Semua Bab Di Bawah Selimut Mantan Kekasih: Bab 31 - Bab 37

37 Bab

Bab 31

"Aku belum selesai," kata Erik ketika Lavanya membalikkan badannya dan berniat untuk memberikan perhatian sepenuhnya pada Belia.Lavanya memejamkan mata sembari menahan napas. Benar dugaannya. Erik masih berniat melanjutkan pertengkaran."Apa lagi, Mas?" tanya Lavanya tanpa melihat lelaki itu.Erik merengkuh tubuh Lavanya hingga menghadap padanya. "Sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian?" tatapnya dengan sorot menusuk tajam."Maksud Mas?""Jangan bilang kalau hubungan kamu dan dia hanya sebatas atasan dan bawahan.""Tapi memang begitu faktanya, Mas. Hubungan aku dan Pak Danish hanya sebatas atasan dan bawahan di kantor. Nggak lebih," kata Lavanya menegaskan."Nggak lebih kamu bilang? Aku ngeliat sendiri gimana caranya memandang kamu, caranya bicara, semua gestur tubuhnya menunjukkan lebih dari itu.""Itu hanya perasaan Mas saja," sangkal Lavanya. "Itu bukan hanya perasaanku, tapi fakta. Dia punya rasa sama kamu. Apa kamu nggak ngerti juga?""Sebenarnya Mas hanya ngerasa insecure
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 32

"Papa ke mana, Ma? Kenapa Papa pergi?" Belia merengek melihat Erik meninggalkannya."Papa ke luar sebentar. Ada perlu katanya." Lavanya terpaksa berbohong pada anaknya. Ia sama sekali tidak tahu Erik pergi ke mana. Lelaki itu pergi begitu saja. Tanpa pamit. Tanpa memberi tahu. Tidak juga meminta izin.Belia menatap pintu kamar yang tertutup rapat dengan harapan ayahnya akan segera kembali. "Papa perginya lama ya, Ma?""Nggak... Papa hanya sebentar.""Tadi Papa marah sama Mama ya? Papa marah sama aku juga ya?""Papa nggak marah sama siapa-siapa, Sayang." Lavanya menyangkal sembari tangannya membelai lembut kepala Belia. Hatinya begitu sedih saat mengatakan itu. Tapi apa lagi yang bisa ia ucapkan? Belia tidak akan mengerti kalau cinta bisa melukai dan perasaan tidak akan sama selamanya."Tapi tadi aku dengar Papa bentak-bentak Mama."Lavanya ingin mengatakan bahwa Belia hanya sedang bermimpi. Bahwa sikap Erik padanya baik-baik saja. Namun rasanya sudah terlalu sering ia membohongi anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 33

Erik tidak kunjung kembali hingga malam tiba. Hanya Lavanya sendiri yang menjaga Belia di rumah sakit. Bahkan Lavanya masih memakai pakaian kerjanya tadi pagi. Lavanya mengambil handphone. Ia bermaksud menelepon Erik dan meminta agar dibawakan pakaian ganti. Tapi setelah sambungan terhubung Erik tidak juga menjawab panggilan darinya hingga berkali-kali Lavanya men-dial.Akhirnya Lavanya menyerah. Ia mematikan panggilan terakhir dengan embusan napas kecewa."Mama barusan nelepon Papa?" tanya Belia yang sejak tadi memerhatikan gerak-geriknya.Lavanya beralih menatap Belia kemudian menganggukkan kepala."Terus Papanya mana, Ma? Tadi Mama bilang Papa cuma keluar sebentar. Sampai sekarang kok nggak balik-balik?"Tatapan Lavanya jatuh lebih lekat di wajah Belia. Ia bisa merasakan bahwa anaknya tersebut begitu berharap akan kehadiran ayahnya."Mama telepon Papa tapi nggak dijawab. Mungkin Papa masih sibuk. Bentar ya Mama chat Papa dulu.""Suruh Papa ke sini ya, Ma?" pinta Belia."Iya, Sayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 34

Erik memacu motornya dengan kencang menuju rumah Mona. Ia menyalip dengan sembarangan ketika ada kendaraan yang menghalanginya di depan. Yang ada di pikirannya saat ini adalah secepatnya bertemu dengan Mona. Ia akhirnya tiba di rumah mantan kekasihnya. Suasana rumah malam itu terhitung sunyi. Hanya ada suara samar gemerisik daun dari pohon yang tumbuh di halaman.Di beranda rumah, Mona sedang duduk menunggu Erik. Ia tersenyum manis menyambut kedatangan lelaki itu."Akhirnya Mas Erik datang juga," ucapnya senang."Aku nggak mungkin membiarkan kamu sendirian dalam keadaan begini, Mon." Erik membalas senyuman Mona.Mona membukakan pintu untuk Erik. Mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah."Kamar Mona di lantai atas. Karena gelap tadi Mona hampir kepeleset, Mas," beber perempuan itu sembari memimpin langkah menaiki tangga.Tiba di kamar, Erik mendapati suasana gulita. Hanya ada sedikit cahaya dari luar yang menembus jendela sebagai sedikit penerangan.Erik mendongak, menatap lampu y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 35

Pagi mulai menjelang. Matahari baru saja terbit di ufuk timur. Di sebuah kamar yang didominasi oleh warna putih, sepasang anak manusia masih bergelung di bawah selimut dengan tubuh tanpa busana. Kemarin mereka menghabiskan malam yang panas sampai kelelahan.Erik terbangun lebih dulu. Ia menggeliatkan tubuhnya. Lelaki itu tersentak saat menyaksikan tubuh tanpa sehelai benang di sebelahnya.Seketika ingatannya membawa pada kejadian kemarin malam. Seharusnya ia tidak berada di sini. Semestinya ia berada di rumah sakit menemani istrinya mendampingi anak mereka yang sakit. Namun semalam karena larut dalam suasana ia menjadi hilang kendali dan melupakan segalanya.Mengusap wajahnya dengan kasar, Erik bangun lalu duduk di tepi tempat tidur. Ia menghela napas lalu memungut pakaiannya yang berceceran di lantai, mengenakannya."Mas Erik, mau ke mana?" Suara Mona terdengar. Perempuan itu baru bangun.Erik menoleh. "Aku pulang sekarang, Mon. Udah pagi."Semalam Mona mengatakan bahwa orangtuanya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 36

Lavanya sudah menduga cepat atau lambat pertanyaan itu akan ia dengar dari Erik. Namun yang tidak ia sangka adalah akan terjadi secepat ini. Di dalam pikirannya Erik akan terlebih dulu menanyakan keadaan Belia. Nyatanya hal itu tidak terjadi."Lavanya! Aku lagi nanya sama kamu. Ini sepeda siapa? Kenapa ada di sini?" Erik kembali bertanya dengan nada yang jauh lebih tinggi.Tatapan Erik yang mengintimidasi hampir saja membuat Lavanya gentar. Tapi untuk saat ini ia tidak boleh jujur. Hubungannya dengan Erik sedang tidak kondusif. Dan Lavanya tidak ingin memperburuk suasana."Itu sepeda Belia, Mas. Aku yang beliin."Erik memandang Lavanya lebih lekat. Seakan sedang mendeteksi kebohongan di wajah istrinya itu. "Kamu bilang nggak punya uang. Kamu selalu mengaku kekurangan uang. Jadi gimana bisa kamu membeli sepeda ini? Kamu dapat uangnya dari mana, hah?!""Mas, tolong jangan marah dulu. Aku sama sekali nggak bohong tentang keadaan keuanganku. Mas 'kan tahu sendiri berapa gajiku. Jadi cerit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Bab 37

Sapaan Danish membangunkan Lavanya dari ketertegunan.Ia menundukkan kepalanya, mencoba menenangkan debaran dalam dada yang tidak menentu. Ia tidak sanggup menatap wajah Danish. Ia merasa malu atas pemandangan indah yang tidak sengaja ia nikmati. "Sa-saya disuruh Pak Budi mengantar dokumen untuk Bapak tandatangani," kata Lavanya tergagap masih dengan kepala tertunduk. Tangannya yang memegang dokumen terasa sangat gemetar.Danis mengangguk. "Maaf, aku baru selesai mandi. Silakan masuk dulu, Nya," suruhnya lalu melangkah ke dalam kamar untuk memakai baju.Merasa ragu untuk sesaat, Lavanya akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah Danish. Ia duduk di sofa sembari menunggu lelaki itu selesai dengan urusannya.Sekian menit menunggu, Danish akhirnya keluar dari kamar. Lelaki itu mengenakan kaos hitam yang melekat begitu sempurna di tubuh idealnya. Lavanya tidak akan lupa, dari zaman mereka berpacaran dulu Danish menyukai warna-warna gelap, terutama hitam."Pak, ini dokumennya," kata Lavanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status