"Ya, begitu, Sayang. Kamu sangat lihai bergoyang. Ah ... ini benar-benar nikmat seperti yang kubayangkan."
Lenguhan suara yang bercampur antara pria dan wanita dewasa itu membuat seorang perempuan berkaca mata tebal dan berpenampilan culun itu bergetar hebat.Lalu, dengan keberanian yang ia kumpulkan dengan susah payah, pintu apartemen itu ia buka dengan kencang.Brak!"Apa yang kalian lakukan?!"Mata perempuan itu seketika memerah. Bingkisan berupa kue ulang tahun yang ia beli terjatuh dan isinya berserak keluar.Di hadapannya, sepasang pria dan wanita yang sangat ia kenal tengah saling mereguk kenikmatan masing-masing. Bahkan, keduanya kini sedang tanpa busana!“Kim Nara! Apa yang kau lakukan di sini!” ucap Axel terkejut. Ia tak menyangka, Kim Nara tiba-tiba muncul di apartemennya.“Axel, kenapa kau tega melakukan semua ini! Kenapa harus dengan Vallerie?!”Mata Kim Nara sembab, pengkhianatan di depannya benar-benar membuatnya hancur.Ia awalnya berniat untuk memberikan surprise pada Axel dengan membawa kue untuk merayakan ulang tahunnya.Namun justru, Kim Nara lah yang mendapat kejutan. Kejutan yang sangat menyakitkan. Axel justru tengah bergulat mesra di ranjang dengan perempuan lain. Dan, sialnya, perempuan itu adalah Valerrie, atasan Kim Nara sendiri!Valerrie tengah bersandar di dada Axel dengan manja. Ia menatap Kim Nara seolah-olah menantangnya."Tempatmu memang seharusnya berada di bawahku, Nara. Bagaimana bisa perempuan jelek sepertimu, berusaha berada di atasku? Itu, tak akan pernah terjadi," ucap wanita itu penuh dendam.Selama ini, Kim Nara selalu mendapatkan beban pekerjaan yang benar-benar tidak manusiawi dari Vallerie. Bahkan, ia kerap lembur karena pekerjaan-pekerjaan yang harusnya bukan merupakan tanggung jawabnya.Namun demi bisa bertahan hidup, Kim Nara tak pernah bisa membantah, apalagi menolak perintah atasannya itu. Termasuk malam ini, ia dengan tergesa-gesa menuju apartemen Axel dari kantornya setelah mengerjakan kerjaan tambahan dari Vallerie.Tetapi, justru Vallerie yang lebih dulu tiba. Bahkan, ia tengah berpeluh mesra dengan pacarnya itu!"Jalang! Hentikan omong kosong itu dan enyah dari hadapannya!"Kim Nara tak tinggal diam. Perempuan itu menarik Vallerie dari tubuh Axel hingga menyebabkan kerusuhan di antara mereka tak bisa dihindarkan.Aksi saling dorong, jambak, hingga saling cakar mewarnai pertarungan kedua perempuan itu. Mengoyak mantel dan pakaian yang digunakan Kim Nara, serta meninggalkan bekas cakaran di tubuh telanjang Vallerie.Sementara Axel berusaha menghentikan Kim Nara yang sangat brutal menyerang Vallerie dengan seluruh tenaga yang masih tersisa."Hentikan bodoh! Harusnya kamu cukup sadar diri dengan apa yang terjadi! Dibandingkan kamu, Vallerie yang lebih pantas menjadi kekasihku!" teriak Axel semakin melukai perasaan perempuan itu.Ia tak percaya lelaki yang sudah satu tahun ini menjadi kekasihnya dan selalu bersikap manis dengan penuh cinta, mengatakan kalimat yang begitu menyakitkan."Jadi ini sifat aslimu? Jadi ini alasan kenapa kamu selalu datang ke kantor sejak enam bulan terakhir? Diam-diam kamu berhubungan dengan wanita busuk ini?!" teriak Nara semakin tak terkendalikan.Plak!Sebuah tamparan menghentikan kalimat Kim Nara. Ia tak hanya merasakan perih di wajahnya, tapi juga di bagian organ paling dalam di tubuhnya.Kalimat yang terucap dari Axel selanjutnya membuat perempuan itu benar-benar hancur."Dibandingkan kamu, Vallerie lebih memiliki segalanya. Kau seharusnya ngaca! Penampilanmu yang tak pernah berubah itu membuatku malu! Jangan bicara busuk jika kamu lebih busuk dibandingkan dia!"Tangan Kim Nara mengepal. Ia tak mau diperlakukan seperti sampah oleh orang-orang yang lebih sampah dibandingkan dirinya."Kalian pantas mendapatkan ini!" jerit Kim Nara frustrasi sambil mengacungkan vas bunga yang berada di sampingnya.Namun, gerakan perempuan itu kalah cepat dengan Axel yang lebih dulu menghantam kepala Nara dengan benda tumpul yang tak sengaja ditemukan dalam kamar.Bruk!!Tubuh si perempuan terkulai lemas di atas lantai kamar. Darah merembes dari bekas luka di kepala. Napasnya tersengal. Sementara air mata yang rebas membasahi pipi tak juga mengering.“Axel! Apa yang kau lakukan!” ucap Vallerie dengan panik.“Tentu saja menyelamatkanmu dari wanita buruk rupa ini! Sudah, bantu aku mengangkat tubuhnya!” Axel dengan gemetar menyeret tubuh Kim Nara bersama Vallerie yang tak kuasa menahan ketakutannya."Gadis yang malang. Seharusnya ia tak perlu mati sia-sia jika tahu di mana tempatnya!"Sementara itu, kesadaran Kim Nara benar-benar semakin tipis. Hidupnya benar-benar hancur tak bersisa.Sebelumnya, Kim Nara selalu mendapatkan cacian serta makian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Setelah ditinggal ibu dan ayahnya, Kim Nara harus bekerja dengan keras demi menghidupi adiknya dan mengiriminya uang untuk sekolah dan kebutuhan hidup.Saking kerasnya ia bekerja, ia sampai tak sempat untuk merawat tubuh dan penampilannya. Karena itu, tak pernah ada pria yang mendekatinya dan hal itu membuatnya berpikir ia merupakan wanita terjelek di dunia.Sampai akhirnya, pria itu datang dan memberikan kesempatan Kim Nara untuk bahagia. Sayangnya, Axel hanya memanfaatkan kedekatan Kim Nara dengan Vallerie untuk lebih dekat dengan wanita itu. Kekecewaan itu membuat Kim Nara benar-benar menganggap dirinya menyedihkan!“Aku ingin mati saja! Hidupku di dunia ini benar-benar tidak ada artinya!”Sebelum mata Kim Nara terpejam, ia masih sempat melihat jam. Pukul 09.00 PM.Tiba-tiba sebuah suara muncul diiringi cahaya yang membutakan mata."Uhuk ...."Perempuan itu terbatuk. Ia tersedak oleh napasnya sendiri yang kembali secara tiba-tiba. Setelah sebelumnya ia merasa sesak seakan paru-parunya hendak meledak."Hah!"Napasnya tersengal. Dengan rakus ia menghirup begitu banyak udara melalui hidung untuk mengisi kembali paru-parunya yang kosong.Pelan-pelan, ia menyadari ada yang tidak biasa dari dirinya. Ia melihat sekeliling, dan mencoba menggerak-gerakkan tangannya.“A…aku masih hidup?”"Gadis yang malang. Seharusnya ia tak perlu mati sia-sia jika tahu di mana tempatnya!"Suara itu kembali terdengar meski begitu samar. Tangannya refleks mengepal. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan menahan geram. Berusaha menemukan pemilik suara yang tiba-tiba ia benci sampai ke tulang-tulang. Namun, yang ia temukan sama sekali berbeda dengan fakta yang diharapkan. Perempuan itu tak menemukan orang yang seharusnya telah menghina, merampas, hingga membuatnya terluka. Luka?Perempuan itu meraba bagian belakang kepalanya. Tak ada luka yang seharusnya berada di sana. Padahal ia ingat betul lelaki berengsek itu memukul kepalanya hingga kehilangan kesadaran. Ia pikir dirinya sudah mati, tapi ternyata dirinya terbangun dalam keadaan linglung.Dipikir-pikir, ia tak mengenali tempat di mana dirinya berada sekarang. Tempat itu berupa sebuah ruangan yang luas dan besar.Gelap. Tak ada peneranggan. Perempuan itu hanya mendengar suara yang kembali terulang. Meski tak pernah tahu, d
Utusan Kekaisaran Demir baru saja tiba di wilayah kekuasaan keluarga Blanchett. Titah kaisar menyebutkan bahwa keluarga tersebut harus menyerahkan anak gadis mereka untuk dijadikan istri sang kaisar. Sebagai utusan sang penguasa yang memiliki kekuasaan hampir di seluruh daratan, tentu kedatangan mereka bukanlah untuk sebuah penolakan. Mereka harus kembali dengan membawa apa yang diinginkan kaisar. Sementara keluarga Blanchett merupakan keluarga grand duke yang berada di wilayah perbatasan antara Kekaisaran Demir di wilayah barat dan Kerajaan Corbella di wilayah utara. Selama ini Grand Duke Blanchett memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai ksatria yang setia kepada Kerajaan Cobella. Namun, setelah perang panjang menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Corbella, tak ada lagi peperangan yang melanda benua. Kini keluarga Blanchett tinggal menikmati kerja keras para leluhur mereka. Terlebih kedua kerajaan yang berbatasan dengan wilayah Grand Duke Blanchett pun memiliki hubun
Tubuh Reinhart membeku. Ucapan sang kepala pelayan membuatnya menyadari satu hal. Bahwa ia dikirim ke istana ini untuk menjadi istri sang kaisar.Haha ... rasanya ia ingin tertawa sekaligus kabur di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa ia berada di tempat ini dan harus menjadi istri kaisar?Dewa, penyihir, sang pengendali waktu, atau apa pun itu, pasti melakukan kesalahan. Bisa-bisanya Ia menjebak manusia yang tak tahu apa-apa seperti Kim Nara ke dalam perempuan bernama Reinhart.'Untuk menjadi istri sang Kaisar?' ulangnya tak percaya dalam hati.Sungguh, ini benar-benar situasi yang tak bisa ia pahami. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Jelas, ia tak bisa kabur begitu saja dari istana ini."Nona, air hangat sudah siap. Anda mau mandi sekarang?" pertanyaan kepala pelayan itu membuat Kim Nara tertegun.Tak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya sebagai Reinhart.Kalau saja pertanyaan itu diajukan sebagai Kim Nara, tentu ia ingin pergi dari dunia ini dan kembali
Jika membayangkan pernikahan kaisar dengan seorang nona muda dari keluarga Blanchett sangat meriah dan dihadiri banyak orang, maka itu suatu anggapan yang keliru. Pada faktanya, Reinhart berjalan seorang diri ke arah altar diikuti tatapan para tamu undangan yang tak bisa diterjemahkan.Bahkan tak ada seorang pun dari keluarga Blanchett yang menghadiri pernikahannya. Reinhart benar-benar sendiri ketika berjalan menuju altar.'Apa dia benar-benar anak yang tak diharapkan?' bisik perempuan itu dalam hati. Kim Nara merasa prihatin dengan sosok yang kini tubuhnya ia tempati. Namun, senyum sinis di ujung bibirnya tak bisa ia kendalikan begitu saja.'Apa sekarang waktunya mengkhawatirkan orang lain? Bahkan nasibmu ke depan sama tak jelasnya dengan nasib wanita ini.' Kim Nara kembali berbisik di dalam hati.Tak lama, ia berusaha mengabaikan perasaannya. Perempuan itu tak ingin tenggelam dalam kekhawatiran yang bisa menyesatkan.Yang harus ia lakukan sekarang adalah menjalankan tugas dari san
Tubuh Reinhart membeku. Ucapan sang Pendeta Agung sama sekali tak terdengar ketika pria itu meminta pasangan yang baru saja ia nikahkan harus berciuman. Lebih tepatnya Reinhart tak ingin mendengar permintaan sang Pendeta Agung. Lagipula, bagaimana ia bisa mencium bibir lelaki yang tidak dicintai? Apa pemilik tubuh sebelumnya juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi saat ini? Atau ia akan berontak melawan sang kaisar? "Lakukan tugasmu sebagai istri," ucap sang Kaisar mengejutkan perempuan itu. Kesadarannya tersentak tiba-tiba ketika Kaisar Caspian berbisik di telinga kanannya. Lantas mendekatkan bibirnya ke arah bibir perempuan yang telah menjadi istrinya. Namun, apa yang terjadi sama sekali tak terbayangkan oleh Reinhart. Bukannya melakukan adegan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang, Caspian justru menciumnya secara brutal. Seakan ada kekesalan, kemarahan, serta kebengisan yang berusaha ditunjukkan Caspian kepada perempuan yang telah menjadi istrinya. Bahkan
Reinhart mungkin sudah gila. Padahal lelaki itu baru saja menamparnya hingga membuatnya tersungkur di atas lantai. Tak hanya itu, sikapnya pun sangat kasar. Namun, perempuan itu bukannya gentar, justru memeluk tubuh sang kaisar dengan erat. Entah apa yang ada dalam pikiran Reinhart. Mungkin ia terpancing dengan ucapan Caspian dan hanya ingin selamat malam ini. Ancaman Caspian terdengar tak main-main. Mungkin itu yang mendorong Reinhart bertindak nekat.Ia masih perlu kembali ke dunia asalnya untuk membalas dendam kepada mantan kekasih dan mantan atasannya. Ia tak boleh mati begitu saja di dunia ini. "Apa kamu pikir perbuatanmu itu bisa meredakan amarahku? Apa cuma ini yang bisa kau lakukan sebagai istri?""Eh?" Reinhart kembali tersentak ketika Caspian mendorong tubuhnya. Perempuan itu terpaku di tempat. Ia tak menyangka jika akan menghadapi situasi seperti saat ini. "Sa-saya hanya berusaha untuk melakukan tugas saya sebagai is-istri, Yang Mulia." Dengan membuang rasa malu, Re
Keesokan harinya, Reinhart terbangun dengan sekujur badan terasa remuk. Ia bahkan membutuhkan beberapa waktu untuk bangkit dari tempat tidur. Nyonya Clottie dan beberapa pelayan yang melayani Reinhart membantu perempuan itu untuk bangun. Tetap saja, rasa remuk di seluruh tubuhnya masih tak bisa tertahankan. "Saya akan menyiapkan air hangat untuk mandi, Tuan Putri," ucap Nyonya Clottie sambil membantu Reinhart bangun dari tempat tidur. Ia hanya mengangguk saja. Kalau boleh memilih, Reinhart ingin lebih lama berada di atas kasur. Namun, ada hal yang harus dikerjakan.Terutama bagaimana cara berkomunikasi dengan Sang Pengendali Waktu entah apa pun itu. Sejak terakhir kali sosok itu muncul, ia tak pernah menemui Reinhart lagi. Dirinya dibiarkan tersesat dan menghadapi kaisar kejam seperti Caspian. Beruntung ia tidak langsung dihukum mati. Tapi, jika desas-desus yang beredar tentang kaisar itu benar, pada akhirnya ia tetap akan mati bukan? Kalau begitu, apa bedanya ia hidup sebagai K
Langkah Reinhart begitu ringan ketika memasuki ruangan besar dan penuh dengan buku-buku. Wajahnya mendadak cerah. Kondisi tubuhnya yang seakan remuk, tiba-tiba terlupakan begitu saja. Ia memiliki tenaga yang berlebih untuk menyusuri setiap lorong di perpustakaan ini. Sebagai orang yang menyukai buku-buku dan bekerja menjadi asisten editor di kehidupan sebelumnya, tentu saja perempuan itu antusias melihat banyaknya tumpukan buku yang berada di ruangan tersebut. Tanpa sadar, senyum Reinhart mengembang. Tampak jelas jika ia sedang merasa antusias. "Ada berapa banyak buku yang ada di sini?" gumam Reinhart seorang diri. Iselt memilih berdiri cukup jauh dari sang putri yang tengah berlarian kecil di antara lorong rak-rak buku berukuran besar dan tinggi menyentuh langit-langit. Ruangan ini memiliki cukup penerangan. Jadi, Iselt tak perlu menempel pada Reinhart sambil membawa lentera yang masih berada di tangannya sejak awal. Reinhart sendiri pun tak lagi peduli pada pelayan yang dipek