Sepasang mata perempuan itu terasa berat. Perlu tenaga ekstra untuk membuatnya terbuka. Butuh waktu pula untuk membuatnya terbiasa dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retina matanya. Suara alat-alat yang berdengung serta menempel di tubuhnya, menjadi pemandangan pertama yang tertangkap indra pendengarannya. Gerak tangannya yang lemah tapi intens, cukup menyita perhatian seorang perempuan muda serta pemuda yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua, yang duduk di samping kanan serta kiri tempat tidur pasien. "Nuna!" seru pemuda itu pertama kali saat menyadari gerakan si perempuan. "Eonni! Kamu sudah sadar?" Si perempuan muda ikut berseru. Lantas berlari keluar kamar untuk memanggil dokter. Perempuan itu tak lagi peduli ketika kakak laki-lakinya berusaha menghentikannya. Tak lama kemudian, seorang dokter bersama dua orang perawat kembali masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi sang pasien. "Selamat siang, Nona. Apa Anda bisa mendengar suara saya?" tanya dokter itu s
"Ya, begitu, Sayang. Kamu sangat lihai bergoyang. Ah ... ini benar-benar nikmat seperti yang kubayangkan."Lenguhan suara yang bercampur antara pria dan wanita dewasa itu membuat seorang perempuan berkaca mata tebal dan berpenampilan culun itu bergetar hebat.Lalu, dengan keberanian yang ia kumpulkan dengan susah payah, pintu apartemen itu ia buka dengan kencang.Brak!"Apa yang kalian lakukan?!"Mata perempuan itu seketika memerah. Bingkisan berupa kue ulang tahun yang ia beli terjatuh dan isinya berserak keluar.Di hadapannya, sepasang pria dan wanita yang sangat ia kenal tengah saling mereguk kenikmatan masing-masing. Bahkan, keduanya kini sedang tanpa busana!“Kim Nara! Apa yang kau lakukan di sini!” ucap Axel terkejut. Ia tak menyangka, Kim Nara tiba-tiba muncul di apartemennya.“Axel, kenapa kau tega melakukan semua ini! Kenapa harus dengan Vallerie?!”Mata Kim Nara sembab, pengkhianatan di depannya benar-benar membuatnya hancur.Ia awalnya berniat untuk memberikan surprise pada
"Gadis yang malang. Seharusnya ia tak perlu mati sia-sia jika tahu di mana tempatnya!"Suara itu kembali terdengar meski begitu samar. Tangannya refleks mengepal. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan menahan geram. Berusaha menemukan pemilik suara yang tiba-tiba ia benci sampai ke tulang-tulang. Namun, yang ia temukan sama sekali berbeda dengan fakta yang diharapkan. Perempuan itu tak menemukan orang yang seharusnya telah menghina, merampas, hingga membuatnya terluka. Luka?Perempuan itu meraba bagian belakang kepalanya. Tak ada luka yang seharusnya berada di sana. Padahal ia ingat betul lelaki berengsek itu memukul kepalanya hingga kehilangan kesadaran. Ia pikir dirinya sudah mati, tapi ternyata dirinya terbangun dalam keadaan linglung.Dipikir-pikir, ia tak mengenali tempat di mana dirinya berada sekarang. Tempat itu berupa sebuah ruangan yang luas dan besar.Gelap. Tak ada peneranggan. Perempuan itu hanya mendengar suara yang kembali terulang. Meski tak pernah tahu, d
Utusan Kekaisaran Demir baru saja tiba di wilayah kekuasaan keluarga Blanchett. Titah kaisar menyebutkan bahwa keluarga tersebut harus menyerahkan anak gadis mereka untuk dijadikan istri sang kaisar. Sebagai utusan sang penguasa yang memiliki kekuasaan hampir di seluruh daratan, tentu kedatangan mereka bukanlah untuk sebuah penolakan. Mereka harus kembali dengan membawa apa yang diinginkan kaisar. Sementara keluarga Blanchett merupakan keluarga grand duke yang berada di wilayah perbatasan antara Kekaisaran Demir di wilayah barat dan Kerajaan Corbella di wilayah utara. Selama ini Grand Duke Blanchett memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai ksatria yang setia kepada Kerajaan Cobella. Namun, setelah perang panjang menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Corbella, tak ada lagi peperangan yang melanda benua. Kini keluarga Blanchett tinggal menikmati kerja keras para leluhur mereka. Terlebih kedua kerajaan yang berbatasan dengan wilayah Grand Duke Blanchett pun memiliki hubun
Tubuh Reinhart membeku. Ucapan sang kepala pelayan membuatnya menyadari satu hal. Bahwa ia dikirim ke istana ini untuk menjadi istri sang kaisar.Haha ... rasanya ia ingin tertawa sekaligus kabur di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa ia berada di tempat ini dan harus menjadi istri kaisar?Dewa, penyihir, sang pengendali waktu, atau apa pun itu, pasti melakukan kesalahan. Bisa-bisanya Ia menjebak manusia yang tak tahu apa-apa seperti Kim Nara ke dalam perempuan bernama Reinhart.'Untuk menjadi istri sang Kaisar?' ulangnya tak percaya dalam hati.Sungguh, ini benar-benar situasi yang tak bisa ia pahami. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Jelas, ia tak bisa kabur begitu saja dari istana ini."Nona, air hangat sudah siap. Anda mau mandi sekarang?" pertanyaan kepala pelayan itu membuat Kim Nara tertegun.Tak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya sebagai Reinhart.Kalau saja pertanyaan itu diajukan sebagai Kim Nara, tentu ia ingin pergi dari dunia ini dan kembali
Jika membayangkan pernikahan kaisar dengan seorang nona muda dari keluarga Blanchett sangat meriah dan dihadiri banyak orang, maka itu suatu anggapan yang keliru. Pada faktanya, Reinhart berjalan seorang diri ke arah altar diikuti tatapan para tamu undangan yang tak bisa diterjemahkan.Bahkan tak ada seorang pun dari keluarga Blanchett yang menghadiri pernikahannya. Reinhart benar-benar sendiri ketika berjalan menuju altar.'Apa dia benar-benar anak yang tak diharapkan?' bisik perempuan itu dalam hati. Kim Nara merasa prihatin dengan sosok yang kini tubuhnya ia tempati. Namun, senyum sinis di ujung bibirnya tak bisa ia kendalikan begitu saja.'Apa sekarang waktunya mengkhawatirkan orang lain? Bahkan nasibmu ke depan sama tak jelasnya dengan nasib wanita ini.' Kim Nara kembali berbisik di dalam hati.Tak lama, ia berusaha mengabaikan perasaannya. Perempuan itu tak ingin tenggelam dalam kekhawatiran yang bisa menyesatkan.Yang harus ia lakukan sekarang adalah menjalankan tugas dari san
Tubuh Reinhart membeku. Ucapan sang Pendeta Agung sama sekali tak terdengar ketika pria itu meminta pasangan yang baru saja ia nikahkan harus berciuman. Lebih tepatnya Reinhart tak ingin mendengar permintaan sang Pendeta Agung. Lagipula, bagaimana ia bisa mencium bibir lelaki yang tidak dicintai? Apa pemilik tubuh sebelumnya juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi saat ini? Atau ia akan berontak melawan sang kaisar? "Lakukan tugasmu sebagai istri," ucap sang Kaisar mengejutkan perempuan itu. Kesadarannya tersentak tiba-tiba ketika Kaisar Caspian berbisik di telinga kanannya. Lantas mendekatkan bibirnya ke arah bibir perempuan yang telah menjadi istrinya. Namun, apa yang terjadi sama sekali tak terbayangkan oleh Reinhart. Bukannya melakukan adegan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang, Caspian justru menciumnya secara brutal. Seakan ada kekesalan, kemarahan, serta kebengisan yang berusaha ditunjukkan Caspian kepada perempuan yang telah menjadi istrinya. Bahkan
Reinhart mungkin sudah gila. Padahal lelaki itu baru saja menamparnya hingga membuatnya tersungkur di atas lantai. Tak hanya itu, sikapnya pun sangat kasar. Namun, perempuan itu bukannya gentar, justru memeluk tubuh sang kaisar dengan erat. Entah apa yang ada dalam pikiran Reinhart. Mungkin ia terpancing dengan ucapan Caspian dan hanya ingin selamat malam ini. Ancaman Caspian terdengar tak main-main. Mungkin itu yang mendorong Reinhart bertindak nekat.Ia masih perlu kembali ke dunia asalnya untuk membalas dendam kepada mantan kekasih dan mantan atasannya. Ia tak boleh mati begitu saja di dunia ini. "Apa kamu pikir perbuatanmu itu bisa meredakan amarahku? Apa cuma ini yang bisa kau lakukan sebagai istri?""Eh?" Reinhart kembali tersentak ketika Caspian mendorong tubuhnya. Perempuan itu terpaku di tempat. Ia tak menyangka jika akan menghadapi situasi seperti saat ini. "Sa-saya hanya berusaha untuk melakukan tugas saya sebagai is-istri, Yang Mulia." Dengan membuang rasa malu, Re