Acara pacuan kuda sudah dimulai sejak satu jam yang lalu, orang-orang menggunakan teropong untuk melihat ke arah lapangan, tidak jarang Alice mendengar segelintir percakapan beberapa teman Hayes yang sedang melakukan taruhan mengenai kuda yang mereka jagokan.Sempat, Alice mencari-cari keberadaan Theodor yang hampir dua hari ini tidak dia jumpai. Saat ini perasaan Alice gelisah tanpa alasan, dia berharap dengan melihat kehadiran Theodor perasaannya menjadi lebih baik.Tanpa sengaja Alice melihat Bella yang baru datang. Kehadiran Bella langsung disambut dengan hangat dan akrab semua orang, mereka tampak ramah dan memperlakukan Bella dengan baik.Ketika tanpa sengaja tatapan Alice bertemu dengan Bella, Alice bisa merasakan kebencian dan permusuhan yang kuat di mata Bella.“Sekarang kau tahu kan kuda itu seperti apa?” tanya Hayes dengan nada mengejeknya.Alice mengalihkan perhatiannya lagi pada arena balap kuda. “Ya, sekarang aku sudah tahu. Terima kasih sudah memberiku kesemptan untuk m
“Rasakan itu!” teriak Tesa berdiri di belakang Alice. “Itu layak kau dapatkan dari guru yang kau singkirkan! Dasar murid tidak tahu diri! Sudah untung aku mau mengajari orang idiot sepertimu!”Napas Alice tertahan di dada, telinganya berdenging sakit mendengar teriakan hinaan dan tatapan semua orang yang tertuju kepadanya.Bayang-bayang kenangan buruk langsung bangkit dan menyerang seperti déjà vu.Seluruh tubuh Alice basah kuyup sampai air menggenangi lantai yang dipijaknya.Hayes yang baru akan duduk dan berbicara dengan kliennya terhenyak, melihat Alice berdiri di antara keramaian dalam keadaan basah kuyup dan dimaki seorang wanita asing yang tidak dikenalinya.Beberapa pengawal yang tengah berjaga berlarian menahan Tesa dan menariknya untuk menjauh dari jangkauan Alice.Dengan tergesa Hayes membelah kerumunan, menghalangi Alice dari perhatian semua orang. “Apa yang kau lakukan?” teriak Hayes.“Kau suaminya?” teriak Tesa di antara himpitan dua orang pria bertubuh besar. “Katakan pa
Lantunan musik terdengar, biru air kanal bergelombang saat dilewati oleh kapal. Theodor duduk memandangi setiap bangunan kuno berasitektur cantik di pinggiran kanal yang dilewatinya, jalan-jalan dipadati oleh para pejalan kaki.Sapuan angin lembut membawa Theodor pada kerinduan dan kenangan masa kecilnya. Disini dia memiliki satu-satunya ingatan dan kenangan tentang pertemuan pertama dan terakhirnya dengan ayahnya.Pertemuan itu terasa canggung dan asing, Theodor sampai memeluk kaki Crissan dan memohon agar tidak meninggalkan dirinya bersama ayahnya.Setelah pertemuan itu, dua hari berikutnya Theodor mendapatkan kabar jika ayahnya meninggal.Theodor tidak ingat apa yang telah dia lakukan selain duduk di gondola, dia juga tidak ingat dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya saat pertama dan terakhir kalinya bertemu. “Tuan Muda, Anda ingin berlibur di sini beberapa hari lagi? jadwal Anda untuk bulan depan sudah saya kosongkan,” kata Samuel.Theodor membuang napasnya dengan berat, pria i
Matahari terlihat menggumpal bulat di arah barat, hangatnya masih terasa meski terhalang beberapa pohon. Damian berdiri di tepian danau, merenungkan kabar yang sudah sampai di telinganya mengenai Alice.Orang-orang membicarakannya tanpa henti, satu persatu masa lalu Alice diulik sampai semua orang tahu bahwa dia adalah anak kelingkuhan Damian.Meski kini Tesa berada dalam tahanan, hal itu sama sekali tidak akan memperbaiki apapun.Akan menjadi sulit untuk Alice masuk ke dalam kelas sosial, sebuah celaan akan dia terima setiap saat, dan orang-orang akan selalu mencari celah untuk menghinanya dan mengolok-oloknya sebagai hiburan.Sifat alami manusia, mereka cenderung akan menilai orang lain dari apa yang terlihat dan terdengar tanpa mempedulikan kebenarannya.Damian sudah berusaha melindungi identitas Alice agar dia bisa melangkah pada kehidupan yang lebih cerah, dan alasan Damian meminta Alice tampil bersama Hayes hanya untuk membuat Alice terbiasa dengan keramaian dan bisa belajar dar
Ujung pensil yang meninggalkan tinta terlihat gemetar membentuk hurup disetiap baris, terkadang ada titik noda besar yang tertinggal, ada pula tulisan yang melewati banyak garis. Sudah hampir satu jam Alice belajar mengikuti tulisan yang dibuat Mery, perlahan dan pasti Alice sedikit lebih bisa mengikutinya.Wajah Alice terangkat melihat kea rah jendela. Diluar sudah gelap.Alice kembali melihat bukunya, ditemani suara musik yang tenang dia terus menulis lagi mengisi kaca buku yang hampir penuh.Karena semua orang sudah tahu Alice buta huruf, kini dia tidak lagi perlu bersembunyi-sembunyi untuk belajar.Kejadian hari ini tidak akan membuat Alice tumbang, bahkan meski dia terjatuh dan berdarah, Alice akan terus bangkit dan melangkah mengkuti alur yang telah Tuhan gariskan untuknya. Sebuah bayangan menghalangi buku Alice, sekali lagi Alice mengangkat wajahnya dan melihat keberadaan Hayes yang berdiri di sisinya tampak seperti sedang memperhatikan. Refleks Alice menurunkan earphonenya d
“Saya membutuhkan keringanan meski dia salah, kondisi mentalnya sangat kacau sejak dia masih muda, dia juga pernah berada di rumah sakit jiwa, sampai saat ini dia berada di bawah pengawasan dokter.""Kita lihat saja nanti hasilnya," jawab Aaron, polisi yang menangani kasus Giselle.Xavier tersenyum simpul. "Saya juga tidak membela tindakan isteri saya. Namun, saya percaya dengan isteri saya, dia melakukan ini semua pasti saat dia sedang berada dalam keadaan yang tidak begitu sadar. Saya harap Anda bisa melihat Giselle yang tidak pernah memiliki catatan buruk apapun selama ini, dan bahkan meski kini Giselle harus penjara, saya sangat berharap jika Gisella berada dipenjara khusus,” ucap Xavier terdengar memelas.Aaron terdiam mendengarkan ucapan Xavier, mereka memperhatikan gerak-gerik Gisella yang memang menunjukan tanda-tanda berbeda saat menjalani interogasi.“Apa saya boleh masuk? Saya dokter pribadinya, mungkin nyonya Giselle akan melakukan sesuatu jika kondisi pikirannya sedang ti
“Tuan Muda, Anda baik-baik saja?” tanya Mia memperhatikan kerisauan Hayes usai mendapatkan barang bukti dari Tesa.Hayes melepaskan satu kancing teratas kemejanya, hari ini terlalu banyak hal yang terjadi dan membuat terus menerus kecewa. “Apa kau melihatku seperti baik-baik saja?” tanya balik Hayes.“Saya harus meminta penangkapan pada nona Bella juga?”Langkah kaki Hayes memelan, pria itu mulai digelayuti kebimbangan. Apakah Hayes perlu melaporkan Bella? Tetapi dia sahabatnya, sulit bagi Hayes untuk melakukan tindakan tegas padanya.“Simpan barang bukti itu, kita membutuhkannya suatu saat nanti,” jawab Hayes tidak memberikan jawaban dari apa yang Mia tanyakan.“Saya mengerti,” jawab Mia seraya merongoh handponenya untuk menerima panggilan yang masuk.Langkah Hayes perlahan terhenti, tanpa sengaja dia berpapasan dengan Xavier yang tengah membawa Giselle untuk pulang. Xavier berhasil membawa Giselle keluar sementara waktu dengan alasan kondisi kesehatan mentalnya.Rahang Hayes mengetat
Bella bergerak gelisah melihat handponenya beberapa kali, kabar Tesa yang masih ditahan dan tidak dapat keluar dengan jaminan membuat Bella khawatir jika Tesa akan membuka mulut, memberitahu Hayes apa yang sebenarnya terjadi.Bella sudah cukup mengeluarkan mengeluarkan banyak uang untuk Giselle agar dia tidak ikut terseret jika dipenjara, tidak mungkin Bella mengeluarkan uang lagi untuk membantu Tesa.Beruntung saja tadi malam Ivana menghubungi Bella dan meminta bantuannya, mungkin ini akan menjadi jalan untuk Bella menyelamatkan diri.“Mau pergi kemana kau?” Tanya Stefany memperhatikan keterburu-buruan Bella yang lagi-lagi meninggalkan sarapannya.Gerak-gerik Bella kian mencurigakan dalam beberapa hari terakhir, Stefany takut putrinya melakukan tindakan yang tidak sepantasnya. Sudah cukup dulu Bella membuat masalah, Stefany tidak ingin Bella mengulanginy lagi.“Aku memiliki janji dengan temanku dan harus berangkat sekarang,” dusta Bella dengan sempurna.Bella harus ke rumah Hayes pag