Kehidupan Adriana sekarang dikelilingi oleh orang-orang yang baik, Dante selalu mengantarkan Adriana ke kantor atau pun ke kampusnya, sedangkan Neil terkadang mengantarkan Adriana untuk pulang.Saat di kantor pun Yanti selalu berada di sisi Adriana, mereka juga selalu makan siang bersama, bahkan ketika Adriana pergi ke toilet pun Yanti selalu ikut meski pun tidak ikut ke dalam bilik kamar mandi.Berbeda dengan Adriana justru Zoya kini sedang mengintai Adriana dari jauh. Kimia yang sedang berada di dalam mobil sambil memperhatikan Adriana yang baru saja keluar dari kantor.Entah kenapa setiap Zoya melihat wajah Adriana rasa benci Zoya terhadap Adriana semakin membesar, dan rasanya Zoya ingin melakukan hal buruk lagi terhadap Adriana.Di sisi lain Zoya memperhatikan lagi beberapa orang yang telah memperhatikan Adriana juga. Zoya yakin itu adalah bodyguard dari Dante untuk keselamatan Adriana.Zoya langsung memukul setir mobilnya, untuk menculik Adriana lagi sekarang Zoya membutuhkan ren
Setelah menjalankan pekerjaannya yang banyak akhirnya pekerjaan Neil telah selesai. Jadi Neil bisa mengantar Adriana ke kampusnya. Karena Dante malam ini menyuruh Neil untuk mengantarnya entah kenapa.Neil pun segera membereskan barang-barangnya yang ada di meja kerjanya. Setelah semuanya berada di tempatnya masing-masing, Neil pun segera pergi dari kantornya menuju kelosan Adriana.Neil langsung mengirimi Adriana pesan, untuk memberitahu Adriana.'Aku yang akan mengantarkanmu ke kampus malam ini.' Neil langsung mengirimkannya setelah mengetikkan kalimat itu kepada Adriana.Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit akhirnya Neil sampai di kosan Adriana. Neil mengerutkan keningnya saat melihat mobil seseorang yang terparkir di parkiran kosan Adriana.Karena yang Neil tahu jika Kosan Adriana ditempati oleh mahasiswi, jadi tidak ada yang membawa mobil.Neil langsung teringat akan Adriana, dengan cepat Neil masuk ke dalam kosan Adriana. Neil semakin curiga saat melihat pintu kosan Adria
Dante benar-benar merasa panik, apalagi setelah Neil mengatakan jika Adriana di tusuk oleh Zoya. Emosi Dante kini benar-benar di ujung tanduk, ia ingin memarahi bodyguardnya karena mereka tidak becus menjaga Adriana.Akhirnya Dante pun selesai memakai pakaiannya, tanpa memeriksa kembali pakaiannya Dante segera pergi dari kamarnya.Saat Dante melewati ruang keluarga, nyonya Wanda yang sedang menonton televisi langsung menghentikan Dante."Mau ke mana kamu buru-buru seperti itu?" tanya Nyonya Wanda."Adriana, Ma. Adriana di rumah sakit," jawab Dante."Apa? Kenapa?" tanya Nyonya Wanda."Perutnya ditusuk pisau oleh Zoya," jawab Dante lagi."Apa?!" Nyonya Wanda shock mendengar pernyataan dari Dante.Nyonya Wanda tidak percaya jika Zoya bisa melakukan hal gila terhadap Adriana, tapi apa yang sebenarnya membuat Zoya bisa melakukan hal itu terhadap Adriana? Pasti karena dendamnya sebab merasa Adriana lah yang menggagalkan rencana jahatnya waktu lalu."Dante mau ke rumah sakit dulu ya, Ma," uj
"Ayo, Bapak bisa ikut saya untuk pengambilan darah," ujar suster itu mengajak Neil ke ruangan khusus.Setelah kepergian Neil, Dante dan Nyonya Wanda hanya bisa melihat kepergian Neil dan suster itu.Nyonya Wanda yang melihat wajah Dante terlihat sangat kecewa langsung menepuk pundak putranya itu. Nyonya Wanda tahu apa yang dipikirkan oleh Dante karena Dante putranya."Jangan berpikir macam-macam, kamu harus bersyukur ada orang yang mau membantu Adriana di saat kita tidak bisa mwnolongnya," kata Nyonya Wanda."Apa sih, Ma. Aku gak mikir sampe sana," kata Dante bohong."Mama bisa lihat ekspresi kamu, dan apa yang kamu pikirkan," kata Nyonya Wanda."Aku tidak mau membahasnya," ujar Dante lalu duduk di kursi tunggu.Nyonya Wanda pun hanya bisa terdiam dan ikut duduk dengan Dante di kursi tunggu sambil menunggu Adriana."Sebenarnya apa alasan Zoya melakukan hal ini kepada Adriana? Apa dia gak mikir kalau dia bisa saja menghilangkan nyawa orang lain?" ujar Nyonya Wanda."Aku tidak tahu, Ma.
"Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta
Tapi sebisa mungkin Nyonya Wanda menepis pikirannya itu, ia harap Neil tidak benar-benar menyukai Adriana. Karena nyonya Wanda ingin Dante dan Adriana bersama.Karena merasa tidak nyaman melihat Adriana dan juga Neil, Nyonya Wanda pun memilih ke luar dari ruangan Adriana untuk pergi ke kantin saja.Sedangkan Neil yang melihat Adriana lebih baik justru berpikir ingin melamar Adriana, tapi pikirannya langsung menolaknya. Tapi di sisi lain Neil merasa ini kesempatannya siapa tahu sekarang Adriana menerima lamarannya itu.Neil menghela nafas panjang, lalu memegang tangan Adriana dengan lembut. Adriana yang tangannya dipegang oleh Neil merasa dadanya berdegup kencang."Adriana, aku gak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku cuman mau bilang ke kamu, kalau aku mencintai kamu. Aku ingin melamar kamu jadi mau gak kamu menikah denganku?" tanya Neil.Adriana merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Neil barusan. Adriana tidak menyangka jika Neil akan melamarnya di sini di rumah sak
Dante dan juga nyonya Wanda langsung melihat ke arah Adriana dan Neil mereka menatap Adriana dan Neil secara bergantian. Dante juga menatap Adriana dan berharap apa yang dikatakan oleh Neil adalah kebohongan."Benarkah?" tanya Dante. Tak terkira shock dalam hatinya meski ia berusaha untuk tak menampakkanya sama sekali.Adriana langsung menganggukkan kepalanya, dan Neil langsung tersenyum lebar sambil merangkul Adriana dengan lembut.Danti yang merasa gengsi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah mereka berdua."Selamat, selamat untuk kalian berdua," ujar Dante."Selamat," ucap Nyonya Wanda juga.Nyonya Wanda melirik ke arah putranya itu, nyonya Wanda tahu jika Dante pasti merasakan sakit hati. Tapi di depan mereka berdua Nyonya Wanda terlihat ikut bahagia atas diterimanya lamaran Neil.Tiba-tiba Dante berpura-pura mengangkat telepon. "Iya? Sekarang? Baiklah aku akan pergi," ucap Dante.Setelah mengatakan hal itu Dante kembali pura-pura menutup sambungan telep
Saat Adriana baru saja masuk ke dalam kantor, ternyata berita tentang mail yang mengajak serius kepada Adriana sudah tersebar luas ke semua karyawan, dan entah siapa yang menyebarkannya, karena Adriana dan Neil tidak merasa memberitahukan hubungan mereka kepada orang lain, termasuk Yanti sekali pun.Beberapa karyawan langsung merasa iri kepada Adriana, tapi beberapa karyawan lainnya juga merasa Adriana dan Neil cocok, termasuk Yanti yang sangat men-support hubungan Neil dan Adriana.Berbeda dengan Neil yang sangat merasa senang karena sebentar lagi dirinya dan Adriana akan melakukan acara tunangan, justru Adriana tidak merasa senang, Adriana malah memikirkan Dante yang sepertinya sedang mencoba menjauhinya.Karena biasanya Dante selalu datang ke kosannya atau ke kampusnya kini Dante tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.Bahkan terakhir kali Adriana bertemu dengan Dante adalah pada saat dirinya akan pulang dari rumah sakit, dan kebetulan Dante akan menjemput Nyonya Wanda.Saa