Share

Bab 40A

"Anda siapa?"

Mahendra bertanya dengan nada tak bersahabat. Ia tak suka dengan senyuman palsu yang ada di wajah itu.

"Dia anak Bu delia." Hana yang menjawab.

Pria itu meletakkan buket di atas meja lalu membalikkan badan menatap Hana dan Mahendra bergantian. Sementara Mahendra mencoba mengingat dan sel sarafnya langsung membongkar ingatan tentang pria yang berdiri bersama dengan Hana di sisi pintu tempo lalu. Otak jenius itu sudah tahu siapa orang tersebut, meski belum tahu namanya.

"Gimana keadaanmu sekarang, Hanami?" Pria tersebut mencoba mengulas senyuman, walau tak nyaman dengan tatapan tajam Mahendra. Tidak masalah, di sini ia mencari Hana, bukan mencari masalah.

"Untuk apa Anda datang?"

Pertanyaan itu bersamaan terucapkan, Mahendra merasa sesuatu yang tak nyaman. Mengapa sekarang saingannya menjadi ada dua pria, yang perlu disingkirkan?

"Dra, sudah. Kamu apa-apaan, sih?"

Hana jengah melihat sikap Mahendra yang tidak sopan dan terlihat posesif.

"Aku Jonathan."

Jonathan mengulurkan tangan hendak berjabat sedangkan Mahendra tidak menyambut dan membiarkan tangan itu terus melayang dalam beberapa detik. Tatapan yang diberikan pun masih sama. Runcing yang menusuk.

Melihat sikap Mahendra, Nathan terus memaksakan senyuman dan menyimpan tangannya. Dia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti ini seumur hidup. Namun, ia berusaha tenang seolah itu bukanlah masalah besar.

Sementara Hana yang melihat wajah Mahendra yang berubah, pun berusaha mencairkan suasana yang membuatnya merinding. Dia masih trauma melihat pria itu berkelahi dengan Arsen dan tak mau peristiwa itu terulang lagi dengan Nathan.

"Kamu kok tahu aku ada di sini?"

Hana membuka pertanyaan untuk mengalihkan perhatian. Namun, itu bukan sekadar basa-basi, murni ia ingin tahu. Lantaran mereka tidak saling mengenal dan belum berhubungan via apapun kecuali pertemuan di ruang inap Kai tempo lalu. Hanya itu.

"Ibu kamu bilang kamu tidak bisa antar kue pesanan mama. Mama menyuruhku mampir ke rumah kamu untuk mengambilnya. Lalu, aku tanya sama ibu kamu tentang keberadaanmu."

Tenang, pria itu menjawab dengan santai, tidak ada celah gugup terlihat di sana meski ia membaca guratan wajah Mahendra menyiratkan kemuakan.

"Jika tidak ada urusan lagi, Anda boleh pergi karena sebentar lagi dokter akan datang me-revisit."

Mahendra mengusir sambil menatap jam mahal yang melingkar tangan dan Hana melotot ke arahnya. Dia tak peduli tatapan Hana. Dia tak suka apa yang sedang ia perjuangkan terasa diusik dan terancam.

"Dra!"

"Maaf, memangnya ada larangan tertulis di depan pintu bahwasanannya saya tidak diperbolehkan menjenguk? Hm, lagipula memangnya Tuan sendiri siapa? Mengapa terlihat sangat posesif sekali."

Wajah yang tadinya ramah, kini berubah sedikit menantang. Terlihat rahang yang mengeras dan salah satu alis yang digerakkan. Sorot mata memindai dari atas sampai ke bawah, seperti menyambut perseteruan yang diciptakan Mahendra.

"Oh, Anda belum tahu siapa aku, ternyata? Perkenalkan aku Mahendra, calon suami Hanami."

"Dra, kamu kenapa, sih? Bukan, dia bukan ...."

Hana terlihat kelabakan, entah mengapa ia tak suka dengan jawaban itu. Ia tak mau ada yang salah paham dan tak mau mengakui apa yang baru dikatakan Mahendra. Menurutnya, pria itu sudah keterlaluan. Jonathan kembali tersenyum, wajahnya mengendur setelah mendapati pernyataan wanita tersebut. Dia pun menanggapi.

"Iya atau bukan, tidak jadi masalah. Hanya saja ...."

"Selamat pagi semuanya. Apa kabar, Bu Hana? Pak Hendra?"

Seorang dokter dan perawat yang mendampinginya pun masuk dengan suara sapaan yang empuk dan hangat. Dokter itu menatap mereka satu per satu dengan tatapan bersahabat dan hangat.

"Bagaimana keadaan Bu Hana sekarang? Apa masih pusing atau mual?"

Belum Hana menjawab, Jonathan pun izin pulang karena merasa tidak nyaman. Barangkali dokter ingin memeriksa dan ia merasa sungkan. Meski ia penasaran dengan kata-kata yang keluar dari mulut pria itu. Apa benar Hana sudah punya calon suami dan anak yang ia jenguk kemarin adalah anak siapa?

"Han, aku pamit dulu. Nanti aku hubungi kamu lagi."

Pria bertubuh tegap itu pun langsung keluar setelah mendapat ucapan terima kasih dari Hana. Mahendra menatap Hana dengan penuh tanda tanya. Hubungan pertemanan seperti apa yang mereka jalin selama ini?

***

Siang itu, Hana diperbolehkan pulang karena semua hasil tes darah laboratorium menunjukkan normal. Hanya saja saran dokter, Hana harus istirahat dan menghabiskan vitamin yang diberikan. Setelah mengurus semua administrasi, mereka menuju ke parkiran dan mobil melaju menuju ke rumah.

"Kamu cari apa?"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status