Share

Bab 38B

Author: Herlina Teddy
last update Last Updated: 2022-12-08 16:40:16

Kali ini Hana tak bisa menguasai diri. Kupingnya memanas ketika mendengar kata bayaran yang dapat diartinya negatif bagi siapa saja yang mendengarkannya.

"Bayaran maksudnya panggilan? Wanita BO?" Hana memberi penekanan pada singkatan booking order tersebut.

"Aku tak tahu pasti apa isi yang ada di kepala mereka. Karena kata mereka hanya kamu wanita satu-satunya yang punya kesempatan keluar dan makan bareng dengan Pak Hendra. Hanya kamu wanita yang baru mereka sadari telah sanggup membuat wajah Pak Hendra se-panik itu."

"Tapi kenapa harus sebutan ...."

"Terus, mereka juga sudah mengamati. Sejak kamu ada di kantor, Pak Hendra jadi sering tersenyum. Dulu, boro-boro senyum, wajah ramah saja tidak ada. Dia tuh dingin dan jarang menyapa. Tatapannya kayak silet dan siap melukai hati jika karyawannya bikin kesalahan proposal. Jam lembur sering dikasih tanpa ampun."

Refleks, Hana terkekeh membayangkan detail wajah sang mantan kekasih. Dia tak menyangka Mahendra kini menjelma menjadi monster yang begitu kaku, disegani karyawan sekaligus menjadi killer CEO seperti yang ada di kisah novel.

"Sebenarnya ada satu yang memang sangat mengganjal di hati. Sudah lama aku pendam dan mungkin ini saatnya aku curahkan kepadamu."

Wajah Irma mendadak menegang dan serius. Kilat mata penuh curiga pun tampak di sana. Sementara Hana menelan ludah melihat ekpresi wajah Irma yang tak biasa. Hatinya pun mulai menimbang, kira-kira apa kalimat berikutnya yang ingin dimuntahkan Irma?

"Sebenarnya apa hubungan kamu dan Pak Hendra? Maksudku, sebelumnya apa kalian sudah saling kenal? Soalnya dari awal memang saya perhatikan, kalian agak aneh. Kamu ingat, pertama kali aku ajak kamu masuk ke ruangan? Kamu tuh kayak takut sekali bertemu dengannya. Syok kayak lihat hantu. Kalau Pak Hendra, sih, aku lihat dia biasa-biasa saja."

Hanya mengulum senyum tipis, Hana mengingat kembali awal pertemuannya di ruangan tersebut. Waktu itu, ia tak menyangka atasannya adalah Mahendra. Jodoh di tangan Tuhan, ada benarnya juga. Jodoh di sini dalam pengertian yang luas. Jodoh orangtua dan anak, antar sahabat, suami dan istri ataupun atasan dan karyawan.

"Ah, tidak apa-apa jika kamu tidak ...." Akhirnya Irma menjawab sendiri pertanyaannya setelah beberapa detik tak ada respons dari Hana.

"Maaf, Bu Irma. Aku belum bisa memberitahumu, aku ...."

"Iya, sudah, tak apa-apa. Aku paham. Tidak semua masalah kita harus diumbar. Apalagi kalau sampai jatuh ke telinga yang tak tepat, bisa lebih berabe urusannya.

Beruntung Hana mempunyai teman baru yang pengertian. Di mana saat orang lain sedang sibuk bergosip tentang dirinya, tidak dengan Irma yang malah tidak memaksanya berbicara tentang masa lalu yang selalu membuat dadanya kembali berdenyut nyeri.

***

"Kenapa bisa begini, Han? Apa kamu terlalu kelelahan menjaga Kai waktu itu? Vitamin yang aku kasih, apa tidak kamu minum?"

Ada guratan kegundahan di wajah dokter muda berkacamata tersebut setelah tahu keadaannya kala Hana membalas WA-nya yang tadi pagi belum sempat dibaca. Arsen baru saja selesai praktek, langsung meluncur ke rumah sakit, tempat Hana dirawat. Sementara Irma sudah pamit 15 menit yang lalu karena jam sudah menunjukkan angka tujuh. Mahendra dan Aldo masih belum kembali dari kafe rumah sakit lantai dasar.

"Aku minum kok, Kak." Hana menjawab cepat, tetapi dusta.

"Kalau kamu minum, kamu tak akan memilin selimutmu."

Arsenio senyum tipis sambil melirik gerak-gerik jari di selimut putih.

Oh, ternyata kebiasaan memilin sesuatu merupakan ciri-ciri Hana sedang menyimpan kebohongan. Mereka sudah bertahun-tahun berteman, sedikit banyak Arsenio mengetahui sifat dan kebiasaannya.

Tertawa lepas, Hana pun mengaku. Wanita bermata bundar itu pun menyandarkan punggung dan membuang napas panjang melalui hidung.

"Aku tak suka obat, Kak." Keluhan itu akhirnya pun diluapkan.

"Nih, banyak makan buah, bisa menambah daya tahan tubuh. Istirahat yang cukup dan jangan lupa sama Tuhan-mu."

Related chapters

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 38C

    Sepotong jeruk disodorkan tepat di depan mulut Hana dan ia langsung melahapnya demi menghargai."Sini, Kak. Biar aku sendiri."Tangan Hana mengambil alih buah jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Ia sungkan kalau Arsenio menyuapinya. Meski ia tahu lelaki itu sangat perhatian sejak awal, tetap saja, ia tak bisa bermanja dengannya. "Kenapa tak ke RS Mutiara saja, sih? Biar aku gampang tengokin kamu. Aku standby dari pagi sampai sore di sana. Jadi pas istirahat, aku bisa curi-curi waktu untuk jengukin kamu.""Waktu itu aku pingsan, aku tidak bisa milih, Kak. Lagipula kalau bisa pilih, aku memilih pulang ke rumah, bukan di RS. Di sini sungguh membosankan, tidak bisa lakukan apapun. Malah merepotkan orang lain.""Sampai separah itu? Pingsan? Laki-laki itu yang membawamu ke sini?"Arsenio sudah tahu banyak hal yang selama ini dirahasiakan Hana. Mulai dari Hana bekerja dengan Mahendra, test DNA yang dilakukan Kai untuk membuktikan siapa ayah biologisnya, sampai hak asuh yang ditawarkan pengaca

    Last Updated : 2022-12-08
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 39A

    "Kenapa belum dimakan?"Sekilas Mahendra melirik nampan makanan yang masih belum tersentuh di meja pasien setelah masuk ke dalam kamar dengan wajah yang biasa. Pintar sekali ia menyimpan kekesalan setelah mendengar gunjingan Arsenio yang kini mengganggu pikirannya. Meski itu sungguh sangat mengusik, tetapi ia tak ingin menunjukkan di depan Hana.Beruntung detik itu Arsen sedang buru-buru sehingga dokter muda itu memilih terus melangkah melewati dan meninggalkan tempat itu. Jika tidak, mungkin akan terjadi perang dunia ketiga lagi.Namun, diam-diam Mahendra mulai mempertimbangkan bagaimana kalau yang dikatakan dokter itu benar. Apakah Kai sudah mengerti tentang masalah orang dewasa? Apakah dia akan membenci papa yang dulu tak ingin kehadirannya?"Aku mau pulang."Seperti biasa, Hana tak menjawab tetapi malah memberi pernyataan yang tak ada hubungannya dengan pertanyaan Mahendra.Lelaki dewasa itu menarik kursi dan duduk di samping

    Last Updated : 2022-12-09
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 39B

    Tengah malam. Hana mencoba membuka mata yang masih terasa berat. Dingin dari pendingin ruangan membuatnya nyaman hingga tak tahu sejak kapan ia terlelap. Tahu-tahu sekarang ia terbangun, merasakan tangan kanannya menghangat. Hana menoleh ke sisi kanan dan menemukan sebuah kepala yang menumpang bagian sisi kasurnya.Mahendra yang menutup mata dengan tangan kanan menggenggam erat tangannya. Pantas saja Hana merasa ada yang hangat di bagian itu. Wanita tersebut mencoba menggerakkan tubuh dengan pelan agar tidak membangunkan Mahendra. Tangan kiri yang masih tersambung dengan selang infus mulai diarahkan ke wajah maskulin pria yang sudah terlelap. Sentuhan lembut ke arah dahi sampai ke pipi dan hidung bangir pria tersebut. Lembut dan penuh perasaan. Sekilas Hana melengkungkan bibir dengan hati yang sejuk. Wajah pria yang selalu menggodanya itu sanggup mencairkan hati yang sudah lama membeku. Ia bisa menerima kehadiran Mahendra sekarang sedikit demi sedikit. Pintu maaf itu a

    Last Updated : 2022-12-10
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 39C

    Matahari sudah mulai meninggi, sinarnya masuk malu-malu melalui tirai putih jendela. Mahendra yang bangun terlebih dahulu pun sudah rapi dengan kemeja navy pendek. Pakaian bersih itu sudah disiapkan Aldo kemarin saat ia mendatangi rumah sakit. General manager itu memang bisa diandalkan, tak sia-sia Mahendra mengeluarkan biaya 50 juta per bulan untuk membayar jasanya."Kamu tak usah lebay, Dra. Aku tak suka."Sesuap bubur sudah di depan mulutnya, tetapi Hana tolak mentah-mentah. Pagi ini, Hana tak punya selera makan dan Mahendra memaksanya. Itulah sebabnya lelaki tersebut berinisiatif untuk menyuapinya."Kalau tidak makan, gimana mau cepat sembuh? Kalau tidak sembuh, bagaimana bisa pulang?""I'm fine now. Dan Aku memang mau pulang sekarang." Wajahnya ditekuk sedemikian rupa. Rasa bosan sudah mencapai level tertinggi, ia tak mau berada di kamar itu lebih lama lagi."Lagipula kamu tidak seharusnya melakukan semua ini." Hana berkata lagi."Aku harus melakuka

    Last Updated : 2022-12-11
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 40A

    "Anda siapa?" Mahendra bertanya dengan nada tak bersahabat. Ia tak suka dengan senyuman palsu yang ada di wajah itu."Dia anak Bu delia." Hana yang menjawab.Pria itu meletakkan buket di atas meja lalu membalikkan badan menatap Hana dan Mahendra bergantian. Sementara Mahendra mencoba mengingat dan sel sarafnya langsung membongkar ingatan tentang pria yang berdiri bersama dengan Hana di sisi pintu tempo lalu. Otak jenius itu sudah tahu siapa orang tersebut, meski belum tahu namanya."Gimana keadaanmu sekarang, Hanami?" Pria tersebut mencoba mengulas senyuman, walau tak nyaman dengan tatapan tajam Mahendra. Tidak masalah, di sini ia mencari Hana, bukan mencari masalah."Untuk apa Anda datang?"Pertanyaan itu bersamaan terucapkan, Mahendra merasa sesuatu yang tak nyaman. Mengapa sekarang saingannya menjadi ada dua pria, yang perlu disingkirkan?"Dra, sudah. Kamu apa-apaan, sih?"Hana jengah melihat sikap Mahendra yang tidak sopan dan terlihat posesif."Aku Jonathan."Jonathan mengulurkan

    Last Updated : 2022-12-12
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 40B

    Pria yang sedang mengemudikan mobil dapat membaca ekspresi kebingungan Hana. Wanita itu sedari tadi menoleh ke belakang jok penumpang, seperti sedang mencari sesuatu."Bunga Lily yang tadi aku taruh ke plastik merah, ke mana, ya?""Bunga?" Pria itu menggaruk kepala yang tiba-tiba gatal, berpura-pura tidak mengerti bunga yang dimaksud."Bunga dari Kak Jonathan. Perasaan tadi aku lihat kamu bawa sama tas hitamnya kamu, kan?" Sesekali Hana masih menoleh ke belakang, memastikan keberadaan benda tersebut. Mula dirinya yang menenteng plastik merah, tetapi Mahendra menawarkan diri untuk membantu membawakannya."Iya, tadi aku yang bawa dan aku taruh di belakang. Kok, bisa nggak ada, ya?" Pintar sekali ia berakting. Padahal, sebenarnya bunga itu sudah ia buang di tong sampah pada saat mereka menuju ke parkiran. Ia merasa beruntung melintasi tempat sampah, dengan cekatan plastik merah tersebut dimasukkan ke sana tanpa sepengetahuan Hana. Mahendra tak suka wanitanya menerima barang orang lain,

    Last Updated : 2022-12-13
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 40C

    "Beruntung Nak Hendra masih punya itikad baik, datang dan mau bertanggungjawab atas Kai. Biarkan dia melakukannya dan jangan kamu menghalanginya lagi.""Ibu tak tahu kalau dia mau merebut Kai dari kita?"Menatap lekat sambil tersenyum tipis, wanita senja itu tak menjawab langsung. Naluri seorang ibu mencuat, ia dapat memahami bagaimana Hana ingin memberi perlindungan kepada anaknya."Tapi Ibu tidak melihat sifat jahat itu ada di hati Nak Hendra. Ibu bisa lihat ketulusannya mengayomi kalian. Coba kamu pikir bagaimana kalau tidak ada dia ketika Kai membutuhkan donor darah? Siapa yang akan peduli ketika kamu pingsan kemarin?"Wanita cantik itu menganjur napas dalam dan membalas kontak mata ibu. Kebencian dan kejengkelan yang selama ini dipupuk untuk pria tersebut telah membuatnya buta akan ketulusan yang pernah Mahendra lakukan. Ia tumbuh menjadi wanita pendendam. Kini, semua perkataan ibu seolah membuka mata hatinya. Jujur, menyimpan dendam tanpa ia

    Last Updated : 2022-12-14
  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   Bab 41A

    "Apa aku boleh jujur kepada Kai sekarang?""Tidak!" pekik Hana dengan mengepal tangan yang diletakkan di atas meja. Napas memburu, mata mulai mengembun. Dia belum mau Kai mengetahuinya sekarang. Entah mengapa, dia pun tak tahu. Si wanita masih belum rela dan ikhlas.Suasana menjadi dingin meski sayur asam di dalam panci masih mengepulkan asap. Keempat jantung mereka berdebar akibat pekikan spontan Hana. Kai pun sempat tersentak seperti tersengat listrik. Dia belum pernah melihat mamanya berteriak sebelumnya."Han, menurut ibu ...."Ibu mencoba menguasai diri untuk tidak mencampuri urusan mereka, pun akhirnya bersuara. Tangan ibu yang dihiasi beberapa goresan keriput pun menggenggam kepalan tangannya. Niat ibu menenangkan putrinya agar Hana bisa berpikir waras dan menggunakan logika.Wanita lima puluh tahun itu berharap petuahnya tadi berbuah hasil, Hana bisa meluluhkan batu dendam dan kebencian yang menumpuk di dada. Namun, sepertinya Han

    Last Updated : 2022-12-15

Latest chapter

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26C

    "Han! Hana!"Teriakan itu mengalihkan perhatian Hana dan Mahendra ke arah pintu. Kaki mereka maju sampai di depan pintu dan mendapatkan Clarisa yang baru pulang, entah dari mana. Namun, tak lama Mommy menarik tangannya seakan memaksa untuk mengikuti langkahnya. Ada satu pria yang berkacamata hitam, tak asing bagi mereka, pun ikut serta mereka keluar dari pagar."Kayak kenal laki-laki itu, siapa, ya?"Jari Hana menunjuk ke arah mereka sambil berusaha memeras otaknya untuk mengingat."Jonathan.""Jonathan?" Hana masih menerka alasan pria itu datang ke rumah. Siapa yang mau ditemuinya?"Jonathan itu sepupu aku, tapi jauh banget. Anaknya sepupu Mommy. Mommy dan mamanya sepupu tiri. Jadi hubungannya agak jauh, beda kakek.""Terus, dia ke sini, mau ngapain? Cari kamu? Lalu, ngapain dia ikut mereka keluar juga?"Sambil bersandar di dinding, Mahendra tersenyum geli dan mengerti arti dari sikap yang Mommy lakukan barusan. Beliau sengaja mengajak Clarisa ikut dengannya agar memberi ruang dan w

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26B

    "Aku bisa siapin sendiri, Mas. Kamu tidur lagi, deh. Besok kamu, kan, mau ke kantor. Aku nggak mau dengar dari Aldo kalau kamu tidur di sofa saat jam kerja."Pria itu berdecak dan langsung duduk di samping istri yang sedang bersandar di sofa kamar. Dia tersenyum kala memandang bayi mungil yang sedang menutup mata sambil mengisap susu. "Lahap banget." Dia menoel pipi mulus dan gembul itu dan enggan menanggapi omelan istrinya."Mas, tidur sana, aku bisa, kok.""Nggak apa-apa, Sayang."Sekilas dia mencium pelipis Hana lalu melanjutkan ucapannya. "Aku ingin merasakan menjadi ayah yang siap begadang. Hal yang tidak pernah aku alami saat Kai masih bayi.""Tapi kalau besok kamu ....""Tidak masalah kalau aku curi waktu untuk istirahat bentar di kantor. Tidak ada yang bisa mengatur termasuk Aldo. Aku bos di perusahaanku. Siapa yang berani pecat aku? Irma? Atau Aldo?""Tapi dengan kamu tidur di saat jam kantor

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26A

    "Kenapa? Nyeri lagi?""Aneh, nih. Sakitnya sudah mulai rutin dan jaraknya berdekatan. Prediksiku ini sudah mulai pembukaan.""Kita ke rumah sakit, ya?""Apa nggak tunggu sampe ...."Belum selesai berucap, Hana mengelus perutnya sambil menahan sakit."Tunggu? Sudah semakin intens gini, masih mau nunggu? Nggak, ayo sekarang aku antar ke rumah sakit. Kelahiran anak kedua biasanya lebih cepat dari anak pertama."Tak menunggu lama, Mahendra mengganti pakaian dan membawa tas keperluan Hana dan calon bayi yang sudah disiapkan jika sewaktu-waktu harus bergegas ke rumah sakit. Sementara Hana tidak mengganti baju karena sudah mengenakan daster."Aku mau proses kelahirannya normal, ya, Mas."Hana masih sempat me-request saat sudah duduk di jok depan, samping Mahendra. Sebelum menginjak pegal gas, sang suami menoleh dan mengelus pucuk kepalanya."Iya, mudah-mudahan bisa. Kita dengar apa kata Dokter Rissa saja. Beli

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 25B

    "Ini kamu minum dulu, dong, Sayang. Pembukuan beginian semestinya Luna aja yang mengerjakan. Kamu harusnya istirahat yang cukup. Apalagi tadi malam, katanya nggak bisa tidur pulas karena punggungnya sakit."Segelas cangkir berisi susu hangat khusus untuk ibu hamil diletakkan di atas meja kamar. Hana tak menyadari kedatangan suaminya ke kamar karena terlalu fokus dengan laptop. Sejak pulang liburan dari Hongkong, mereka beraktifitas seperti biasa. Mahendra ke kantor dan Hana ke toko bakery. Tidak ada drama pulang telat, Mahendra selalu menjemput istrinya sesudah jam magrib. Lalu, mereka akan pulang bersama dan ibu tetap tinggal di ruko. Percuma terus mengajaknya untuk tinggal bersama, beliau akan tetap menolak dengan alasan yang sama."Ibu lebih nyaman tinggal di sini bersama Luna dan Sinta."Kalau sudah begitu, anak dan menantunya hanya bisa menghela napas pasrah. Namun, keadaan ibu tetap dipantau dari kamera pemindai yang dihubungkan dengan pons

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 25A

    Bab 25Pesawat Airbus Garuda Indonesia mendarat dengan selamat di aspal Bandara Udara Internasional Hong Kong jam tujuh lewat dua puluh pagi hari. Waktu Jakarta dengan negara tersebut hanya berbeda satu jam lebih lambat.Mereka keluar dari pesawat menuju ke ruang pengambilan bagasi dan butuh waktu kurang lebih satu jam. Di sana mereka melakukan registrasi ulang dengan mengisi formulir. Setelahnya, mereka menggunakan transportasi MRT menuju Disneyland Resort Line dengan jarak kurang lebih 12.7KM. Tujuan pertama mereka adalah check in Hong Kong Disneyland Hotel yang sudah di-booking seminggu yang lalu di Jakarta. Lantaran belum jam 12, mereka tak bisa masuk ke kamar, koper dititipkan ke hotel.Di kota Lantau, Hong Kong Disneyland Hotel berada di tepi laut. Pemandangan itu sangat menenangkan hati. Hari kedua, mereka akan mengunjungi pantai itu, rencananya. Dengan antusias yang semakin menggebu, mereka berkendara berjarak empat menit menuju Hong Kong Disn

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 24C

    "Aku sudah tanya dokter Rissa."Hana semakin melebarkan pupil mata ketika apa yang menjadi bahan pertanyaan di kepala sudah dijawab suaminya."Jangan kaget, aku nemu pertanyaan itu di bola matamu. Mata itu seolah berbicara denganku.""Lalu, apa lagi pertanyaan yang ada di mataku? Buktikan kalau kamu memang lihai membaca pertanyaan di mataku."Hana sengaja melotot agar suaminya bisa leluasa melihat kedalaman matanya. Tidak ada pertanyaan lain lagi, Hana hanya ingin mengetes apa jawaban suaminya.Pria itu tak langsung menyahut. Kedua matanya memicing, pura-pura fokus mencari pertanyaan di sana. Dia mengambil dagu dengan tangan kanan lalu menggeser tepat di depan wajahnya."Yang kulihat tidak apa pertanyaan apa-apa di sana, tetapi ada sebuah perintah."Hana yang tak bisa meredam gejolak yang bergemuruh di dada, pun melipat dahinya. Jarak wajah mereka tinggal satu jengkal. Itu yang membuat Hana hampir lupa cara bernapas yang

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 24B

    Mahendra berucap setelah cangkir putih sedikit menjauhi mulutnya. Beberapa detik kemudian, dia meneguk lagi hingga minuman itu kandas."Kamu bisa andalkan aku tanpa menyewa mereka. Aku selalu siap ada untuk mereka. Kamu tak lupa, kan, tujuh tahun aku pernah menjadi —""Ya, ya. Jangan kamu lanjutkan, aku tak suka. Tapi saranku jangan menyalahgunakan niat baikmu yang dulu-dulu. Mereka ada aku sekarang. Aku tidak akan segan bertarung kepadamu jika —""Jika kamu tak ingin aku merebut Hana, maka perjuangkanlah. Jika sedikit saja kamu lengah, siapkan diri untuk merasakan kehilangannya."Entah bagaimana mereka ini. Padahal, Arsenio sudah sepakat untuk mengundurkan diri dan berhenti berjuang mengambil hati Hana. Namun, di sesi lain, dia akan kembali merebut jika Mahendra lengah dan gagal membuat Hana bahagia.Hal itu membuat Mahendra harus tetap waspada. Meski iya, sekarang seutuhnya raga Hana telah digenggam, tetapi tidak menutup kemungkinan wan

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 24A (Extra part)

    "Time is money, Bro. Kuharap kamu bisa menghargai waktu."Seperti biasa, nada bicara ketus Mahendra terdengar, tetapi tidak membuat Arsen kaget. Dia sudah sering mendapati mata sinis, sikap dingin dan aura tak suka darinya.Percakapan mereka terjeda ketika seorang pelayan mengantar menu. Arsenio memesan cappunico panas. Lalu, orang itu pergi meninggalkan meja."Ada apa kamu memanggilku?"Tak ingin mengatakan alasan keterlambatan karena mengurusi pasiennya, Arsen langsung ke permasalahannya. Dia sedikit heran dengan isi pesan Mahendra di aplikasi hijau yang dikirim tadi pagi. "Apa ada waktu hari ini? Temui aku di kafe cinta rasa jam 1 siang nanti."Kendati belum tentu Arsen menyetujui janji temu itu, isi pesannya terkesan mengharuskan."Tentang istriku, Hana.""Ya. Ada apa?"Dalam beberapa detik keheningan itu tercipta dan mereka saling melempar pandang. Namun, sedikit berbeda sinar mata yang diberikan

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 23C

    Suara yang menggebu-gebu membuat Hana takut. Dia belum paham sepenuhnya, tetapi mencoba mengerti ucapan itu. Dia menarik kesimpulan sendiri jika Nadhira adalah penggemar suaminya, tetapi sejak kapan? Selama bersama Mahendra, dia belum pernah merasa mendapat saingan kecuali Elena."Andai kau mati, akulah yang akan mengganti posisimu!"Di akhir kalimat itu, Nadhira tertawa terbahak-bahak, menggelegar ruangan sempit itu. Wanita itu meronta saat tubuhnya ditahan untuk maju. Dia ingin meraih dan menjambak rambut Hana lagi seperti saat di dapur tempo lalu. Melihat situasi tak memungkinkan, petugas menarik paksa tubuh tersangka dengan sigap. "Maaf, Bapak Ibu."Petugas memberi isyarat agar mereka boleh keluar dan tersangka akan dikembalikan ke sel karena situasi mulai kacau. Mahendra mengangguk paham dan segera membawa Hana keluar dari sana."Kau memang pantas mati, aku pasti akan senang sekali."Samar-samar terdengar lagi kicauan Nadhira yang diakhiri dengan tawaan yang sangat menakutkan."

DMCA.com Protection Status