Dante dan Neil pun memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu di rumah mereka masing-masing, karena pencarian mereka tidak membuahkan hasil apa pun, dan malah membuat mereka pusing sendiri."Baiklah kalau begitu aku pulang duluan." Neil menepuk bahu Dante lalu berjalan ke arah mobilnya.Dante melihat Neil yang sedang berjalan ke arah mobilnya lalu ia memikirkan sesuatu."Neil!" panggil Dante saat Neil akan pergi ke dalam mobilnya.Neil langsung menghentikan langkah dan melihat ke arah Dante. "Ada apa?" tanya Neil."Lebih baik kamu istirahat di rumahku saja," ucap Dante."Agar lebih memudahkan jika ada apa-apa, dan ada baiknya kita mencari bersama-sama," kata Dante lagi.Untuk saat ini Dante melupakan terlebih dahulu jika nyatanya Neil dan dirinya adalah rival untuk mendapatkan Adriana. Dante lebih mengutamakan keberadaan dan keselamatan Adriana terlebih dahulu.Neil terlihat memikirkan sesuatu sampai akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Apa tidak akan merepotkan jika aku di rumahmu?"
Adriana kembali tertangkap oleh dua pria suruhan Zoya, tadi Adriana sudah berhasil berontak dan hendak berlari dari mereka berdua, tapi rupanya langkah 2 pria itu cukup besar sehingga pada akhirnya Adriana kembali tertangkap.Adriana kembali dibawa ke dalam gudang oleh dua pria suruhan Zoya itu. Kali ini tali yang mengikat tangan juga kakinya semakin kencang membuat Adriana sangat-sangat kesakitan. Bahkan kaki dan tangannya bertambah memar karena ikatan itu.Kedua pria itu juga kembali menyumpal mulut Adriana karena Adrian dia tidak bisa diajak kerjasama."Berani-beraninya kamu mau kabur dari kita ya," ujar salah satu pria itu."Kamu tidak akan semudah itu lepas dari kita, jadi jangan coba-coba lari dari kita lagi," timpal pria yang satunya."Kalau sekali lagi kamu coba-coba kabur dari kita, kita gak jamin besok kamu masih hidup atau tidak," tegas salah satu pria yang memiliki wajah lebih seram.Sedangkan Adriana tidak bisa menjawab ucapan dari mereka karena mulutnya disumpah oleh sar
Emosi Zoya sudah benar-benar di ujung tanduk. Ia menampar wajah Adriana, hingga wajah Adriana tersungkur ke samping. Adriana juga meneteskan air matanya karena pipinya terasa sakit akibat tamparan dari tangan Zoya.Zaya kembali menampar Adriana ke arah lain, lagi-lagi Adriana meringis kesakitan apalagi kali ini pipi Adriana sampai terluka akibat benturan dari cincin yang dipakai oleh Zoya."Kamu benar-benar membuatku muak, Adriana." Zoya lalu menarik rambut Adriana lagi ke belakang membuat Adriana tidak bisa lagi membendung air matanya yang kini semakin deras."Teruslah menangis karena aku menyukainya," bisik Zoya. Ada senyum sadis yang tercetak di bibir gadis kejam itu."Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Zoya.Adriana langsung mengangguk-anggukkan kepalanya. Zoya pun membuka sumpalan dari mulut Adriana."Tolong lepaskan aku, Zoya. Aku tahu sebenarnya kamu orang yang baik," ujar Adriana dengan begitu lirih.Bukannya melepaskan Adriana, Zoya justru malah tertawa di hadapan Adri
"Adriana! Adriana!" Dante memekik ngeri melihat gadis itu pingsan.Serta merta diangkat tubuh Adriana dan dibopongnya ke arah mobil Neil tadi. Ia dan Neil bergegas melajukan mobil secepatnya ke rumah sakit terdekat dari situ.Saat di perjalanan menuju ke rumah sakit, Neil bisa melihat dari pantulan cermin yang berada di depan mobilnya wajah dan terlihat sangat mengkhawatirkan Adriana.Ternyata bukan hanya dirinya lah yang sangat menyukai Adriana tapi sepertinya Dante juga sangat menyukai Adriana.Untuk saat ini tidak berpikir apapun tapi setelah Adriana sembuh Neil akan kembali memperjuangkan cintanya kepada Adriana, meskipun Adriana tidak menyukainya tapi Neil akan berusaha sampai Adriana membalas perasaannya.Sebelum benar-benar pergi ke rumah sakit, Dante menyuruh anak buahnya untuk pulang terlebih dahulu dan membiarkan dua pria yang bertubuh kekar itu berada di gudang itu.Di rumah sakit, Adriana segera dilarikan ke UGD dan mendapat penanganan langsung. Rupanya ia hanya banyak ter
Melihat anak buahnya yang sudah terkapar tidak sadarkan diri, Zoya langsung menendang mereka dengan kasar, karena sudah membiarkan Adriana dibawa oleh Dante dan juga Neil."Sialan kalian berdua! Gak becus banget, padahal cuman jagain cewek doang!" dengus Zoya."Kenapa bisa sampai kecolongan seperti ini! Aku gaji kalian untuk jaga Adriana bukan untuk asik-asik tiduran!" teriak Zoya frustasi.Zoya benar-benar bingung harus apa sekarang, ya tidak mau jika sampai dia tertangkap oleh polisi. Zoya juga yakin jika Adriana pasti akan melaporkannya kepada Dante dan juga Neil.Dan mereka berdua pasti akan melaporkan Zoya ke pihak berwajib. Zoya yang ketakutan langsung pergi dari gudang itu, membiarkan anak buahnya yang sudah terkapar tidak sadarkan diri di sana.Langsung membawa mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke rumahnya. Dengan panik saya langsung masuk ke rumahnya, saat masuk rumahnya Zoya mengendap-ngendap karena takut jika di rumahnya ada yang sedang menunggunya.Setelah dirasa aman
Dii perusahaan Neil, Neil sedang membereskan barang-barangnya dan mencari berkas yang belum ia kerjakan. Hari ini Neil memiliki banyak pekerjaan yang sangat penting dan tidak bisa ditunda. Bahkan ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam Neil masih berada di perusahaannya.Di tengah kesibukannya tiba-tiba ponselnya berdering, dengan cepat Neil langsung mengangkat sambungan telepon dari Dante itu, siapa tahu itu berita tentang Adriana."Iya ada apa, Dante?" tanya Neil."Adriana sudah siuman siapa tahu kamu ingin menjenguk Adriana," ujar Dante penuh pengertian. Ia lumayan menyambut baik niat Neil sekarang karena terbukti pria itu baik mau bekerja sama dengannya saat mendadak Adriana hilang."Ah iya aku akan datang nanti setelah pekerjaanku telah selesai," kata Neil. Ia mengembuskan napas lega karena mendengar bahwa Adriana telah sadar dan kondisinya membaik."Apa kamu masih di kantor?" tanya Dante penasaran."Iya hari ini pekerjaan sangat menumpuk," jawab Neil sejujurnya. Bukan sep
Keesokan harinya saat jam makan siang, Dante dan juga Neil membuat janji untuk datang ke rumah sakit tempat di mana Adriana dirawat.Dante dan Neil bertemu di depan gedung rumah sakit, mereka langsung bercengkrama satu sama lain.Mereka berdua membuat janji untuk makan siang di rumah sakit bersama dengan Adriana, agar Adriana tidak merasa kesepian karena mereka berdua hari ini harus bekerja.Karena mereka tidak membawa makanan, Dante menawarkan diri untuk memesan makanan di kantin rumah sakit itu."Kamu ingin pesan apa biar aku yang pesankan?" tanya Dante."Samain aja sama makanan yang kamu pesan," jawab Neil.Di samping Dante yang sedang memesan makanan di kantin, justru Neil langsung pergi ke ruangan Adriana.Neil mengintip Adriana terlebih dahulu dari kaca yang berada di pintu ruangan Adriana. Neil tersenyum saat Adriana sedang membaca buku yang kemarin Dante bawakan untuk Adriana."Dalam kondisi apa pun kamu tetap cantik, Adriana," gumam Neil.Setelah selesai mengagumi wajah Adria
Dante menghela napas panjang meskipun dalam hatinya ia sangat cemburu dengan kedekatan antara Adriana dan juga Neil, yang sepertinya sangat nyaman satu sama lain, karena Adriana pun tidak menolak ciuman dari Neil.Dengan perlahan, Dante pun mengetuk pintu ruangan Adriana, Neil yang menyadari jika Dante sudah datang langsung melepaskan tangan Adriana dan bersikap seperti biasa. Adriana juga langsung menghapus air matanya sendiri."Bagaimana keadaanmu, Adriana?" tanya Dante kepada Adriana. Dante pura-pura tidak melihat apa yang sebelumnya dilakukan oleh mereka di dalam.Adriana tersenyum ramah kepada Dante. "Lebih baik daripada kemarin, tenggorokanku juga sudah seperti biasa sekarang," jawab Adriana sama seperti apa yang tadinya ia katakan kepada Neil."Syukurlah, aku tadi sudah bertemu dengan dokter. Dokter juga bilang keadaanmu sudah stabil. Katanya nanti sore dia akan memeriksamu lagi apa kamu sudah bisa pulang atau tidak," ujar Dante."Oh ya, apa kamu sudah makan?" tanya Dante lagi