Gemercik suara air jatuh terdengar, dinding kaca yang menghalangi menciptakan embun, Alice berdiri menikmati hangat air yang membasahi tubuhnya setelah terjebak dalam kedinginan.Bayangan tubuhnya di dinding terlihat, Alice mengusap permukaan kulitnya yang terasa sedikit berbeda dari biasanya. Dia tersenyum, senang dengan kondisi semakin pulih meski akan membutuhkan waktu jauh lebih lama lagi agar bisa sembuh.Sebelum datang ke kediaman Borsman, kondisinya yang parah sering kali membuat dia kesakitan hanya dengan kulitnya bersentuhan dengan pakaian yang dikenakan.Kini semuanya kian membaik, meski ada sisa-sisa rasa perih, namun kali ini Alice tidak lagi banyak meringis setiap kali tubuhnya terkena air.“Aku harap, perut dan lidahku juga segera sembuh,” bisiknya penuh harapan.Alice mematikan shower dan pergi keluar untuk mengeringkan tubuhnya, sebelum berpakaian dia mengoleskan salep pemberian Theodor. Ketika Alice kembali keluar, Hayes tidak ada di kamar.Sangat melegakan mengetah
Damian menggenggam sebuah kotak berisi kalung, pria paruh baya itu memandangi ukiran kecil berbentuk salju dihiasi oleh berlian. Damian belum pernah memberi hadiah apapun untuk Alice, dan ketika dia tahu Alice di lahirkan saat salju turun, Damian mencari sesuatu yang berharga untuk diberikan kepadanya.Kebahagiaan Alice sangat penting untuknya, gadis itu pantas mendapatkan segala hal terbaik dalam hidupnya.Suara ketukan di pintu terdengar, tidak berapa lama Alice muncul. “Ayah memanggil saya?”Dengan senyuman lembutnya Damian mengangguk. “Kemarilah.”Alice masuk ke dalam ruangan itu dan segera menarik kursi untuk duduk di hadapan Damian. “Ayah memanggil saya untuk apa?” tanya Alice penasaran.Damian meletakan kotak kalung yang dia genggam di hadapan Alice. “Itu untukmu.”Pupil mata Alice melebar tidak dapat menutupi keterkejutannya, gadis itu sampai tidak berani untuk menyentuhnya karena dia tahu kotak beludru hitam itu pasti perhiasan.“Maaf, Ayah. Saya tidak bisa mengambilnya, itu
Hari ini cuaca sangat cerah dan hangat, tampaknya acara pacuan kuda akan berjalan dengan baik.Hayes berdiri bersandar pada sisi mobil, menunggu Alice yang tengah dibantu beberapa pelayan untuk mendapatkan riasan.Suara helaan napas berat terdengar dari mulut Hayes, matanya yang lelah tidak dapat ditutupi karena sepanjang malam tidak bisa tidur. Hayes gelisah, dilanda banyak pikiran buruk.Mata zambrud yang cerah itu bergerak menyapu pemandangan sekitar, berakhir pada lapangan golf yang beberapa terakhir ini tidak dia pakai. Ada kerinduan besar yang datang, Hayes rindu bermain golf, dia rindu pergi menghabiskan waktunya untuk liburan bersama teman-temannya, Hayes rindu kebebasan.Andai Hayes tidak menikah demi statusnya sebagai pewaris, dia tetap akan hidup berkecukupan. Penghasilannya sebagai atlit cukup besar, dia juga memiliki banyak asset yang diturunkan dari kakek neneknya. Dan yang terpenting, dia tidak menyakiti Alice sampai sejauh ini.“Seharusnya aku tidak mengorbankan masa m
Acara pacuan kuda sudah dimulai sejak satu jam yang lalu, orang-orang menggunakan teropong untuk melihat ke arah lapangan, tidak jarang Alice mendengar segelintir percakapan beberapa teman Hayes yang sedang melakukan taruhan mengenai kuda yang mereka jagokan.Sempat, Alice mencari-cari keberadaan Theodor yang hampir dua hari ini tidak dia jumpai. Saat ini perasaan Alice gelisah tanpa alasan, dia berharap dengan melihat kehadiran Theodor perasaannya menjadi lebih baik.Tanpa sengaja Alice melihat Bella yang baru datang. Kehadiran Bella langsung disambut dengan hangat dan akrab semua orang, mereka tampak ramah dan memperlakukan Bella dengan baik.Ketika tanpa sengaja tatapan Alice bertemu dengan Bella, Alice bisa merasakan kebencian dan permusuhan yang kuat di mata Bella.“Sekarang kau tahu kan kuda itu seperti apa?” tanya Hayes dengan nada mengejeknya.Alice mengalihkan perhatiannya lagi pada arena balap kuda. “Ya, sekarang aku sudah tahu. Terima kasih sudah memberiku kesemptan untuk m
“Rasakan itu!” teriak Tesa berdiri di belakang Alice. “Itu layak kau dapatkan dari guru yang kau singkirkan! Dasar murid tidak tahu diri! Sudah untung aku mau mengajari orang idiot sepertimu!”Napas Alice tertahan di dada, telinganya berdenging sakit mendengar teriakan hinaan dan tatapan semua orang yang tertuju kepadanya.Bayang-bayang kenangan buruk langsung bangkit dan menyerang seperti déjà vu.Seluruh tubuh Alice basah kuyup sampai air menggenangi lantai yang dipijaknya.Hayes yang baru akan duduk dan berbicara dengan kliennya terhenyak, melihat Alice berdiri di antara keramaian dalam keadaan basah kuyup dan dimaki seorang wanita asing yang tidak dikenalinya.Beberapa pengawal yang tengah berjaga berlarian menahan Tesa dan menariknya untuk menjauh dari jangkauan Alice.Dengan tergesa Hayes membelah kerumunan, menghalangi Alice dari perhatian semua orang. “Apa yang kau lakukan?” teriak Hayes.“Kau suaminya?” teriak Tesa di antara himpitan dua orang pria bertubuh besar. “Katakan pa
Lantunan musik terdengar, biru air kanal bergelombang saat dilewati oleh kapal. Theodor duduk memandangi setiap bangunan kuno berasitektur cantik di pinggiran kanal yang dilewatinya, jalan-jalan dipadati oleh para pejalan kaki.Sapuan angin lembut membawa Theodor pada kerinduan dan kenangan masa kecilnya. Disini dia memiliki satu-satunya ingatan dan kenangan tentang pertemuan pertama dan terakhirnya dengan ayahnya.Pertemuan itu terasa canggung dan asing, Theodor sampai memeluk kaki Crissan dan memohon agar tidak meninggalkan dirinya bersama ayahnya.Setelah pertemuan itu, dua hari berikutnya Theodor mendapatkan kabar jika ayahnya meninggal.Theodor tidak ingat apa yang telah dia lakukan selain duduk di gondola, dia juga tidak ingat dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya saat pertama dan terakhir kalinya bertemu. “Tuan Muda, Anda ingin berlibur di sini beberapa hari lagi? jadwal Anda untuk bulan depan sudah saya kosongkan,” kata Samuel.Theodor membuang napasnya dengan berat, pria i
Matahari terlihat menggumpal bulat di arah barat, hangatnya masih terasa meski terhalang beberapa pohon. Damian berdiri di tepian danau, merenungkan kabar yang sudah sampai di telinganya mengenai Alice.Orang-orang membicarakannya tanpa henti, satu persatu masa lalu Alice diulik sampai semua orang tahu bahwa dia adalah anak kelingkuhan Damian.Meski kini Tesa berada dalam tahanan, hal itu sama sekali tidak akan memperbaiki apapun.Akan menjadi sulit untuk Alice masuk ke dalam kelas sosial, sebuah celaan akan dia terima setiap saat, dan orang-orang akan selalu mencari celah untuk menghinanya dan mengolok-oloknya sebagai hiburan.Sifat alami manusia, mereka cenderung akan menilai orang lain dari apa yang terlihat dan terdengar tanpa mempedulikan kebenarannya.Damian sudah berusaha melindungi identitas Alice agar dia bisa melangkah pada kehidupan yang lebih cerah, dan alasan Damian meminta Alice tampil bersama Hayes hanya untuk membuat Alice terbiasa dengan keramaian dan bisa belajar dar
Ujung pensil yang meninggalkan tinta terlihat gemetar membentuk hurup disetiap baris, terkadang ada titik noda besar yang tertinggal, ada pula tulisan yang melewati banyak garis. Sudah hampir satu jam Alice belajar mengikuti tulisan yang dibuat Mery, perlahan dan pasti Alice sedikit lebih bisa mengikutinya.Wajah Alice terangkat melihat kea rah jendela. Diluar sudah gelap.Alice kembali melihat bukunya, ditemani suara musik yang tenang dia terus menulis lagi mengisi kaca buku yang hampir penuh.Karena semua orang sudah tahu Alice buta huruf, kini dia tidak lagi perlu bersembunyi-sembunyi untuk belajar.Kejadian hari ini tidak akan membuat Alice tumbang, bahkan meski dia terjatuh dan berdarah, Alice akan terus bangkit dan melangkah mengkuti alur yang telah Tuhan gariskan untuknya. Sebuah bayangan menghalangi buku Alice, sekali lagi Alice mengangkat wajahnya dan melihat keberadaan Hayes yang berdiri di sisinya tampak seperti sedang memperhatikan. Refleks Alice menurunkan earphonenya d