Pada akhirnya, mereka tidak membicarakan apa pun karena saat Rebecca kembali dari bekerja pukul dua belas malam, ia hanya mendapati Candy yang tengah mengemasi seluruh barang-barang mereka di dalam unit apartemen, sementara Brian tampak tertidur pulas di atas tempat tidur. Tidak ada Mark, juga Leonel. Pria itu melarikan diri darinya, anggap saja begitu.
“Ada sesuatu yang tidak aku tahu? Sayangku?” tanya Benji sambil mengemudikan mobilnya.
Leonel berbalik ia menatap Benji dengan tatapan dingin. “Kupastikan kalian akan bercerai, hari ini juga.”
Epilogue
Violeta memperbaiki posisi kaca mata hitam yang bertengger di atas hidungnya yang mancung, ia juga membenarkan posisi kerudungnya. Hari ini adalah pemakaman neneknya, satu-satunya wanita di dunia ini yang mencintai Violeta dengan sepenuh jiwa raga meninggalkannya. Berulang kali Violeta menyeka air matanya, meski ia tahu sebanyak apa pun air matanya yang tumpah tidak akan berguna. Neneknya tetap meninggalkan dirinya menyusul ibu dan ayahnya, sekarang ia hanya memiliki kakeknya. Satu-satunya keluarga di Perancis, jika takdir sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menolak. Suara pastor bergema seolah menembus udara yang dingin di akhir musim gugur
"Keparat!" Leonel menendang kursi di ruang kerjanya hingga kursi itu terjungkal. Wajah pria itu tampak suram, rahangnya mengeras dan sorot matanya yang biru nyaris menjadi lautan api."Pecat manajer keua
"Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu," ujar Rebecca sambil menggulung rambut pirangnya yang panjang.Saat itu Leonel bersama Rebecca telah memasuki hari kedua berada di tepi pantai West Wittering. Tidak banyak yang mereka lakukan sepanjang hari, di siang hari mereka pergi berjemur menikmati suasana pantai, malam hari berpesta alkohol dan bercinta kapan pun Leonel menginginkan."Aku hanya butuh sedikit liburan," ucap Leonel, ia menyesap bir dingin dari kaleng di tangannya.
Violeta berulang kali membolak-balik profil seorang pria di layar ponselnya, secepatnya ia harus bertemu pria itu. Dipastikan itu bisa menolongnya, harus bisa."Kau serius akan pergi ke London?" Xaniah, sekretarisnya bertanya dengan nada khawatir yang tidak dibuat-buat.Violeta mengalihkan pandangannya ke arah Xaniah. "Tidak ada pilihan lain," ujarnya."Apa aku harus ikut bersamamu?"
Ketukan lembut di pintu membuat Leonel mendongakkan kepalanya. Sekretarisnya, Mario berdiri di ambang pintu. Pria dengan tampang serius itu tidak seserius tampangnya, di samping sering mengejek Leonel ia juga sering membuat Leonel marah karena sering menyangkal dan membantah pendapat yang Leonel lontarkan. Tetapi, anehnya Leonel sendiri tidak bisa marah apa lagi berpikir untuk memecatnya. Mario bisa diandalkan dalam segi apa pun meski kadang ia melakukan hal di luar perintah Leonel.“Violeta Hubert ingin bertemu denganmu,” kata Mario sambil menyerahkan sebuah map.
Epilogue
Leonel berbalik ia menatap Benji dengan tatapan dingin. “Kupastikan kalian akan bercerai, hari ini juga.”
“Ada sesuatu yang tidak aku tahu? Sayangku?” tanya Benji sambil mengemudikan mobilnya.
Pada akhirnya, mereka tidak membicarakan apa pun karena saat Rebecca kembali dari bekerja pukul dua belas malam, ia hanya mendapati Candy yang tengah mengemasi seluruh barang-barang mereka di dalam unit apartemen, sementara Brian tampak tertidur pulas di atas tempat tidur. Tidak ada Mark, juga Leonel. Pria itu melarikan diri darinya, anggap saja begitu.
“Dad, aku merindukanmu,” ucap Brian yang sedang bercakap-cakap dengan Benji menggunakan video call didampingi oleh Candy yang duduk di sebelahnya.
“Jadi, bagaimana caranya aku mencuci gelas jika kau memegangi tanganku?” Rebecca sedikit mendongak untuk menatap Leonel.
“Apa Brian menyusahkanmu?” tanya Rebecca sambil melepaskan sepatu hak tingginya dan bergegas melangkah ke kamarnya. Ia baru saja kembali dari bekerja pukul sebelas malam.
“Kau membawanya ke sini, apa kau tidak waras?”
Malam itu, mengenakan piama yang disiapkan mendadak oleh Prilly, Rebecca duduk bersandar pada ranjang sementara Brian dan Mark, masing-masing menggunakan paha Rebecca sebagai bantal di kepala mereka. Rebecca membacakan salah satu koleksi buku dongeng penghantar tidur milik Mark hingga kedua bocah itu tertidur.