All Chapters of Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa: Chapter 41 - Chapter 50

122 Chapters

Konfrontasi Terakhir

Angin gunung yang membekukan menyapu puncak Gunung Tengkorak, membawa salju yang tebal dan menusuk. Lie Feng, Mei Lin, dan Lin Xue berdiri tegak, menghadapi Lord Vashta. Sosoknya yang gelap menjulang, dikelilingi oleh pusaran energi gelap yang mencekam, menciptakan badai salju yang mengerikan. Nasib negeri mereka bergantung pada pertempuran ini, pertempuran terakhir yang akan menentukan takdir mereka. Lie Feng menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang berdebar kencang. "Ini akan menjadi pertempuran terberat yang pernah kita hadapi," katanya, suaranya hampir tenggelam oleh deru angin. Mei Lin mengangguk, matanya menatap tajam ke arah Lord Vashta. "Kekuatannya jauh melampaui apa pun yang pernah kita lihat. Kita harus bekerja sama dengan sempurna." Lin Xue, dengan tenang, memeriksa pedangnya. "Kita sudah mempersiapkan diri. Kita akan memanfaatkan setiap kesempatan." Lord Vashta tertawa, suaranya menggelegar seperti guntur. "Kalian berani menantangku? K
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Pengorbanan Agung

(Bab 29: Pengorbanan Agung)Angin dingin menerpa puncak Gunung Tengkorak, membawa salju yang menusuk tulang. Lie Feng, Mei Lin, dan Lin Xue berdiri di antara reruntuhan pertempuran melawan Lord Vashta. Kemenangan terasa pahit. Lord Vashta telah dikalahkan, tetapi dengan harga yang sangat mahal. Lie Feng, pahlawan negeri ini, terluka parah. Ia bersandar pada sebuah batu, napasnya tersengal-sengal, wajahnya pucat pasi. Darah segar masih mengalir dari luka dalam di dadanya.Mei Lin, dengan wajah penuh kepanikan, menangani luka-luka Lie Feng. "Lie Feng," katanya, suaranya bergetar karena khawatir, "Lukamu sangat parah. Kita harus segera mendapatkan bantuan."Lie Feng tersenyum lemah, mencoba untuk meringankan kekhawatiran Mei Lin. "Jangan khawatir, Mei Lin. Kita telah menang. Negeri ini selamat. Itulah yang terpenting." Nyeri yang menusuk dadanya hampir membuatnya kehilangan kesadaran, namun ia berusaha untuk tetap tegar. Ia tahu, dalam lubuk hatinya, bahwa lukany
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Pengorbanan Agung #2

Beberapa bulan telah berlalu sejak pertempuran dahsyat di Gunung Tengkorak. Lie Feng, yang telah pulih sepenuhnya berkat campur tangan Guru Agung, duduk di meja kerjanya di markas besar Aliansi Pelindung. Ia memeriksa laporan-laporan terbaru, wajahnya serius. Mei Lin dan Lin Xue masuk ke ruangan, wajah mereka tampak sedikit cemas."Lie Feng," kata Mei Lin, "Ada laporan baru dari perbatasan timur. Aktivitas mencurigakan terdeteksi. Sepertinya ada kelompok pemberontak yang sedang mempersiapkan sesuatu."Lie Feng meletakkan laporan yang sedang ia baca. "Kelompok pemberontak? Seberapa besar ancamannya?""Belum bisa dipastikan," jawab Lin Xue, "Tapi jumlah mereka cukup besar, dan mereka tampaknya memiliki persenjataan yang cukup canggih."Lie Feng menghela napas. "Ini tidak mengejutkan. Dengan tumbangnya Lord Vashta, kekuatan-kekuatan gelap lainnya mulai muncul dari bayangan. Mereka mencoba untuk memanfaatkan kekosongan kekuasaan.""Apa yang harus kita lakukan?" tanya
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Damai yang Rapuh

Mentari pagi menyinari ibukota, cahaya keemasannya menerpa tembok-tembok istana yang kokoh. Di dalam sebuah taman yang tenang, Lie Feng dan Lin Xue duduk di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran. Kelopak-kelopak bunga merah muda berjatuhan perlahan, menghiasi tanah di sekitar mereka. Suasana damai menyelimuti mereka, namun kedamaian ini terasa rapuh, seperti kelopak sakura yang mudah diterbangkan angin."Lihatlah," kata Lin Xue, suaranya lembut, menunjuk ke arah kelopak sakura yang berterbangan. "Seperti kehidupan, indah tetapi singkat."Lie Feng tersenyum tipis. "Ya," katanya, "Seperti kedamaian yang kita nikmati sekarang. Ia indah, tetapi rapuh. Ancaman selalu mengintai di balik bayangan."Lin Xue mengangguk. "Kita tidak boleh lengah. Kita harus selalu waspada.""Kau benar," kata Lie Feng, "Kita telah melalui banyak pertempuran. Kita telah melihat banyak hal. Kita tahu bahwa kedamaian tidak pernah datang dengan mudah."Hening sejenak menyelimuti mereka.
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Damai yang Rapuh #2

Setelah pertempuran sengit di perbatasan utara, Lie Feng, Lin Xue, dan tokoh misterius yang telah membantu mereka—yang memperkenalkan dirinya sebagai Master Jian—berkumpul di sebuah tenda sederhana. Api unggun berkobar, menghangatkan mereka dari dinginnya malam. Aroma daging panggang dan teh herbal memenuhi udara. "Aku masih belum percaya dengan kekuatan yang kau miliki, Master Jian," kata Lie Feng, suaranya dipenuhi kekaguman. "Kecepatan dan kekuatanmu melampaui apa pun yang pernah kulihat." Master Jian tersenyum, sebuah senyum yang penuh misteri. "Kekuatan bukanlah segalanya, Lie Feng. Strategi dan kebijaksanaan juga penting. Kau telah menunjukkan keduanya dalam pertempuran tadi." Lin Xue mengangguk setuju. "Benar. Strategi serangan mendadakmu sangat efektif. Kita berhasil mengejutkan musuh dan memanfaatkan kelemahan mereka." "Tapi musuh kita kali ini berbeda," kata Lie Feng, "Mereka lebih kuat dan lebih terorganisir daripada kelompok pemberontak sebelumnya. Kita harus memper
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bayangan Naga Hitam

Udara pagi masih dingin ketika Lie Feng, Lin Xue, dan Master Jian duduk di reruntuhan kuil kuno. Bintang-bintang mulai memudar, digantikan oleh cahaya fajar yang perlahan-lahan menerangi langit. Bau hangus masih tercium di udara, mengingatkan mereka pada pertempuran sengit yang baru saja mereka lalui. Abu dan puing-puing berserakan di sekitar mereka, sisa-sisa pertarungan melawan kekuatan misterius yang baru saja mereka kalahkan.Lie Feng menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. "Kita telah memenangkan pertempuran ini," katanya, suaranya berat, "tetapi perang belum berakhir." Ia menatap Lin Xue, yang sedang memeriksa pedangnya, membersihkannya dari sisa-sisa darah musuh.Lin Xue mengangkat kepalanya, wajahnya masih dipenuhi dengan kelelahan tetapi juga dengan tekad yang kuat. "Kekuatan yang kita hadapi di kuil ini... mereka terorganisir dengan baik. Bukan sekadar kelompok pemberontak biasa. Mereka memiliki disiplin dan k
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Strategi dan Rencana

Ruangan di markas besar Aliansi Pelindung remang-remang diterangi lilin. Di atas meja, peta besar negeri ini terbentang, ditandai dengan simbol-simbol dan tanda-tanda. Lie Feng, Lin Xue, dan Master Jian duduk mengelilinginya."Kita perlu membagi tugas," kata Lie Feng, suaranya berat. "Kelompok Naga Hitam bukan lawan biasa. Kita tak bisa bertindak sembarangan.""Setuju," sahut Lin Xue. "Aku akan memimpin tim intelijen. Kita perlu informasi sebanyak mungkin: lokasi, kekuatan, dan rencana mereka. Setiap detail, sekecil apapun, sangat penting. Aku sudah mengidentifikasi beberapa titik potensial di peta ini." Ia menunjuk beberapa kota besar dan jalur perdagangan. "Ini kemungkinan besar tempat operasi mereka."Lie Feng mengusap pedangnya. "Aku akan fokus pada pelatihan. Kemampuan bela diriku harus ditingkatkan. Mereka terlatih, terorganisir, dan berbahaya. Aku harus siap menghadapi apa pun."Master Jian mengamati mereka. "Rencana yang baik," katanya. "Kalian berdua akan mengumpulkan i
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Persiapan

Beberapa hari berlalu. Lie Feng berlatih keras di lapangan latihan. Setiap ayunan Pedang Dewa Abadi penuh kekuatan dan ketepatan. Keringat membasahi tubuhnya.Master Jian mengawasi. "Kecepatanmu meningkat, Lie Feng, tapi ketepatan dan kekuatan seranganmu masih perlu ditingkatkan," katanya."Aku akan berusaha, Master Jian," jawab Lie Feng, terengah-engah. "Aku tak akan mengecewakanmu.""Ingat," kata Master Jian, "Pedang Dewa Abadi bukan hanya tentang kecepatan dan kekuatan, tapi juga kontrol. Kau harus mampu mengantisipasi gerakan lawan dan merespon dengan tepat. Kelompok Naga Hitam memiliki banyak ahli bela diri."Sementara itu, Lin Xue memimpin pelatihan tim intelijen. "Kita harus selalu waspada," katanya. "Kelompok Naga Hitam sangat berbahaya. Kesalahan sekecil apapun bisa fatal.""Bagaimana jika kita tertangkap?" tanya salah satu anggota tim."Itulah mengapa kita harus selalu siap," jawab Lin Xue. "Setiap anggota harus memiliki identitas palsu dan rencana cadangan. Kita haru
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Penyamaran di Pesta Teh: Aroma Maut

Udara dipenuhi aroma melati dan teh pucuk pilihan, tetapi bagi Lie Feng, itu hanyalah penyamaran bagi bahaya yang mengintai. Kediaman Lord Wei, salah satu bangsawan terkaya dan berpengaruh yang diduga memiliki hubungan erat dengan Kelompok Naga Hitam, berkilauan dengan lampu kristal. Lie Feng, menyamar sebagai pedagang teh dari negeri jauh bernama Xiang, berbisik kepada Lin Xue, yang anggun dalam gaun hijau zamrudnya, "Kau lihat? Lord Wei di sana, dikelilingi oleh orang-orang penting. Kita harus berhati-hati." Lin Xue mengangguk, matanya mengamati ruangan dengan tajam. "Aku sudah mencatat beberapa wajah. Mereka adalah target utama kita. Zhao dan Jian sudah siap. Mei, kau sudah menemukan informasi yang kita butuhkan?" Mei, menyamar sebagai pelayan, mendekati mereka, "Daftar anggota Kelompok Naga Hitam ada di dalam kotak kayu berukir naga di meja di sudut ruangan. Dua pengawal berjaga di sana. Kita perlu rencana." Lie Feng tersenyum tipis, "Jangan khawatir, Mei. Aku punya rencana.
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Penyamaran di Pesta Teh #2

Mereka bertukar pandang, mata mereka penuh tekad. Pertempuran melawan Kelompok Naga Hitam masih jauh dari selesai. Mereka harus bekerja sama, menggunakan semua keahlian mereka, untuk melindungi diri dan menyelamatkan negeri ini dari ancaman yang mengerikan. Lie Feng membuka tas yang diberikan Mei, menemukan sebuah perangkat kecil yang tampak sederhana namun canggih. "Ini alat komunikasi rahasia yang dibuat oleh Jian," jelas Mei, "Kita bisa menggunakannya untuk berkomunikasi dengan tim di tempat yang aman." Lie Feng mengangguk, menaruh perangkat itu di sakunya. "Bagus. Sekarang, kita harus segera meninggalkan tempat ini. Lord Wei pasti akan mengirimkan pasukannya untuk menangkap kita." Lin Xue memeriksa peta yang terbentang di atas meja, "Kita bisa menuju ke arah utara, melalui hutan bambu. Itu adalah jalur yang jarang dilalui, dan sulit untuk dilacak." "Itu rencana yang bagus," kata Jian, "Aku sudah menyiapkan beberapa alat untuk membantu kita melewati hutan bambu. Kita harus b
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status