Keesokan harinya saat jam makan siang, Dante dan juga Neil membuat janji untuk datang ke rumah sakit tempat di mana Adriana dirawat.Dante dan Neil bertemu di depan gedung rumah sakit, mereka langsung bercengkrama satu sama lain.Mereka berdua membuat janji untuk makan siang di rumah sakit bersama dengan Adriana, agar Adriana tidak merasa kesepian karena mereka berdua hari ini harus bekerja.Karena mereka tidak membawa makanan, Dante menawarkan diri untuk memesan makanan di kantin rumah sakit itu."Kamu ingin pesan apa biar aku yang pesankan?" tanya Dante."Samain aja sama makanan yang kamu pesan," jawab Neil.Di samping Dante yang sedang memesan makanan di kantin, justru Neil langsung pergi ke ruangan Adriana.Neil mengintip Adriana terlebih dahulu dari kaca yang berada di pintu ruangan Adriana. Neil tersenyum saat Adriana sedang membaca buku yang kemarin Dante bawakan untuk Adriana."Dalam kondisi apa pun kamu tetap cantik, Adriana," gumam Neil.Setelah selesai mengagumi wajah Adria
Dante menghela napas panjang meskipun dalam hatinya ia sangat cemburu dengan kedekatan antara Adriana dan juga Neil, yang sepertinya sangat nyaman satu sama lain, karena Adriana pun tidak menolak ciuman dari Neil.Dengan perlahan, Dante pun mengetuk pintu ruangan Adriana, Neil yang menyadari jika Dante sudah datang langsung melepaskan tangan Adriana dan bersikap seperti biasa. Adriana juga langsung menghapus air matanya sendiri."Bagaimana keadaanmu, Adriana?" tanya Dante kepada Adriana. Dante pura-pura tidak melihat apa yang sebelumnya dilakukan oleh mereka di dalam.Adriana tersenyum ramah kepada Dante. "Lebih baik daripada kemarin, tenggorokanku juga sudah seperti biasa sekarang," jawab Adriana sama seperti apa yang tadinya ia katakan kepada Neil."Syukurlah, aku tadi sudah bertemu dengan dokter. Dokter juga bilang keadaanmu sudah stabil. Katanya nanti sore dia akan memeriksamu lagi apa kamu sudah bisa pulang atau tidak," ujar Dante."Oh ya, apa kamu sudah makan?" tanya Dante lagi
Satu minggu telah berlalu, polisi belum juga menemukan kabar Zoya membuat Dante merasa kesal dengan kinerja polisi. Adriana sendiri tidak terlalu memikirkan soal itu, tapi Adriana merasa sedikit takut jika suatu saat nanti Zoya akan mendatanginya lagi.Saat ini Dante tengah mengendarai mobilnya ke kantor polisi, ia merasa kesal karena sudah seminggu ini polisi belum juga menangkap Zoya.Dengan penuh emosi Dante masuk ke kantor polisi, Dante langsung mencari polisi yang menangani kasus Adriana ini."Bagaimana apa kalian sudah menemukan di mana titik Zoya?" tanya Dante.Polisi menggelengkan kepalanya. "Belum, Pak. Saat itu kami langsung ke rumah tersangka tapi sepertinya tersangka sudah kabur duluan.""Bukannya itu sudah satu minggu yang lalu? Apa kalian tidak berusaha melacak mobil Zoya? Atau melacak nomor ponsel Zoya? Bukannya aku sudah memberikan nomor ponsel Zoya dan plat mobil Zoya, wpw itu kurang?" tanya Dante marah."Kami sedang menyelidikinya, Pak," jawab Polisi."Apa yang seben
Kehidupan Adriana sekarang dikelilingi oleh orang-orang yang baik, Dante selalu mengantarkan Adriana ke kantor atau pun ke kampusnya, sedangkan Neil terkadang mengantarkan Adriana untuk pulang.Saat di kantor pun Yanti selalu berada di sisi Adriana, mereka juga selalu makan siang bersama, bahkan ketika Adriana pergi ke toilet pun Yanti selalu ikut meski pun tidak ikut ke dalam bilik kamar mandi.Berbeda dengan Adriana justru Zoya kini sedang mengintai Adriana dari jauh. Kimia yang sedang berada di dalam mobil sambil memperhatikan Adriana yang baru saja keluar dari kantor.Entah kenapa setiap Zoya melihat wajah Adriana rasa benci Zoya terhadap Adriana semakin membesar, dan rasanya Zoya ingin melakukan hal buruk lagi terhadap Adriana.Di sisi lain Zoya memperhatikan lagi beberapa orang yang telah memperhatikan Adriana juga. Zoya yakin itu adalah bodyguard dari Dante untuk keselamatan Adriana.Zoya langsung memukul setir mobilnya, untuk menculik Adriana lagi sekarang Zoya membutuhkan ren
Setelah menjalankan pekerjaannya yang banyak akhirnya pekerjaan Neil telah selesai. Jadi Neil bisa mengantar Adriana ke kampusnya. Karena Dante malam ini menyuruh Neil untuk mengantarnya entah kenapa.Neil pun segera membereskan barang-barangnya yang ada di meja kerjanya. Setelah semuanya berada di tempatnya masing-masing, Neil pun segera pergi dari kantornya menuju kelosan Adriana.Neil langsung mengirimi Adriana pesan, untuk memberitahu Adriana.'Aku yang akan mengantarkanmu ke kampus malam ini.' Neil langsung mengirimkannya setelah mengetikkan kalimat itu kepada Adriana.Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit akhirnya Neil sampai di kosan Adriana. Neil mengerutkan keningnya saat melihat mobil seseorang yang terparkir di parkiran kosan Adriana.Karena yang Neil tahu jika Kosan Adriana ditempati oleh mahasiswi, jadi tidak ada yang membawa mobil.Neil langsung teringat akan Adriana, dengan cepat Neil masuk ke dalam kosan Adriana. Neil semakin curiga saat melihat pintu kosan Adria
Dante benar-benar merasa panik, apalagi setelah Neil mengatakan jika Adriana di tusuk oleh Zoya. Emosi Dante kini benar-benar di ujung tanduk, ia ingin memarahi bodyguardnya karena mereka tidak becus menjaga Adriana.Akhirnya Dante pun selesai memakai pakaiannya, tanpa memeriksa kembali pakaiannya Dante segera pergi dari kamarnya.Saat Dante melewati ruang keluarga, nyonya Wanda yang sedang menonton televisi langsung menghentikan Dante."Mau ke mana kamu buru-buru seperti itu?" tanya Nyonya Wanda."Adriana, Ma. Adriana di rumah sakit," jawab Dante."Apa? Kenapa?" tanya Nyonya Wanda."Perutnya ditusuk pisau oleh Zoya," jawab Dante lagi."Apa?!" Nyonya Wanda shock mendengar pernyataan dari Dante.Nyonya Wanda tidak percaya jika Zoya bisa melakukan hal gila terhadap Adriana, tapi apa yang sebenarnya membuat Zoya bisa melakukan hal itu terhadap Adriana? Pasti karena dendamnya sebab merasa Adriana lah yang menggagalkan rencana jahatnya waktu lalu."Dante mau ke rumah sakit dulu ya, Ma," uj
"Ayo, Bapak bisa ikut saya untuk pengambilan darah," ujar suster itu mengajak Neil ke ruangan khusus.Setelah kepergian Neil, Dante dan Nyonya Wanda hanya bisa melihat kepergian Neil dan suster itu.Nyonya Wanda yang melihat wajah Dante terlihat sangat kecewa langsung menepuk pundak putranya itu. Nyonya Wanda tahu apa yang dipikirkan oleh Dante karena Dante putranya."Jangan berpikir macam-macam, kamu harus bersyukur ada orang yang mau membantu Adriana di saat kita tidak bisa mwnolongnya," kata Nyonya Wanda."Apa sih, Ma. Aku gak mikir sampe sana," kata Dante bohong."Mama bisa lihat ekspresi kamu, dan apa yang kamu pikirkan," kata Nyonya Wanda."Aku tidak mau membahasnya," ujar Dante lalu duduk di kursi tunggu.Nyonya Wanda pun hanya bisa terdiam dan ikut duduk dengan Dante di kursi tunggu sambil menunggu Adriana."Sebenarnya apa alasan Zoya melakukan hal ini kepada Adriana? Apa dia gak mikir kalau dia bisa saja menghilangkan nyawa orang lain?" ujar Nyonya Wanda."Aku tidak tahu, Ma.
"Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta