All Chapters of Di Bawah Selimut Mantan Kekasih: Chapter 1 - Chapter 10

34 Chapters

Bab 1

"Cuma ini? Uang segini dapat apa? Sekarang apa-apa mahal, harga sembako naik. Token listrik baru lima hari udah bunyi, belum lagi gas dan pulsa!"Lavanya menatap nanar ke arah Neli, ibu mertuanya yang tengah marah-marah padanya.Lavanya baru saja memberikan uang sebanyak satu juta padanya. Ia baru menerima gaji, dan seperti biasa setiap kali habis gajian Lavanya selalu menyetorkan jatah untuk sang mertua.Lavanya cukup tahu diri. Ia masih tinggal menumpang di rumah mertuanya."Maaf, Bu, adanya cuma segitu," ujar Lavanya. Ia tidak mungkin memberikan semua uang yang dimilikinya pada Neli, sedangkan Lavanya juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi."Bohong! Kamu kira ibu nggak tahu?!" Neli membelalak padanya. "Sini!" Wanita paruh baya itu merebut tas Lavanya yang tersampir di bahu kemudian membuka tas tersebut.Begitu menemukan dompet Lavanya, Neli mengambil sejumlah uang di sana hingga hanya menyisakan tiga helai uang kertas berwarna merah."Bu, jangan, Bu. Aku juga butuh uang itu, Bu."
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 2

'Jadi selama ini aku dianggap apa?'Bukankah dia seorang istri? Bukankah dia menantu di rumah ini? Tapi mengapa mereka tidak menghargainya sama sekali?Perlahan-lahan ia melangkah pergi dari balik lemari dan kembali ke kamar.Ia menemukan Belia tertidur. Mungkin perutnya sudah kenyang setelah jajan tadi.Lavanya duduk di tepi tempat tidur dengan hati yang remuk. Ia menatap wajah polos anaknya lalu membelai lembut kepalanya."Mama nggak kuat lagi, Sayang. Mama nggak tahu entah sampai kapan bisa bertahan di rumah ini," bisiknya nyaris tanpa suara dengan perasaan sedih yang mendalam.Lavanya ingin pergi dari rumah itu. Ia ingin menemukan kebahagiaannya, tapi dengan uang tiga ratus ribu, ia bisa apa?Air mata menggenang di pelupuk matanya, namun Lavanya menahan agar tidak luruh. Jika menangis bisa membuatnya bebas, Lavanya sudah melakukannya sejak bertahun-tahun yang lalu.Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Erik masuk ke dalamnya."Pergi cuci piring sana. Aku lihat udah menumpuk. Kamu nggak ma
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 3

"Bu Lavanya," panggil guru Belia, membangunkan Lavanya dari ketertegunannya.Lavanya menelan saliva. Tangannya yang menjinjing tas terasa gemetar. Ditatapnya guru Belia dengan perasaan malu sembari menyusun kata-kata di dalam hati."Iya, Bu. Saya minta maaf. Saya memang belum sempat membayarnya. Mohon diberi waktu beberapa hari lagi."Guru Belia tersenyum tipis, mencoba untuk mengerti, namun di sisi lain juga harus melaksanakan tugasnya. "Saya mengerti, Bu Lavanya, tapi pihak sekolah juga punya aturan. Kalau sampai awal bulan depan belum dibayar, pihak sekolah akan memberikan teguran resmi."Lavanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Bu, saya janji paling lambat akhir bulan ini sudah dibayar.""Tolong diusahakan ya, Bu. Kasihan Belia kalau sampai ada kendala dalam kegiatan belajarnya."Perkataan tersebut semakin menyayat hati Lavanya. Ia tidak ingin hal buruk itu sampai terjadi. Belia pasti sedih jika pihak sekolah tidak mengizinkannya masuk. Apalagi Belia adalah anak yang rajin."Terima
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 4

"Kenalkan, ini Pak Danish, owner perusahaan kita sekaligus CEO di kantor pusat," kata Bu Ratna pada Lavanya yang mematung.Nama itu menggema di kepala Lavanya.Danish.Pria yang pernah dicintainya. Cukup lama Danish menjadi bagian dari hidupnya sampai akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan Lavanya demi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.Lalu kini Danish berada di hadapannya. Dan ini benar-benar nyata.Tatapan Danish menelisik wajah Lavanya seolah ingin meyakinkan bahwa wanita yang berada di dekatnya saat ini adalah Lavanya yang dulu ia kenal.Namun, bedanya sekarang wanita itu tampak begitu dewasa walau wajahnya terlihat lelah.Lavanya berusaha mengendalikan diri dan menyapa Danish."Selamat pagi, Pak," ucapnya sembari sedikit menundukkan badannya sebagai tanda penghormatan."Pagi." Danish menjawab dengan suara yang tenang."Ada perlu apa, Lavanya?" sela Ratna menengahi.Jantung Lavanya masih berdegup dengan kencang. Untuk sejenak ia lupa apa alasannya datang ke ruangan itu.Nam
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 5

Lavanya tampak terkejut. Ia pikir pria itu sudah pergi, ternyata masih berada di kantornya."Iya, Pak? Tentang uang tadi—""Aku nggak membahas uang, Nya," potong Danish cepat sebelum Lavanya selesai dengan perkataannya."Jadi, Bapak mau apa?""Nggak usah seformal itu ngomong sama aku, Nya. Aku masih Danish yang dulu."Mata Lavanya mengelana ke sekitar, khawatir ada orang di dekat mereka yang mendengar percakapan itu.Para rekan kerjanya pasti akan menggosip jika tahu Lavanya bicara berdua dengan Danish."Maaf, Pak, kita lagi di kantor dan saya nggak mau orang-orang salah mengartikan keberadaan Bapak di dekat saya," jawab Lavanya sopan."Memangnya mereka mau mengartikan bagaimana?"Lavanya terdiam karenanya. Ia mulai resah lantaran terlalu lama berdekatan dengan Danish.Danish tersenyum tipis melihat Lavanya yang jelas-jelas gelisah, seolah ia menikmati reaksi perempuan itu."Aku cuma mau ngajak kamu makan siang, Nya."Lavanya bertambah grogi. Ia tidak mungkin makan siang dengan Danish.
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 6

Lavanya memandang layar ponselnya tanpa berkedip. Tidak ada tanda tanya. Tidak ada basa-basi. Hanya sekadar pengenalan. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdebar kencang.Jari-jemari Lavanya gemetar saat hendak mengirim balasan. Namun ia kembali menghapus huruf-huruf yang telah diketiknya.Pesan itu tidak perlu dibalas. Karena mungkin Danish hanya sekadar ingin memberitahu nomornya.Handphonenya kembali berdenting. Kali ini pesan dari Nadia yang memberitahu ada meeting siang ini.Lavanya mengesahkan napas. Ia harus kembali ke kantor sekarang.Ketukan high heels Lavanya yang bertemu dengan lantai menimbulkan bunyi tersendiri.Saat ia masuk ke kantornya ia menemukan keadaan yang sunyi. Ia memang telat hampir setengah jam akibat pulang ke rumah tadi.Ia menggegas langkahnya ke ruang meeting."Maaf, saya terlambat, Pak," kata Lavanya pada Herman—atasannya.Semua mata tertuju pada Lavanya, termasuk Danish. Lavanya pikir lelaki itu sudah pergi, nyatanya masih ada di sini.Herman menatap L
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 7

"Ma, aku juga mau punya boneka kayak Oci," kata Belia malam itu."Boneka apa, Nak?" tanya Lavanya lembut."Oci beli boneka baru, Ma. Bagus deh," tunjuk Belia pada sepupunya yang sedang bermain boneka Hello Kitty berwarna pink.Lavanya hanya bisa menghela napas. Ia mengusap kepala putrinya sambil menahan sesak di dada. Ia ingin sekali membelikan boneka baru untuk Belia, tapi apa daya, untuk makan pun harus berhemat."Nanti kalau Mama punya uang kita beli ya, Nak," ucap Lavanya dengan suara setenang mungkin.Belia menganggukkan kepalanya meski kekecewaan jelas terlihat di wajahnya.Belia kemudian mengambil boneka beruangnya yang sudah kumal. Yang matanya sudah copot sebelah dan terdapat sobekan di bagian pinggang. Anak itu bermain berdua dengan sepupunya. Melihat hal itu Lavanya semakin tidak kuasa menahan perasaannya. Terlebih lagi ketika mendengar percakapan keduanya."Ih, Bel, boneka kamu jelek banget," hina Yosi."Nggak apa-apa. Walau jelek tapi ini boneka kesayanganku," jawab Belia
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 8

Pipi Lavanya terasa panas dan perih, tapi hatinya jauh lebih sakit. Napasnya tersengal, dadanya bergetar hebat, menahan tangis yang hampir pecah. Ia meminjamkan mata, mencoba menelan semua perasaan sakit. Tapi amarah dan kecewa yang sudah lama ia pendam kini mendidih di dadanya. "Mas Erik...," suaranya gemetar, tetapi matanya basah dan penuh luka saat menatap Suaminya. "Kamu udah keterlaluan, Mas."Erik menggeram. Wajahnya merah karena emosi dan alkohol yang menguasai tubuhnya. "Kamu yang bikin aku kayak gini!" bentaknya. "Istri macam apa yang menolak suami sendiri? Sejak kapan kamu pandai menolakku, hah? Siapa yang ngajarin? Kamu lupa udah nggak punya siapa-siapa lagi selain aku?"Lavanya menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. "Aku ini istrimu, Mas, tapi aku juga manusia. Aku capek, aku muak. Aku udah nggak tahan sama semua ini."Lavanya berusaha bangkit dari tempat tidur tapi Erik menahannya. Mata Lelaki itu membelalak, tangannya mencengkeram lengan Lavanya dengan kuat.
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 9

Lavanya melangkah ke kantor dengan gontai. Menggunakan blazer abu-abu dan rok pensil hitam, ia tampak begitu feminin. Sedikit pun tidak ada firasat dalam dirinya kalau hari ini akan terjadi sesuatu yang besar.Suasana di kantor tampak tidak seperti biasa. Para rekan kerjanya berbisik-bisik."Nya, sini!" Dian melambaikan tangan pada Lavanya yang sudah berada di kursinya.Lavanya melempar senyum dari jauh. Ia sedang malas mendengar gosip apa pun.Melihat Lavanya hanya tersenyum tanpa ada niat untuk bergabung, Dian, Lina dan Sari menghampirinya."Nya, udah dengar gosip terbaru belum?" kata Dian."Gosip apa?" tanya Lavanya tanpa minat."Pak Herman bakal dimutasi dan kita bakal punya kepala cabang yang baru.""Oh. Terus kenapa?" respon Lavanya yang tidak terlalu tertarik. Mutasi atau rotasi jabatan bukanlah hal yang aneh.Dian mencondongkan tubuhnya ke arah Lavanya dan berbisik dengan suara rendah. "Kabar baiknya dia masih muda dan ganteng banget!!!" Lina dan Sari cekikan menanggapi Dian y
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 10

Lavanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat tamparan Erik."Nggak apa-apa," jawabnya pelan.Danish mempersempit jarak di antara mereka, matanya menatap Lavanya dengan penuh selidik. "Nggak apa-apa gimana? Ini pipi kamu merah banget."Suara itu membuat Lavanya ingin jatuh, tapi ia tidak punya tempat untuk bersandar."Maaf, Pak, saya harus kembali kerja."Lavanya melangkah cepat melewati Danish. Namun lelaki itu mencekal lengannya. Tidak keras, tapi berhasil menghentikan langkah Lavanya."Lavanya, kalau kamu ada masalah, kamu tahu akan cerita ke siapa, 'kan? Aku siap mendengarnya, Nya.""Terima kasih, Pak, tapi saya baik-baik saja."Usai mengatakan kalimat singkat itu Lavanya melepaskan tangannya, meninggalkan Danish yang berdiri di lorong, menatap punggungnya yang semakin menjauh.**Ruangan meeting hari itu terasa lebih dingin. Lavanya duduk di sisi kiri meja, sedangkan Danish di ujungnya. Saat ini Danish sedang memimpin presentasi tender untuk proyek besar
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status