Semua Bab Diperas Mafia Tengil: Bab 11 - Bab 20

70 Bab

Bab 11

Radin menautkan alisnya. Ia tidak tampak terkejut. Barangkali ia sudah mengira bahwa tak semua orang bisa menerima kehidupannya yang tidak normal. Barangkali, Radin hanya tersentak karena Rania sangat cepat mengambil keputusan dan tidak takut mengatakan alasannya. “Kamu sadar, berhenti sebelum kontrak berakhir berarti membayar denda?” tanya Radin tajam. “Saya sadar, Pak. Saya juga minta waktu untuk mengumpulkan uang untuk membayar dendanya. Sekali lagi maaf, Pak. Saya punya anak yang harus saya hidupi. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang membuat saya tidak bisa lagi mengurus anak saya,” jawab Rania. Suaranya bergetar pertanda gentar. Namun Rania berusaha meredam ketakutannya. “Dengan cara apa kamu mengumpulkan uang dendanya? Dengan menjual motor yang kamu bawa kabur dari mantan suamimu itu? Apa kamu sadar bahwa saya bisa melaporkanmu karena menyimpan barang curian di rumahmu?” tukas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 12

Perasaan Rania sedikit terobati saat mereka tiba tujuan. Awalnya, Rania mengira bahwa mereka akan memasuki tempat kursus di sebuah ruko bertingkat. Namun ternyata ia keliru. Rania ternyata tidak banyak mengetahui tentang perusahaan tempatnya bekerja. Radin dan Rania tiba di sebuah gedung yang sempat membuat Rania tercengang saat melihatnya untuk pertama kali. Alih-alih tiba sebuah tempat kursus rumahan atau bergaya sederhana seperti dalam bayangan Rania, mereka tiba di sebuah gedung serba ada dalam dunia baking. Meskipun tidak tahu ukuran pastinya, Rania bisa melihat bahwa gedung tersebut memiliki luas yang tampaknya sama dengan luas setengah lapangan sepakbola. Gedung tersebut memiliki lahan parkir yang luas dengan tiga lantai yang digunakan untuk mengoperasikan bisnis yang berbeda. Toko roti dan kue bernama Kanre menempati lantai pertama gedung. Bisnis bakery yang dipegang oleh Radin tersebut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 13

Di hadapan Radin dan Rania, seorang wanita berpenampilan ehm, unik, berdiri menyambut. Tangannya terjulur hendak memeluk Radin. Tapi, tentu saja tidak semudah itu menyentuh Radin. Radin dengan gerakan yang lincah, menghindar ke belakang Rania, lalu berjalan menjauh meninggalkan Rania dan pria tersebut. Baik Rania mau pun wanita tersebut tersentak karena menyadari bahwa hanya mereka berdua di sana. Wanita itu berdecak menahan kesal sementara Rania sibuk menenangkan diri usai melotot melihat penampilan wanita yang hendak bergenit-genit dengan Radin tersebut. Wanita yang tampaknya kenal baik dengan Radin tersebut memang memiliki penampilan yang mencolok. Ia mengenakan t-shirt berwarna kuning dan ungu dengan celana pendek jeans sebatas setengah paha. Sepasang giwang berwarna merah menempel di telinganya. Rambut wanita itu juga dicat pirang dan merah pada bagian-bagian tertentu. Belum cukup dengan segala per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 14

"Bu Rania turuti saja perintah Pak Radin. Nah, selamat belajar menghias kue, Bu Rania. Saya yakin, kursus yang diberikan oleh Pak Radin itu akan berguna bagi Bu Rania kelak.” Reza memutus percakapan begitu saja. Rania lagi-lagi ternganga. Ia tersentak saat Rea kembali memanggilnya. Wanita itu menghentakkan kaki, kesal karena Rania tidak juga memasuki kelas yang akan dimulai sebentar lagi. *** Menurut jadwal, kursus berlangsung selama dua jam. Materinya adalah materi dasar, yakni menghias kue menggunakan butter cream. Peserta kelas berjumlah lima orang, sudah termasuk Rania dan Rea. Setelah belajar membuat sendiri krim mentega—yang membuat Rania agak malu karena ia sama sekali tidak bisa membedakan mentega dan mentega putih, para peserta mulai menghias sebuah bolu berbentuk bulat dan berukuran kecil. Rania hampir menangis saat coating,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 15

Hingga Radin dan Rania meninggalkan gedung, Rania tidak bertemu dengan pria bernama Ramon yang secara tak langsung sudah membuatnya terpaksa mengikuti kursus menghias kue. Namun Rania menduga, Ramon ada hubungannya dengan kehidupan lain Radin. Jika tidak, mengapa Radin harus merahasiakannya terhadap Rania? Apalagi, Rania juga tidak bisa bertanya pada Rea yang juga mengenal Ramon. Sebab, saat mendengar pertemuan aneh Radin dan Ramon usai, wanita ajaib itu langsung meninggalkan kelas. Dugaan Rania, ia pergi menemui Ramon. Rea juga meninggalkan kue yang sudah ia hias dengan cantik begitu saja. Instruktur mempersilakan Rania untuk membawa pulang hasil kerja Rea dan Rania, sehingga Rania kerepotan membawanya. “Sini, biar saya saja yang bawa,” kata Radin seraya mengambil dua kotak kue yang dikemas dalam sebuah tas kertas. “Tapi Pak…” “Bawakan untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 16

“Masih siang, jangan mesra-mesraan dulu di sini,” tegur pria itu. Dengan cuek, ia memasuki mobil dan duduk di baris belakang. Padahal belum dipersilakan. Bahkan, dengan tidak tahu malu, ia meminta Radin dan Rania memutar kursinya agar mereka bisa saling berhadapan! Pria bernama Ramon itu sebaya dengan Radin, barangkali hanya sedikit lebih tua. Namun soal penampilan, Radin dan dirinya berbanding terbalik. Ramon adalah seorang pria rupawan berkulit mulus, putih dan bersih. Teriknya sinar matahari membuat kulitnya berubah menjadi kemerahan, namun hal itu tidak mengurangi ketampanannya yang mengingatkan Rania pada salah seorang aktor Jepang yang bermain dalam versi live action serial komik Jepang paling terkenal di dunia. Rania sebenarnya kurang menyukai janggut tipis melengkung di rahang Ramon yang tampak seperti igambar dengan spidol, namun hal itu tidak mengurangi kekaguman Rania pada penampilannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 17

Ramon tetap tenang meskipun dikepung oleh enam orang. Ketenangannya berubah menjadi kelegaan saat melihat Radin turun dari mobil dengan mengajak asisten pribadinya yang cantik. Radin tampak menyuruh asistennya itu merekam apa yang sedang terjadi. “Aku bisa mengatasinya, kok,” kata Ramon pada Radin yang dengan santai melewati orang-orang yang mengelilingi Ramon. “Hm, ya. Bisa sih, tapi mungkin babak belur dulu,” sahut Radin sambil mengambil posisi di sisi Ramon. Ramon meringis. Dia tahu, kalau tidak ada Radin, dia pasti sudah diseret ke tempat sepi dan dipukuli. Bagaimanapun, orang-orang yang diperintahkan untuk mengepungnya tersebut, merasa segan pada Radin. “Aku kira hubunganmu dengan iparmu sudah membaik. Ternyata masih seperti yang dulu, ya. Penuh drama,” sindir Radin. Ramon mengangkat bahu. Dia juga tidak menyangka, undangan ke restoran kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 18

Asisten Radin melongo melihat perdebatan dua orang pria di depannya. Ia berusaha menahan tawanya. Mungkin geli melihat tingkah mereka. Radin hanya mendelik pada sang asisten, namun tak melarang perbuatannya itu. CEO tiga perusahaan itu mengusap rambutnya, lalu membuang muka. Tampaknya ia sudah malas berurusan dengan Ramon. Namun, bagi Ramon, masalah belum usai. Tanpa malu, ia kembali minta diantar ke suatu tempat. “Mau ke mana, sih?” tukas Radin gusar. “Ke restoran suki favorit kita. Aku lapar, belum makan siang,” jawab Ramon dengan wajah polos. Radin melotot dan nyaris mencekik Ramon. Sementara asistennya tidak lagi menahan tawa saat melihat kelakuan dua orang pria tersebut. Keadaan di mobil pun menjadi riuh pada siang menjelang sore itu. *** Barangkali karena terlalu tegang dan marah, Radin menjadi lapar sehingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 19

Radin membuka matanya dengan wajah horor. Peluh membasahi tubuhnya, padahal pendingin udara di kamarnya berfungsi dengan baik. Dengan wajah pucat dan tubuh agak bergetar, Radin menyalakan lampu. Ia mengambil air di mini bar, lalu meneguknya hingga habis. “Syukurlah, hanya mimpi,” gumamnya lega. Radin memang baru saja bermimpi buruk. Bukan sekadar bunga tidur, melainkan ia memimpikan kejadian mengerikan yang pernah ia alami bertahun-tahun silam. Radin jelas tak ingin mengalaminya lagi. Namun hingga kini, peristiwa lampau itu menghantuinya melalui mimpi. Mimpi tentang dirinya yang melakukan kesalahan besar hingga harus menerima konsekuensinya dan kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Sudah belasan tahun kejadian itu berlalu, namun Radin tak kunjung dapat melepaskan diri dari akibatnya. Bahkan pada saat ia sudah menerima takdirnya. Saat masih bergulat dengan kenangan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 20

Rania berangkat ke apartemen Radin dengan perasaan berkecamuk. Pagi-pagi sekali, pengurus kos-kosan memberi pengumuman bahwa tempat itu sudah dijual ke pihak lain. Para penghuninya diberi waktu untuk pindah dalam waktu seminggu. Memang, ada biaya pindah dan ganti rugi lainnya. Namun Rania tidak yakin bahwa ia akan menemukan tempat yang baru dalam waktu sesingkat itu. Terlalu tiba-tiba. Dalam lift yang akan membawanya ke tempat Radin, Rania teringat pada kata-kata Reza kemarin sore. Perihal Radin yang meminta Rania agar pindah ke apartemen. Rania tersentak. Seperti mendapatkan ilham, ia merasa apa yang terjadi adalah serba kebetulan. Pada saat ia diminta pindah, tiba-tiba saja ia harus terusir dari kontrakannya. Seperti ada yang mengaturnya agar terjadi seperti itu. Apakah ini rencana Radin? Mau apa dia setelah memeras Rania agar tetap bekerja padanya? Pintu lift terbuka, membawa Rania meninggalkan la
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status