Adriana yang baru saja bangun dari tidurnya langsung meraih ponsel, mencari notifikasi yang sangat penting. Jika ada Adriana akan langsung membalasnya jika tidak Adriana akan mengabaikannya, seperti chat dari Neil yang selalu Adriana abaikan.
Karena tidak ada satu pun chat yang penting, Adriana langsung menyimpan kembali ponselnya. Ia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Setelah itu, Adriana berjalan ke arah lemari yang selalu ia isi makanan.Adriana mengambil dua lembar roti dan susu, lalu ia memakannya untuk mengganjal perut. Cukup sebagai bekal cadangan perut, pikirnya membatin. Begitulah kehidupan anak kos.Tiba-tiba suara dering ponsel membuat Adriana terkejut. Adriana langsung mengambil ponselnya. Saat tahu jika yang menghubunginya Neil, Adriana langsung mengabaikannya. Tapi Neil tidak menyerah begitu saja, Neil menghubunginya sampai lima kali.Adriana merasa terganggu. Ia pun segera meraih ponselnya kembaSaat di dalam kosan, Adriana baru sadar jika dirinya di perintahkan oleh Dante tadi. Ia juga baru sadar jika ia hanya diam saja pas Dante mengusir Neil, Adriana merasa dirinya terhipnotis oleh tatapan Dante."Apa yang dia lakuin sama aku, aku ko nurut-nurut aja?" gumam Adriana kesal sendiri setelah masuk ke dalam kosannya.Sampai Adriana sadar jika Dante tadi bilang Nyonya Wanda menyuruh Adriana datang ke rumahnya.Mau tak mau, Adriana pun berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Adriana sendiri tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Nyonya Wanda sehingga Nyonya Wanda menyuruhnya datang ke sana.Tidak mau banyak pikiran, Adriana pun cepat mandi dan memakai pakaian yang sopan. Setelah selesai berdandan, Adriana langsung keluar dari kosannya. Saat Adriana keluar, Adriana hanya melihat mobil Dante saja, ia tidak melihat si empunya.Adriana tidak tahu jika sebenarnya Dante menunggunya di dalam mobil, sebab di luar sangat panas menyengat ke dalam kulitnya.Dante yang menya
"Ayo duduk, Adriana," ucap Nyonya Wanda menyuruh Adriana duduk di meja makan."Ah nggak usah repot-repot Tante, oh ya ngomong-ngomong kenapa Tante nyuruh saya ke sini ya?" tanya Adriana.Mendengar pertanyaan dari Adriana, nyonya Wanda langsung mengerutkan keningnya pasalnya Nyonya Wanda tidak menyuruh Adriana ke rumahnya. Lalu mata nyonya Wanda menatap ke arah Dante yang pura-pura tidak melihatnya, sekarang nyonya Wanda mengerti siapa yang menyuruh Adriana ke sini.Karena nyonya Wanda tidak ingin usaha anaknya itu gagal, nyonya Wanda pun tersenyum ke arah Adriana."Apa itu, Tante ingin berterima kasih banget sama kamu karena udah nyelamatin Dante dari kelicikan Zoya, dan kamu juga udah mau bantu Tante, tante sangat berterima kasih banget sama kamu."Nyonya Wanda memegang tangan Adriana dengan lembut, matanya juga menatap Adriana dengan tulus karena Adriana telah membantunya."Sama-sama, Tante.""Oh ya kamu udah nerima kue bolu dari tante kan?" tanya Nyonya Wanda."Iya udah Tante, maka
"Smpai kapan kamu mau seperti ini? Aku memiliki niat baik ingin mengantarmu pulang," ujar Dante."Jangan dengerin dia, pulang bareng aku aja," ujar Neil.Adriana pura-pura tidak melihat mereka berdua. Adriana benar-benar risih dengan kelakuan mereka berdua. Adrina tidak tahu kenapa Dante melakukan itu? Jika Neil yang melakukannya Adriana bisa mengerti karena Neil sudah jujur dengan perasaannya. Tapi Dante? Untuk apa dia menguntit Adriana karena itu tidak ada gunanya.Tanpa Adriana sadari jika sebenarnya Dante telah menyadari perasaannya terhadap Adriana sejak lama.Dante terus berbicara mengajak Adriana untuk pulang bersama, tapi Adriana tidak menggubris ucapan Dante. Hingga Dante dan Neil terlibat percekcokan, membuat Adriana frustrasi seketika."Bisakah kalian berdua pergi?!" ujar Adriana kesal dengan perilaku mereka berdua.Dante dan Neil langsung terdiam seketika, karena Adriana memarahi mereka berdua."Dan kau! Aku tidak mau ikut denganmu, jadi berhentilah terus menguntitku setia
Adriana semakin panik ketika melihat orang-orang di kampus sudah pulang, Adriana takut jika ada orang jahat mendekatinya. Apalagi sekarang sudah larut malam."Ke mana mereka berdua, di saat seperti ini saja mereka tidak ada," gumam Adriana.Adriana merasa kesal karena Dante dan Neil tidak menunjukkan batang hidungnya di saat Adriana membutuhkan tumpangan seperti ini.Adriana juga merasa menyesal telah menolak mereka kemarin-kemarin jika karmanya akan seperti ini."Ayolah kumohon salah satu dari kalian datanglah!" gumam Adriana.Adriana mulai merasa takut, apalagi jam di dinding halte sudah menunjukan pukul 11 malam, Adriana memejamkan tangannya berharap ada tumpangan, jika tidak Adriana berharap bisa datang."Bus juga ke mana sih, gak biasanya gini," gumam Adriana lagi.Adriana pun mematikan headset bluetooth miliknya itu, lalu memasukkannya ke dalam tas. Karena perasaannya mulai tidak tenang."Apa aku jalan kaki saja ya?" Adriana lagi-lagi bermonolog seorang diri.Adriana pun kembali
"Zoya," ucap Adriana dalam hatinya saat melihat wajah Zoya.Sedangkan Zoya langsung menunjukkan senyum liciknya kepada Adriana. "Bagaimana apa kamu suka dengan tempat tinggal baru kamu?" tanya Zoya kepada Adriana."Sok jadi orang baik sih, kena karma kan sekarang?" ujar Zoya.Adriana marah dan kesal saat tahu jika Zoya lah yang menculiknya. Adriana langsung berontak menggerakkan kursinya, dan berusaha berteriak meski pun tidak bisa karena mulutnya dibekap oleh sarung tangan.Zoya yang melihat itu justru tertawa terbahak-bahak melihat Adriana yang terlihat seperti orang yang lemah."Jangan berontak Adriana semakin kamu berontak semakin tanganmu dan kakimu kesakitan," kata Zoya lagi.Adriana tidak peduli tangan atau kakinya sakit, ia kembali memberontak agar seseorang yang berada di luar tahu jika Adriana sedang di sekap oleh seseorang.Zoya lalu mendekati Andriana, Zoya memegang rahang Andriana dengan kasar hingga Adriana meringis kesakitan."Sakit kan, makanya nurut sama aku!" perinta
Selama dua hari menjadi tahanan Zoya, Adriana tidak dikasih makan, atau pun minum. Badan Adriana terasa lemas dan tenggorokannya terasa kering mungkin karena tenggorokan Adriana tidak tersentuh air sama sekali. Bahkan Adriana sudah tidak bisa berontak sama sekali.Brak!Pintu gudang itu terbuka, walaupun di gudang itu terlihat gelap, tapi Adriana yakin jika yang datang itu adalah Zoya. Perempuan jahat itu selalu datang di setiap harinya, mungkin untuk mengecek dirinya, atau memberikan rasa sakit kepada Adriana.Saat Zoya menghidupkan saklar di gudang itu, kini Adriana bisa melihat dengan jelas wajah Zoya, baju yang Zoya kenakan juga.Sedangkan Zoya langsung tertawa saat melihat kondisi Adriana yang terlihat sangat lemah.Entahlah Zoya merasa sangat senang saat melihat Adriana terlihat menyedihkan seperti ini, ia benar-benar ingin menambah kesedihan demi kesedihan untuk Adriana."Bagaimana, kamu merasa senang tinggal di sini?" tanya Zoya sambil berjalan mendekati tubuh Adriana.Mata Ad
Keesokkan harinya Dante bangun dalam keadaan sakit kepala, karena semalam ia tidak bisa tidur. Semalam Dante terus memikirkan Adriana, Dante juga pergi ke kosan Adriana dan Adriana benar-benar tidak ada di sana.Dan itu sangat membuat Dante frustasi, Dante tidak tahu keadaan Adriana sekarang. Dante juga merasa sangat menyesal karena dua hari lalu ia tidak datang ke kosannya Adriana, dan Dante pun tidak menjemput Adriana."Jika saja waktu itu aku menjemput Adriana, mungkin aku akan tahu ke mana dia pergi," ujar Dante sambil memijat pelipisnya."Apa Adriana pergi karena tidak mau diganggu olehku dan Neil?" gumam Dante."Apa aku sangat mengganggunya sehingga dia pergi tanpa berpamitan kepada siapa pun?" gumam Dante lagi.Semalam seharusnya Dante dan Neil bertemu, tapi Neil memiliki urusan lain, sehingga pertemuan mereka diundur menjadi hari ini.Dante melihat jam dinding di kamarnya, sudah waktunya ia mandi. Setelah mandi Dante segera turun. Saat Dante turun Nyonya Wanda langsung menyamb
"Ayo," ajak Dante. Tanpa basa-basi lagi, keduanya langsung pergi menuju ke kantor polisi terdekat di pusat kota.Mereka pergi menggunakan mobil mereka masing-masing. Saat sampai di kantor polisi, mereka langsung masuk ke dalam untuk membuat laporan.Dante dan Neil pun segera melaporkan kehilangan Adriana kepada polisi. Untung saja Dante dan Neil tidak harus menunggu satu kali 24 jam karena Adriana sudah hilang 3 hari.Polisi bilang mereka akan menindaklanjuti kasus kehilangan Adriana ini. Mereka lumayan puas karena polisi langsung menindaklanjuti kasus kehilangan Adriana ini.Namun begitu, sudah lazimnya yang terjadi, kinerja polisi pasti banyak prosedural sehingga tetap akan lebih lambat daripada yang mereka harapkan."Jadi apa rencana kita sekarang?" tanya Neil kepada Dante, setelah mereka ke luar dari kantor polisi."Kita juga harus mencari keberadaan Adriana, agar Adriana cepat ketemu," kata Dante penuh tekad. Mana mau dia menyerahkan semuanya hanya ke tangan polisi saja? Kecemasa
Adriana dan Dante akhirnya bersatu. Mereka mengakui perasaan masing-masing hari itu juga dengan cara yang begitu lucu."Jadi, apa benar yang dikatakan Neil barusan?" Dante mengkonfirmasi kepada Adriana.Tentu ia juga ingin mendengar cerita versi dari gadis itu sendiri, kan. Bukan hanya dari versi Neil."Tentang yang mana?" Adriana malah balik bertanya karena ia sungguh tak paham arah pembicaraan Dante barusan. Apa maksudnya mengira Neil main-main atau bagaimana."Tentang yang dia bilang bahwa kamu ... mencintaiku, dan bukannya Neil," ucap Dante memperjelas maksud perkataannya. Hal mana tentu saja sukses menerbitkan rona memerah di pipi gadis cantik itu."Mana kutahu! Tanya saja sama yang bilang!" Adriana memasang wajah cemberut. Dan ia jadi baru ingat kalau orangtuanya masih tertinggal di gedung tadi."Astaga! Aku harus menjemput orangtuaku!" ucap Adriana memekik."Apa? Di mana?" Dante bertanya terkejut dengan perubahan topik yang sedrastis itu."Di gedung tadi," jawab Adriana menampak
Usai mengatakan hal itu, Neil turun dari panggung dan beranjak pergi. Ia sesak rasanya di sana. Tapi keputusan itu sudah hal yang paling benar. Memang ia telah mempermalukan keluarganya sendiri saat itu, tapi demi kebenaran, semua itu harus dilakukannya. Ya, dari awal kesalahannya lah terlalu memaksakan cinta sepihaknya terhadap Adriana.Adriana terkejut mendengar perkataan Neil yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Adriana sendiri bingung ia harus senang atau sedih, karena sebenarnya ia tidak mencintai Neil.Tidak hanya Adrina yang terkejut, para tamu pun terkejut mendengar pernyataan dari Neil yang membatalkan acara pertunangannya itu.Karena sebelumnya Neil terlihat sangat antusias dengan acara pertunangannya dengan Adriana. Dan mereka kurang mempercayainya jika Neil sendirilah yang membatalkan acara pertunangan itu.Para tamu langsung berbisik-bisik mengenai batalnya acara pertunangan mereka. Sedangkan Neil tidak peduli dengan semua omongan para tamu itu, Neil hanya memi
Bahkan saat sang ayah mengaku mau berbicara dengan Neil mengenai keberatan mereka atas pertunangan itu pun, Adriana menolak dengan tegas."Jangan, Pak. Kasihan Neil dan keluarganya kalau sampai semua persiapan besar ini sampai gagal." Adriana berkata tegas."Tapi, Nak. Nanti kamu yang akan menderita kalau sampai menikah bukan atas dasar cinta. Ini pernikahan sakral loh. Jangan dibuat mainan." Sang ayah berpesan dengan tatapan sangat khawatir terhadap nasib yang akan menyambut sang putri di depan.Adriana menghela napas panjang. Ia bahkan sudah tak ingin membantah takdir. Ia pasrah menerima semuanya. Bagaimanapun, Neil sudah sangat berjasa terhadapnya hingga ia tak mungkin rela menyakiti atau membuat kecewa pria baik itu."Tak apa, Pak, Bu. Adriana yakin, cinta bisa datang karena terbiasa. Yang penting Neil itu baik kok. Adriana yakin kelak akan bisa bahagia bersamanya."Sambil berkata begitu, Adriana bangkit dari tempat duduknya dan pamit untuk masuk ke dalam kamar untuk tidur. Jam su
Dan diantara orang yang sangat mengkhawatirkan Dante adalah Nyonya Wanda, karena semenjak Neil yang memberitahu mereka jika Adriana menerima lamarannya, Dante langsung terlihat sangat kacau bahkan jarang sekali makan.Seperti saat ini Dante tidak kunjung turun dari kamarnya padahal jam dinding sudah menunjukkan jam makan malam.Nyonya Wanda yang merasa sangat khawatir terhadapnya langsung pergi ke kamar Dante. Setelah sampai di depan kamar Dante, Nyonya Wanda langsung mengetuk pintu kamar Dante."Dante!" panggil Nyonya Wanda.Tapi Dante tidak kunjung menjawab panggilan dari nyonya Wanda. "Dante. Ayo makan, kamu udah beberapa hari ini gak makan dengan teratur."Dante sebenarnya malas, tapi karena ia tidak mau membuat ibunya khawatir, jadi Dante pun berniat untuk turun malam ini."Iya, Ma. Nanti Dante nyusul.""Mama gak mau turun kalau kamu nggak keluar," jawab Nyonya Wanda.Dante pun menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempatnya. Ketika Dante pergi, tiba-tiba ponselnya bergetar d
Sudah hampir satu jam tapi Adriana belum menemukan gaun yang cocok untuknya, tapi tiba-tiba Neil langsung merekomendasikan gaun yang dia sukai."Bagaimana dengan ini? Kamu suka?" tanya Neil sambil menunjukan gambar gaun yang ada di majalah.Adriana sangat menyukai gaun yang ditunjukkan oleh Neil itu, tapi ia merasa gaun itu tidak cocok untuknya karena gaun itu terlihat sangat mahal."Kayaknya nggak bakal cocok deh sama aku," jawab Adriana."Kan belum dicobain udah gih kamu cobain dulu," ujar Neil.Neil pun memanggil pegawai butik itu lalu menyuruh pegawai itu untuk memberikan gaun yang nilai sukai kepada Adriana. Adriana yang memang tidak bisa menolak akhirnya mencoba gaun itu. Dan ternyata gaun itu sangat cocok tidak perlu dikecilkan atau pun diperbesar.Pada akhirnya mereka menjatuhkan pilihan gaun pertunangan itu kepada gaun yang baru saja Adriana coba. Setelah membayar semuanya Neil dan Adriana pun pergi dari sana.Lalu Neil kembali membawa Adriana ke toko perhiasan, Neil dan Adri
Saat Adriana baru saja masuk ke dalam kantor, ternyata berita tentang mail yang mengajak serius kepada Adriana sudah tersebar luas ke semua karyawan, dan entah siapa yang menyebarkannya, karena Adriana dan Neil tidak merasa memberitahukan hubungan mereka kepada orang lain, termasuk Yanti sekali pun.Beberapa karyawan langsung merasa iri kepada Adriana, tapi beberapa karyawan lainnya juga merasa Adriana dan Neil cocok, termasuk Yanti yang sangat men-support hubungan Neil dan Adriana.Berbeda dengan Neil yang sangat merasa senang karena sebentar lagi dirinya dan Adriana akan melakukan acara tunangan, justru Adriana tidak merasa senang, Adriana malah memikirkan Dante yang sepertinya sedang mencoba menjauhinya.Karena biasanya Dante selalu datang ke kosannya atau ke kampusnya kini Dante tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.Bahkan terakhir kali Adriana bertemu dengan Dante adalah pada saat dirinya akan pulang dari rumah sakit, dan kebetulan Dante akan menjemput Nyonya Wanda.Saa
Dante dan juga nyonya Wanda langsung melihat ke arah Adriana dan Neil mereka menatap Adriana dan Neil secara bergantian. Dante juga menatap Adriana dan berharap apa yang dikatakan oleh Neil adalah kebohongan."Benarkah?" tanya Dante. Tak terkira shock dalam hatinya meski ia berusaha untuk tak menampakkanya sama sekali.Adriana langsung menganggukkan kepalanya, dan Neil langsung tersenyum lebar sambil merangkul Adriana dengan lembut.Danti yang merasa gengsi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah mereka berdua."Selamat, selamat untuk kalian berdua," ujar Dante."Selamat," ucap Nyonya Wanda juga.Nyonya Wanda melirik ke arah putranya itu, nyonya Wanda tahu jika Dante pasti merasakan sakit hati. Tapi di depan mereka berdua Nyonya Wanda terlihat ikut bahagia atas diterimanya lamaran Neil.Tiba-tiba Dante berpura-pura mengangkat telepon. "Iya? Sekarang? Baiklah aku akan pergi," ucap Dante.Setelah mengatakan hal itu Dante kembali pura-pura menutup sambungan telep
Tapi sebisa mungkin Nyonya Wanda menepis pikirannya itu, ia harap Neil tidak benar-benar menyukai Adriana. Karena nyonya Wanda ingin Dante dan Adriana bersama.Karena merasa tidak nyaman melihat Adriana dan juga Neil, Nyonya Wanda pun memilih ke luar dari ruangan Adriana untuk pergi ke kantin saja.Sedangkan Neil yang melihat Adriana lebih baik justru berpikir ingin melamar Adriana, tapi pikirannya langsung menolaknya. Tapi di sisi lain Neil merasa ini kesempatannya siapa tahu sekarang Adriana menerima lamarannya itu.Neil menghela nafas panjang, lalu memegang tangan Adriana dengan lembut. Adriana yang tangannya dipegang oleh Neil merasa dadanya berdegup kencang."Adriana, aku gak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku cuman mau bilang ke kamu, kalau aku mencintai kamu. Aku ingin melamar kamu jadi mau gak kamu menikah denganku?" tanya Neil.Adriana merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Neil barusan. Adriana tidak menyangka jika Neil akan melamarnya di sini di rumah sak
"Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta