Semua Bab Di Bawah Selimut Mantan Kekasih: Bab 11 - Bab 20

37 Bab

Bab 11

Lavanya memasuki ruangannya dengan tubuh lesu. Ia langsung menghempaskan diri ke kursi. Menyalakan komputer, ia menatap grafik angka penawaran yang telah disusunnya dengan rapi dan penuh perhitungan tapi ditolak Danish. Semua terasa sia-sia dan tidak ada gunanya. "Lemes banget, kenapa sih?" tanya Nadia yang mendatangi mejanya.Lavanya tidak bersuara. Ia menjawab dengan tatapan yang tertuju pada layar komputer."Oh itu." Nadia ikut memperhatikan layar komputer Lavanya. "Udahlah, Nya. Ikuti aja maunya Pak Bos. Kita cuma kacung. Yang punya kuasa tetap yang di atas."Iya, mereka hanya bawahan di kantor itu yang harus menuruti semua aturan dan keputusan atasan. Namun kali ini Lavanya benar-benar kecewa.Lavanya menghela napas. Ditatapnya Nadia yang masih berdiri di dekat mejanya. "Dia bilang harga kita nggak make sense, tapi dia sadar nggak sih kalau angka yang dia ajukan justru nggak masuk akal? Dengan harga setinggi itu kita nggak bakal menang. Kalau katanya nggak apa-apa kalah daripada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 12

Hari sudah beranjak malam saat Danish pulang dari kantor. Saat ini ia sedang duduk di kursi belakang mobil sambil termenung. Ia sedang memikirkan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Lavanya. Meski sudah mendapatkan data Lavanya dari file karyawan, namun itu baginya belum cukup. Sosok Lavanya terus membayanginya. Tatapannya yang sendu seakan menahan kesedihan yang mendalam, caranya membawa diri dengan ketegaran yang seolah dipaksakan membuat Danish tahu bahwa Lavanya memang tidak baik-baik saja. Jangan pernah lupakan, Lavanya pernah menjadi orang terdekatnya, jadi Danish tahu bagaimana perempuan itu."Pak Dharma," panggil Danish pada supir perusahaan yang kini menjadi supir pribadinya."Iya, Pak," jawab lelaki separuh baya itu sambil memandang Danish melalui spion tengah."Bapak sudah lama kerja di sini?""Lumayan, Pak. Sudah hampir sepuluh tahun," jawab Dharma dengan sopan."Kalau begitu Bapak tahu banyak tentang karyawan di kantor?""Lumayan, Pak."Danish terdiam sejenak, memikirkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 13

Menurut kabar, hari ini hasil tender keluar. Tim tender berkumpul menunggu pengumuman resmi dari klien. Lavanya duduk dengan wajah tegang. Ia harap harga tinggi yang dipertahankan Danish tidak akan sia-sia. Serenity Construction-lah pemenangnya.Beberapa menit kemudian email dari klien masuk. Riza segera membacanya dengan suara lantang."—maka ditetapkan proyek pembangunan rumah sakit dimenangkan oleh PT. Indonesia Raya."Seketika suasana ruangan berubah senyap. Atmosfer tegang menyelubungi dengan kental. PT. Indonesia Raya adalah perusahaan yang Lavanya maksudkan kala meeting waktu itu. Mereka berani memasang harga murah dari perusahaan lainnya.Lavanya mengembuskan napas. Danish juga berada di sana. Ekspresi pria itu begitu sulit dibaca. Entah Lavanya harus tertawa atau sedih sekarang. Mereka gagal meraih proyek itu. Proyek besar yang direbutkan banyak perusahaan.Embusan napas penuh kekecewaan perlahan-lahan mengisi ruangan. Namun tak lama kemudian Riza berseru, "Bentar, ada emai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 14

Lavanya menahan napas, berusaha tidak terpancing. Ia menjelaskan dengan baik-baik. "Iya, Bu. Aku memang baru bisa pulang jam segini karena harus lembur. Lagi ada proyek besar yang aku kerjakan.""Selalu lembur yang kamu jadikan alasan. Kamu pikir Ibu nggak tahu?""Tahu apa, Bu?" Lavanya balik bertanya sambil mengerutkan dahinya."Kamu pasti selingkuh, bukan kerja! Apalagi Ibu dengar di kantor kamu ada bos baru. Laki-laki dan masih muda. Kamu sering berduaan dengan dia."Lavanya refleks terdiam. Memang benar yang dikatakan mertuanya mengenai atasan barunya. Seorang laki-laki dan masih muda. Tapi ia tidak habis pikir dari mana Neli tahu mengenai hal tersebut. Apalagi sampai menudingnya berselingkuh."Kenapa diam? Nggak punya alasan buat ngeles karena yang Ibu katakan nggak salah? Gitu kan?!" ucap Neli merasa menang.Lavanya menggelengkan kepalanya, menyangkal tudingan sang mertua. "Bukan begitu, Bu. Ibu salah. Aku di kantor kerja lembur nggak hanya berdua, tapi dengan tim. Lagian Ibu den
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 15

Hari-hari berikutnya, interaksi Lavanya dan Danish semakin intens. Setiap hari mereka lembur dan lebih seringnya hanya berdua. Nadia meminta cuti demi merawat anaknya yang sakit.Lavanya sebenarnya merasa resah dan tidak nyaman. Apalagi semenjak ibu mertua menuduhnya selingkuh karena terlalu sering lembur. Tapi apa boleh buat, Lavanya tak mungkin lari dari tanggung jawab. Karena itu, sebisa mungkin Lavanya menjaga jarak dari Danish. Ia hanya berbicara seperlunya saja dengan pria itu.Malam ini, Lavanya dan Danish duduk di depan komputer masing-masing. Hanya suara keyboard dan jarum jam yang terdengar. Merasa perutnya lapar, Lavanya bangkit dari kursi. Ia bermaksud membuat mie di pantry. Tadi ia membeli sebungkus mie instan untuk mengganjal perutnya."Permisi sebentar, Pak, saya mau ke pantry," izinnya pada Danish."Boleh nitip kopi?""Kopi dan gulanya masing-masing berapa sendok, Pak?"Danish terdiam. Apa Lavanya benar-benar sudah lupa? Dulu Lavanya hafal betul berapa takaran kopi y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 16

Lavanya memegang pipinya yang perih. Perasaannya begitu terluka diperlakukan seperti ini. Benar kata orang. Sekali saja lelaki sudah main fisik maka ia akan terbiasa dan terus melakukannya tanpa rasa bersalah."Seharusnya aku yang tanya sama kamu. Kamu yang kenapa? Kenapa semakin hari semakin nggak sopan sama Ibu?" bentak Erik dengan keras. Suaranya menggema di kamar mereka yang ukurannya tidak seberapa."Aku nggak sopan gimana, Mas?" tanya Lavanya tidak habis pikir. Justru ia sudah bersikap sesopan mungkin pada mertuanya. Tidak satu kali pun ia bersikap kurang ajar padanya."Ibu belum selesai ngomong tapi kamu langsung melipir. Apa itu yang dinamakan sopan, hah?!""Aku ‘kan udah minta izin buat masuk ke kamar, Mas. Aku pergi karena ingin menghindari pertengkaran dengan ibu. Lagian kapan kamu bisa membela aku di depan ibumu, Mas?" ujar Lavanya dengan perasaan kecewa."Apanya yang harus dibela? Udah jelas-jelas kamu bersalah. Apa nggak ngerti juga?" Suara Erik kembali keras, matanya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 17

"Gimana sih kamu? Sengaja ya numpahin teh ke tangan Mona?" Tiba-tiba saja hardikan keras itu terdengar. Berasal dari mulut Neli yang ditujukan pada Lavanya."Maaf, aku nggak sengaja," ucap Lavanya dengan perasaan bersalah. Bukan dusta. Kejadian itu terjadi begitu saja. Tiba-tiba tangan Mona menyenggol tangannya hingga teh itu akhirnya tumpah.Erik dengan cepat mengambil tisu dari kotak di atas meja lalu menyeka tangan Mona dan juga baju perempuan itu.Lavanya tertegun menyaksikan pemandangan tersebut. Sesuatu terasa menjentik hatinya. Kenapa Erik tega melakukan hal ini padanya? Kenapa Erik tidak menghargainya sebagai istri?"Sakit?" tanya Erik sambil menatap Mona penuh perhatian seakan tumpahan teh tersebut bisa membuat kulit perempuan itu melepuh."Nggak, Mas, udah nggak apa-apa," jawab Mona sambil tersenyum manis. Perhatian Erik membuat hatinya berbunga-bunga, hingga ia lupa kalau istri sah lelaki itu ada di sana.Erik kembali duduk di tempatnya lalu menatap Lavanya dengan tajam.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 18

"Mama, coklatnya enak deh, Ma. Tante Mona baik ya, Ma." Kedatangan Belia yang masuk ke dalam kamar membuat Lavanya tersentak dari lamunannya.Lavanya tersenyum menatap putrinya. "Iya," jawabnya singkat. "Udah habis semua kue dan coklatnya?""Udah, Ma. Diminta Yosi dan Yoga." Belia sedikit cemberut ketika mengatakannya yang membuat Lavanya yakin pasti kedua anak itu memaksa untuk memberikannya."Nggak apa-apa, Sayang. Yosi dan Yoga ‘kan saudara Belia juga.""Tapi giliran mereka yang punya makanan dan aku minta, mereka nggak mau kasih, Ma. Mereka pelit banget," tutur Belia mengadukan kejadian yang pernah dialaminya."Belia nggak usah minta-minta sama Yosi dan Yoga ya. Minta-minta itu nggak bagus.""Tapi kenapa setiap aku ada makanan mereka selalu minta sama aku, Ma?" Belia menatap Lavanya dengan wajah polosnya.Lavanya terdiam sesaat. Ia menatap putrinya yang menampilkan raut bingung. Bagaimana cara menjelaskannya? Belia belum akan paham mengenai apa yang terjadi.Akhirnya Lavanya membe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 19

Gerakan tangan Lavanya yang sedang membangunkan Belia terhenti begitu saja kala mendengar perkataan Erik. Ia mendongak dan menemukan mata suaminya yang berkilat marah."Kenapa nggak boleh? Belia anakku juga, Mas. Aku yang mengandung dan melahirkan dia.""Tapi aku ayahnya. Kalau aku nggak ada, dia juga nggak akan ada!" jawab Erik keras.Lavanya terdiam sambil menatap Belia dengan perasaan sedih. Ia tidak mungkin membebaskan dirinya sendiri dan meninggalkan Belia di rumah itu. Siapa yang akan mengurus Belia? Bagaimana jika anaknya tersebut bertanya tentangnya? Ke mana Mama, Pa? Kenapa Mama nggak pulang-pulang?"Kenapa diam kamu? Katanya mau pergi. Katanya nggak suka hidup denganku!" sergah Erik keras mencemooh Lavanya yang membisu bagai patung."Aku nggak mungkin pergi tanpa Belia. Aku nggak akan meninggalkan anakku bersamamu dan keluargamu, Mas. Aku nggak mau anakku terus terzalimi," jawab Lavanya yang kembali menatap Erik."Berhenti menjelek-jelekkan keluargaku. Tahu diri sedikit! Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 20

Lavanya yang sejak tadi duduk canggung di sebelah Danish menjadi semakin tegang. Jantungnya berdetak kencang melihat tatapan tajam Erik ke arah mobil."Itu suami kamu?" tanya Danish yang kini memandang ke arah beranda."Iya," jawab Lavanya pelan. "Saya turun dulu, Pak. Terima kasih sudah mengantar saya," sambungnya tanpa berniat menawarkan Danish untuk mampir."Sama-sama."Lavanya langsung membuka pintu setelah mendengar jawaban Danish. Namun sebelum ia benar-benar turun Lavanya masih mendengar ucapan lelaki itu."Hati-hati, Nya. Jaga diri kamu baik-baik."Lavanya tertegun sesaat. Ucapan Danish begitu sederhana, tapi entah mengapa sangat membekas di hatinya. Tapi ia tidak membiarkan pikirannya lama-lama mencerna hal itu. Dari arah beranda Erik masih memandang padanya.Akhirnya yang Lavanya ucapkan adalah, "Terima kasih, Pak, saya baik-baik saja."Setelahnya, tanpa menunggu Danish bicara lagi Lavanya langsung turun dari mobil. Sementara Danish masih tetap di sana. Ia menunggu sejenak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status