari Zoya."Setengah saham di perusahaan tidak boleh jatuh ke tangan siapa pun, dan rahasiaku juga tidak boleh sampai ke telinga Dante." Nyonya Wanda lagi-lagi bermonolog seorang diri.Nyonya Wanda terus mondar-mandir di dalam kamarnya, iya benar-benar sangat membenci Zoya. Jika saja Nyonya Wanda memiliki keberanian yang besar pasti ia sudah membunuh Zoya saat ini juga. Sayangnya Nyonya Wanda tidak memiliki keberanian sebesar itu."Ditambah Zoya mDante merasa senang saat Adriana menghubunginya. Apalagi saat Adriana bilang ingin bertemu dengannya. Dante berpikir Adriana merasa cemburu karena Dante selalu mengupdate-kan dirinya dan Zoya."Sebaiknya aku yang menjemputmu saja," ujar Dante kemudian.Adriana terdiam di seberang sana sampai akhirnya gadis itu mengiyakan perkataan Dante. Setelah itu, Adriana langsung mematikan sambungan teleponnya.Dante langsung tertawa girang di dalam kamarnya. Bahkan, Dante membuat gerakan-gerakan hore saking senangnya. Begitu senang dihubungi oleh Adriana membuatnya hampir lupa diri.Sulit untuk mendeskripsikan betapa senangnya ia saat ini karena Dante sangat merindukan Adriana.Dengan cepat Dante langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dante bahkan membersihkan setiap lipatan di tubuhnya saking ia merasa senangnya. Padahal Adriana tidak akan melihat semua lipatan di tubuhnya."Rileks Dante rileks, jangan berlebihan oke, kamu harus terlihat cuek di hadapan Adriana," ucap Dante terh
Pagi ini, seperti biasa Dante menjemput Zoya ke kediamannya. Tidak ada yang berubah dari Dante, Dante bersikap seperti biasanya, memperhatikan Zoya seolah-olah Zoya adalah kekasihnya.Dante bersikap seolah-olah dia tidak tahu apa-apa, padahal Dante sudah mengecek CCTV kantor juga, semalam setelah pulang mengantarkan Adriana ke kosannya. Dante langsung meminta rekaman CCTV kepada sekretarisnya.Dan ternyata benar, di sana ada Zoya yang sedang mengobrak-abrik ruangan kerjanya. Dante masih ingat kejadiannya tepat saat Zoya memintanya untuk membelikan makanan.Dante benar-benar merasa bodoh sekarang. Dia benar-benar dibodohi oleh Zoya, perempuan yang sangat dia tidak sukai."Rupanya kamu main-main denganku Zoya. Lihat saja apa yang aku lakukan kepadamu nanti," ucap Dante dalam hatinya. Bibir Dante terus tersenyum sambil melirik ke arah Zoya yang sedang duduk di sampingnya."Kapan aku akan mulai bekerja seperti sekretaris ke satumu itu?" tanya Zoya merajuk, ia mengerucutkan bibirnya.Melih
"Dante, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Zoya sambil beranjak dari tempatnya jatuh dengan sangat tergesa. Dante tersenyum miring. "Terlambat, Zoya. Aku sudah mengetahui semuanya. Ternyata kamu berkhianat di belakangku," ucap Dante sambil dengan tegas menudingkan telunjuknya ke muka Zoya. "Tidak, Dante. Aku—" "Cukup! Sekarang pergi kamu dari sini!" teriak Dante kasar. Dante sudah benar-benar marah kepada Zoya. Ia tidak ingin melihat wajah Zoya lagi. Bahkan, sekarang dia merasa jijik saat melihat Zoya. "Dante dengarkan aku dulu. Rekaman itu pasti dimanipulasi," ucap Zoya. "Dan soal dokumen itu, sepertinya ada yang sengaja menjebakku," ucap Zoya memutar keras otaknya untuk membela diri. Dante yang sudah tahu semuanya tidak percaya sedikit pun dengan ucapan Zoya. Bahkan Dante juga sudah melihat keaslian rekaman CCTV yang ada di ruangan kerjanya. Jadi Dante tidak mungkin salah, dan tidak akan ada mungkin yang memanipulasi rekaman CCTV di ruangan kerjanya. "Pergi sebelum aku menyer
Dante duduk di kamarnya sambil menopang dagu, Ia merasa bingung karna rencananya untuk bikin Adriana cemburu malah gagal total dan malah bikin dia hampir kehilangan aset penting.Dante tidak percaya dengan apa yang Zoya lakukan, Dante pikir Zoya tidak akan senekat itu mengambil dokumen penting milik perusahaannya.Jika saja Adriana tidak memberitahunya mungkin saja sekarang perusahaan sudah tinggal nama. Dante sangat berterima kasih kepada Adriana tapi ia tidak sanggup untuk mengatakan hal itu kepadanya.Ego Dante terlalu tinggi untuk mengatakan terima kasih kepada Adriana, tapi dalam hati Dante, ia sungguh-sungguh berterima kasih kepada Adriana, karena Adriana sudah mau membantu ibunya untuk mengatakan hal itu kepadanya."Dia benar-benar gadis yang baik," gumam Dante.Dante ingin bertemu dengan Adriana, tapi tetap saja egonya terlalu tinggi untuk itu.Dante juga sempat kena marah ibunya gara-gara dirinya terlalu mempercayai Zoya, apalagi dengan bangganya Dante bilang mengangkat Zoya s
Adriana yang baru saja bangun dari tidurnya langsung meraih ponsel, mencari notifikasi yang sangat penting. Jika ada Adriana akan langsung membalasnya jika tidak Adriana akan mengabaikannya, seperti chat dari Neil yang selalu Adriana abaikan.Karena tidak ada satu pun chat yang penting, Adriana langsung menyimpan kembali ponselnya. Ia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Setelah itu, Adriana berjalan ke arah lemari yang selalu ia isi makanan.Adriana mengambil dua lembar roti dan susu, lalu ia memakannya untuk mengganjal perut. Cukup sebagai bekal cadangan perut, pikirnya membatin. Begitulah kehidupan anak kos.Tiba-tiba suara dering ponsel membuat Adriana terkejut. Adriana langsung mengambil ponselnya. Saat tahu jika yang menghubunginya Neil, Adriana langsung mengabaikannya. Tapi Neil tidak menyerah begitu saja, Neil menghubunginya sampai lima kali.Adriana merasa terganggu. Ia pun segera meraih ponselnya kemba
Saat di dalam kosan, Adriana baru sadar jika dirinya di perintahkan oleh Dante tadi. Ia juga baru sadar jika ia hanya diam saja pas Dante mengusir Neil, Adriana merasa dirinya terhipnotis oleh tatapan Dante."Apa yang dia lakuin sama aku, aku ko nurut-nurut aja?" gumam Adriana kesal sendiri setelah masuk ke dalam kosannya.Sampai Adriana sadar jika Dante tadi bilang Nyonya Wanda menyuruh Adriana datang ke rumahnya.Mau tak mau, Adriana pun berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Adriana sendiri tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Nyonya Wanda sehingga Nyonya Wanda menyuruhnya datang ke sana.Tidak mau banyak pikiran, Adriana pun cepat mandi dan memakai pakaian yang sopan. Setelah selesai berdandan, Adriana langsung keluar dari kosannya. Saat Adriana keluar, Adriana hanya melihat mobil Dante saja, ia tidak melihat si empunya.Adriana tidak tahu jika sebenarnya Dante menunggunya di dalam mobil, sebab di luar sangat panas menyengat ke dalam kulitnya.Dante yang menya
"Ayo duduk, Adriana," ucap Nyonya Wanda menyuruh Adriana duduk di meja makan."Ah nggak usah repot-repot Tante, oh ya ngomong-ngomong kenapa Tante nyuruh saya ke sini ya?" tanya Adriana.Mendengar pertanyaan dari Adriana, nyonya Wanda langsung mengerutkan keningnya pasalnya Nyonya Wanda tidak menyuruh Adriana ke rumahnya. Lalu mata nyonya Wanda menatap ke arah Dante yang pura-pura tidak melihatnya, sekarang nyonya Wanda mengerti siapa yang menyuruh Adriana ke sini.Karena nyonya Wanda tidak ingin usaha anaknya itu gagal, nyonya Wanda pun tersenyum ke arah Adriana."Apa itu, Tante ingin berterima kasih banget sama kamu karena udah nyelamatin Dante dari kelicikan Zoya, dan kamu juga udah mau bantu Tante, tante sangat berterima kasih banget sama kamu."Nyonya Wanda memegang tangan Adriana dengan lembut, matanya juga menatap Adriana dengan tulus karena Adriana telah membantunya."Sama-sama, Tante.""Oh ya kamu udah nerima kue bolu dari tante kan?" tanya Nyonya Wanda."Iya udah Tante, maka
"Smpai kapan kamu mau seperti ini? Aku memiliki niat baik ingin mengantarmu pulang," ujar Dante."Jangan dengerin dia, pulang bareng aku aja," ujar Neil.Adriana pura-pura tidak melihat mereka berdua. Adriana benar-benar risih dengan kelakuan mereka berdua. Adrina tidak tahu kenapa Dante melakukan itu? Jika Neil yang melakukannya Adriana bisa mengerti karena Neil sudah jujur dengan perasaannya. Tapi Dante? Untuk apa dia menguntit Adriana karena itu tidak ada gunanya.Tanpa Adriana sadari jika sebenarnya Dante telah menyadari perasaannya terhadap Adriana sejak lama.Dante terus berbicara mengajak Adriana untuk pulang bersama, tapi Adriana tidak menggubris ucapan Dante. Hingga Dante dan Neil terlibat percekcokan, membuat Adriana frustrasi seketika."Bisakah kalian berdua pergi?!" ujar Adriana kesal dengan perilaku mereka berdua.Dante dan Neil langsung terdiam seketika, karena Adriana memarahi mereka berdua."Dan kau! Aku tidak mau ikut denganmu, jadi berhentilah terus menguntitku setia
Adriana dan Dante akhirnya bersatu. Mereka mengakui perasaan masing-masing hari itu juga dengan cara yang begitu lucu."Jadi, apa benar yang dikatakan Neil barusan?" Dante mengkonfirmasi kepada Adriana.Tentu ia juga ingin mendengar cerita versi dari gadis itu sendiri, kan. Bukan hanya dari versi Neil."Tentang yang mana?" Adriana malah balik bertanya karena ia sungguh tak paham arah pembicaraan Dante barusan. Apa maksudnya mengira Neil main-main atau bagaimana."Tentang yang dia bilang bahwa kamu ... mencintaiku, dan bukannya Neil," ucap Dante memperjelas maksud perkataannya. Hal mana tentu saja sukses menerbitkan rona memerah di pipi gadis cantik itu."Mana kutahu! Tanya saja sama yang bilang!" Adriana memasang wajah cemberut. Dan ia jadi baru ingat kalau orangtuanya masih tertinggal di gedung tadi."Astaga! Aku harus menjemput orangtuaku!" ucap Adriana memekik."Apa? Di mana?" Dante bertanya terkejut dengan perubahan topik yang sedrastis itu."Di gedung tadi," jawab Adriana menampak
Usai mengatakan hal itu, Neil turun dari panggung dan beranjak pergi. Ia sesak rasanya di sana. Tapi keputusan itu sudah hal yang paling benar. Memang ia telah mempermalukan keluarganya sendiri saat itu, tapi demi kebenaran, semua itu harus dilakukannya. Ya, dari awal kesalahannya lah terlalu memaksakan cinta sepihaknya terhadap Adriana.Adriana terkejut mendengar perkataan Neil yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Adriana sendiri bingung ia harus senang atau sedih, karena sebenarnya ia tidak mencintai Neil.Tidak hanya Adrina yang terkejut, para tamu pun terkejut mendengar pernyataan dari Neil yang membatalkan acara pertunangannya itu.Karena sebelumnya Neil terlihat sangat antusias dengan acara pertunangannya dengan Adriana. Dan mereka kurang mempercayainya jika Neil sendirilah yang membatalkan acara pertunangan itu.Para tamu langsung berbisik-bisik mengenai batalnya acara pertunangan mereka. Sedangkan Neil tidak peduli dengan semua omongan para tamu itu, Neil hanya memi
Bahkan saat sang ayah mengaku mau berbicara dengan Neil mengenai keberatan mereka atas pertunangan itu pun, Adriana menolak dengan tegas."Jangan, Pak. Kasihan Neil dan keluarganya kalau sampai semua persiapan besar ini sampai gagal." Adriana berkata tegas."Tapi, Nak. Nanti kamu yang akan menderita kalau sampai menikah bukan atas dasar cinta. Ini pernikahan sakral loh. Jangan dibuat mainan." Sang ayah berpesan dengan tatapan sangat khawatir terhadap nasib yang akan menyambut sang putri di depan.Adriana menghela napas panjang. Ia bahkan sudah tak ingin membantah takdir. Ia pasrah menerima semuanya. Bagaimanapun, Neil sudah sangat berjasa terhadapnya hingga ia tak mungkin rela menyakiti atau membuat kecewa pria baik itu."Tak apa, Pak, Bu. Adriana yakin, cinta bisa datang karena terbiasa. Yang penting Neil itu baik kok. Adriana yakin kelak akan bisa bahagia bersamanya."Sambil berkata begitu, Adriana bangkit dari tempat duduknya dan pamit untuk masuk ke dalam kamar untuk tidur. Jam su
Dan diantara orang yang sangat mengkhawatirkan Dante adalah Nyonya Wanda, karena semenjak Neil yang memberitahu mereka jika Adriana menerima lamarannya, Dante langsung terlihat sangat kacau bahkan jarang sekali makan.Seperti saat ini Dante tidak kunjung turun dari kamarnya padahal jam dinding sudah menunjukkan jam makan malam.Nyonya Wanda yang merasa sangat khawatir terhadapnya langsung pergi ke kamar Dante. Setelah sampai di depan kamar Dante, Nyonya Wanda langsung mengetuk pintu kamar Dante."Dante!" panggil Nyonya Wanda.Tapi Dante tidak kunjung menjawab panggilan dari nyonya Wanda. "Dante. Ayo makan, kamu udah beberapa hari ini gak makan dengan teratur."Dante sebenarnya malas, tapi karena ia tidak mau membuat ibunya khawatir, jadi Dante pun berniat untuk turun malam ini."Iya, Ma. Nanti Dante nyusul.""Mama gak mau turun kalau kamu nggak keluar," jawab Nyonya Wanda.Dante pun menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempatnya. Ketika Dante pergi, tiba-tiba ponselnya bergetar d
Sudah hampir satu jam tapi Adriana belum menemukan gaun yang cocok untuknya, tapi tiba-tiba Neil langsung merekomendasikan gaun yang dia sukai."Bagaimana dengan ini? Kamu suka?" tanya Neil sambil menunjukan gambar gaun yang ada di majalah.Adriana sangat menyukai gaun yang ditunjukkan oleh Neil itu, tapi ia merasa gaun itu tidak cocok untuknya karena gaun itu terlihat sangat mahal."Kayaknya nggak bakal cocok deh sama aku," jawab Adriana."Kan belum dicobain udah gih kamu cobain dulu," ujar Neil.Neil pun memanggil pegawai butik itu lalu menyuruh pegawai itu untuk memberikan gaun yang nilai sukai kepada Adriana. Adriana yang memang tidak bisa menolak akhirnya mencoba gaun itu. Dan ternyata gaun itu sangat cocok tidak perlu dikecilkan atau pun diperbesar.Pada akhirnya mereka menjatuhkan pilihan gaun pertunangan itu kepada gaun yang baru saja Adriana coba. Setelah membayar semuanya Neil dan Adriana pun pergi dari sana.Lalu Neil kembali membawa Adriana ke toko perhiasan, Neil dan Adri
Saat Adriana baru saja masuk ke dalam kantor, ternyata berita tentang mail yang mengajak serius kepada Adriana sudah tersebar luas ke semua karyawan, dan entah siapa yang menyebarkannya, karena Adriana dan Neil tidak merasa memberitahukan hubungan mereka kepada orang lain, termasuk Yanti sekali pun.Beberapa karyawan langsung merasa iri kepada Adriana, tapi beberapa karyawan lainnya juga merasa Adriana dan Neil cocok, termasuk Yanti yang sangat men-support hubungan Neil dan Adriana.Berbeda dengan Neil yang sangat merasa senang karena sebentar lagi dirinya dan Adriana akan melakukan acara tunangan, justru Adriana tidak merasa senang, Adriana malah memikirkan Dante yang sepertinya sedang mencoba menjauhinya.Karena biasanya Dante selalu datang ke kosannya atau ke kampusnya kini Dante tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.Bahkan terakhir kali Adriana bertemu dengan Dante adalah pada saat dirinya akan pulang dari rumah sakit, dan kebetulan Dante akan menjemput Nyonya Wanda.Saa
Dante dan juga nyonya Wanda langsung melihat ke arah Adriana dan Neil mereka menatap Adriana dan Neil secara bergantian. Dante juga menatap Adriana dan berharap apa yang dikatakan oleh Neil adalah kebohongan."Benarkah?" tanya Dante. Tak terkira shock dalam hatinya meski ia berusaha untuk tak menampakkanya sama sekali.Adriana langsung menganggukkan kepalanya, dan Neil langsung tersenyum lebar sambil merangkul Adriana dengan lembut.Danti yang merasa gengsi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah mereka berdua."Selamat, selamat untuk kalian berdua," ujar Dante."Selamat," ucap Nyonya Wanda juga.Nyonya Wanda melirik ke arah putranya itu, nyonya Wanda tahu jika Dante pasti merasakan sakit hati. Tapi di depan mereka berdua Nyonya Wanda terlihat ikut bahagia atas diterimanya lamaran Neil.Tiba-tiba Dante berpura-pura mengangkat telepon. "Iya? Sekarang? Baiklah aku akan pergi," ucap Dante.Setelah mengatakan hal itu Dante kembali pura-pura menutup sambungan telep
Tapi sebisa mungkin Nyonya Wanda menepis pikirannya itu, ia harap Neil tidak benar-benar menyukai Adriana. Karena nyonya Wanda ingin Dante dan Adriana bersama.Karena merasa tidak nyaman melihat Adriana dan juga Neil, Nyonya Wanda pun memilih ke luar dari ruangan Adriana untuk pergi ke kantin saja.Sedangkan Neil yang melihat Adriana lebih baik justru berpikir ingin melamar Adriana, tapi pikirannya langsung menolaknya. Tapi di sisi lain Neil merasa ini kesempatannya siapa tahu sekarang Adriana menerima lamarannya itu.Neil menghela nafas panjang, lalu memegang tangan Adriana dengan lembut. Adriana yang tangannya dipegang oleh Neil merasa dadanya berdegup kencang."Adriana, aku gak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku cuman mau bilang ke kamu, kalau aku mencintai kamu. Aku ingin melamar kamu jadi mau gak kamu menikah denganku?" tanya Neil.Adriana merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Neil barusan. Adriana tidak menyangka jika Neil akan melamarnya di sini di rumah sak
"Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta