Semua Bab Ibu Susu untuk Madu Suamiku: Bab 81 - Bab 90

101 Bab

81. Kecupan Pagi Hari

Kira membuka matanya perlahan pagi itu. Sekarang, tubuhnya terasa jauh lebih segar dan ia merasa lebih baik.Ia bangkit dari tidurnya, dan seketika itu juga ia meringis kala merasakan area bagian bawah tubuhnya sedikit sakit.Menyadari hal itu, Kira mengepalkan tangan saat ia teringat dengan apa yang Kai lakukan padanya kemarin malam. Dan bodohnya lagi, Kira sempat terbuai kala pria itu memperlakukannya dengan lembut setelah Kai menyadari air mata Kira menetes.Kira menghela napas berat. Ia menoleh ke samping, detik itu juga ia terkejut saat mendapati Kai sedang tertidur sambil bersandar pada headboard. Di tangannya tergenggam handuk kecil bekas mengompres dahi Kira.‘Apa dia menemaniku semalaman di sini?’ batin Kira seraya menatap pria itu dengan tatapan datar.Kira lalu menggelengkan kepalanya. Rasanya tidak mungkin Kai se-perhatian itu terhadapnya hingga harus merelakan tidur malamnya yang berharga. Namun, pemandangan di hadapannya berkata lain. Kai tampak pulas seolah-olah semalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

82. Semakin Berubah

Kenapa pria itu tiba-tiba mengecup keningnya? Dan kenapa pula dia bersikap seolah-olah mereka adalah pasangan suami istri sungguhan seperti kebanyakan orang? Kira bertanya-tanya dalam hati sambil merapikan alat pompa ASI yang baru selesai ia gunakan. Lalu menggeleng pelan, berusaha mengenyahkan bayangan Kai yang mengecupnya pagi tadi dari benaknya. “Selama Non Kira sakit, saya lihat Tuan Kaisar sepertinya sangat mengkhawatirkan Non Kira,” ucap Ani tiba-tiba yang tengah membantu memasukkan ASIP ke dalam cooler bag. ASIP itu akan Ani antarkan ke rumah Violet. Mendengar ucapan Ani, Kira pun terdiam sesaat. Lalu tersenyum samar. “Dia nggak mungkin khawatir sama aku, Bik.” Saat aku melahirkan saja Kai bahkan nggak mengkhawatirkanku, lanjut Kira dalam hati. “Tapi saya melihatnya begitu, Non. Tuan Kaisar bahkan nggak keluar dari kamar Non Kira tadi malam untuk merawat Non. Saya baru melihat Tuan Kaisar sekhawatir itu. Bahkan dia nggak makan dengan benar saat makan sendirian,” ujar Ani me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

83. Perhatian Kai

“Tiga hari?” Kira sedikit terkejut mendengar ucapan Kai barusan. “Iya, kenapa? Nggak mau?” “Bukan begitu. Kalau aku pergi selama itu, gimana Luna? Maksudku… apa stok ASI-nya akan cukup?” Kata-kata Kira membuat Kai seketika tertegun. Kira masih memikirkan Luna di saat dia punya alasan untuk membenci anak itu. Namun Kira tetap memperhatikan asupan ASI-nya Luna meski ia sendiri tersakiti. Tiba-tiba saja ada perasaan sesak yang menyerang dada Kai mengingat betapa kejamnya ia selama ini pada Kira. “Coba saja nanti lihat dulu stoknya di rumah. Kira-kira cukup atau nggak,” ujar Kai dengan tenang. Kira mengangguk mengiyakan. Ia heran kenapa tidak ada lagi nada tajam dalam suara suaminya itu? Kira kembali memalingkan wajahnya ke arah kiri, enggan bersitatap dengan Kai. Bagaimanapun juga Kira masih marah atas apa yang telah pria itu lakukan padanya kemarin malam dan hari ini. Tak berapa lama, Kai memarkirkan mobilnya di sebuah restoran. Dengan enggan Kira mengikuti langkah kaki pria itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

84. Perkara Tanda Merah

Kira sedang menyusui Luna saat Violet pulang.Sambil memandangi wajah Luna yang tenang dalam pelukannya, Kira mendengar Violet dan Kai yang saling bertegur sapa di tengah rumah sana.“Oh? Vi, kamu baru pulang?”“Honey…,” panggil Violet manja. “Iya, aku lelah sekali. Oh iya, tadi kamu pergi sama Kira?”“Iya,” jawab Kai dengan nada datar.“Kenapa kamu nggak bilang ke aku? Aku nungguin telepon dari kamu, tahu? Dan kamu bikin aku khawatir!” Suara Violet sedikit meninggi dengan nada merengek manja.“Vi. Kamu baru pulang, bukannya melihat Luna, kamu malah menanyakan hal itu?”“Oh, i-itu… aku juga berniat menemui Luna, kok. Aku kangen sama anak kita. Cuma aku sedikit penasaran aja tentang kepergian kamu sama wanita itu.”Kai terdengar mengembuskan napas berat. “Sudahlah… jangan menanyakan hal itu lagi, sekarang temui Luna. Bisa jadi dia rindu ibunya.”Kira tersenyum samar–senyuman kecut, mendengar percakapan sepasang kekasih itu, ia kembali menunduk, menatap Luna yang enggan melepaskan mulut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

85. Pergi Berdua

Kira mengembuskan napas panjang sambil mengancingkan blazernya di depan cermin. “Aku bisa… aku pasti bisa,” gumamnya pada diri sendiri. Sebenarnya ia malas menemani Kai ke luar kota, apalagi sampai tiga hari. Namun, demi profesionalisme, Kira terpaksa mengiyakan perintah suami sekaligus atasannya itu untuk ikut pergi ke Bandung. “Sudah siap?” Kai berdiri di ambang pintu, menyandarkan satu bahunya ke kusen pintu. Kira menatap pria itu melalui cermin, lalu mengikat rambutnya ala ponytail. “Sudah,” jawabnya, lantas mengambil koper kecil berisi pakaiannya dan menyeretnya keluar. “Biar aku yang bawa,” ucap Kai sembari meraih handle koper dari tangan Kira, membuat Kira sedikit tertegun. Kira mengikuti langkah kaki Kai yang mengangkat koper Kira saat menuruni tangga. Mobil sudah menunggu di luar dan Kai memasukkan koper itu ke dalam bagasi bersamaan dengan koper miliknya. Lalu sang sopir membukakan pintu belakang untuk mereka berdua. Kira masuk lebih dulu, disusul Kai yang duduk di sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

86. Satu Kamar

“Tunggu. Satu kamar?” tanya Kira dengan mata membulat. Kai menerima keycard tersebut dari staff hotel dan berterima kasih padanya, lalu membawa Kira menjauh dari meja resepsionis. “Iya, kenapa? Ada masalah?” Kai balik bertanya dengan tenang seraya menatap wajah Kira lamat-lamat. “Tuan, kenapa nggak pesan dua kamar saja?” bisik Kira, jengkel. Satu sudut bibir Kai terangkat. “Kamar yang lain penuh, yang tersisa cuma suite ini saja. Ayo, kita naik. Kamu nggak punya pilihan lain, Kira.” “Tuan Kaisar, tapi–” Kata-kata Kira mengambang begitu saja karena Kai sudah pergi lebih dulu meninggalkannya. Tidak punya pilihan lain, Kira terpaksa mengikuti langkah kaki pria itu menuju lift dengan bibir sedikit cemberut. Kai menoleh ke arah Kira, ia tersenyum miring melihat wajah Kira yang muram. Sementara koper mereka akan diantarkan oleh bellboy ke kamar. Pintu lift terbuka, tanpa diduga-duga, K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

87. Milikku

Pukul lima sore, Kira dan Kai bersiap untuk menghadiri makan malam bersama para komisaris dan beberapa investor yang diadakan di restoran rooftop hotel. Mereka keluar bersama menuju restoran rooftop yang sudah ditata secara eksklusif. Suasananya santai tapi elegan, dengan alunan musik jazz yang memenuhi seisi restoran.Di sana para komisaris dan investor sudah banyak yang hadir. Kai sebagai CEO, tentu menjadi pusat perhatian. Namun, kali ini perhatian juga jatuh pada wanita cantik yang mendampinginya.Pak Dirga–seorang komisaris senior yang terkenal genit, menyapa Kai terlebih dulu, lalu menatap Kira dan berkata, “Ini siapa? Sekretaris baru Anda, Tuan Kaisar?”Belum sempat Kai menjawab, Pak Dirga sudah menjulurkan tangannya ke arah Kira. “Siapa namamu?”Kira menerima uluran tangan Pak Dirga, menjabat tangannya dan mengangguk hormat sambil tersenyum sopan. “Saya Kira, Pak Dirga.” Kira tahu nama laki-laki paruh baya itu dari name tag yang dikenakannya. “Asisten pribadi Tuan Kaisar.”“Oh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

88. Tidur Bersama

“Dia menatap kamu seolah-olah kamu bisa dia miliki. Padahal kamu milikku, Kira. Kamu istriku. Dan aku nggak suka ada pria lain yang bahkan berani menyentuhmu,” bisik Kai dengan suara beratnya.Kira tertegun mendengar kata-kata suaminya, yang akhir-akhir ini selalu menegaskan bahwa Kira adalah miliknya. Sesuatu yang bahkan tak pernah Kira bayangkan sebelumnya. Sebab, dulu, Kai membencinya dan memandang Kira seolah-olah Kira adalah sampah.Tangan Kai terulur, menyentuh pipi Kira. Sentuhannya terasa lembut. “Mereka menggoda kamu, tapi kamu sama sekali nggak menolak mereka dengan keras,” lanjut Kai lagi saat Kira tak kunjung bersuara.Dengan pelan Kira menepis tangan Kai dari pipinya. “Mas, aku cuma berusaha bersikap profesional. Memangnya kamu mau jadi bahan omongan orang kalau kamu punya asisten pribadi yang judes?”“Aku nggak peduli.” Satu sudut bibir Kai terangkat. Ia terus maju, sementara Kira terus mundur. “Kamu nggak sadar berapa pria yang tadi melirik kamu? Kamu cuma duduk, diam,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

89. Merasa Tertampar

Kira berteriak kaget, sontak membuat Kai yang masih setengah tertidur itu bangun dengan kening berkerut. Seketika itu juga, Kira melepaskan tangan yang memeluknya dan melompat turun dari kasur.“Kira, ada apa?” tanya Kai dengan suara serak khas orang bangun tidur, sambil mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket.“Mas?!” Mata Kira membulat, tajam. “Ngapain kamu tidur di kasur aku dan meluk aku?!”Kai mengerjap, ia bangkit duduk dan mengusap wajahnya kasar. “Aku… aku sendiri juga nggak tahu,” jawabnya dengan wajah kebingungan.“Apa?!” Kira mendengus. “Nggak tahu?” Ia terperangah mendengar jawaban Kai. Lalu, detik itu juga Kira menyadari sesuatu. Ia menatap Kai dengan tatapan yang semakin tajam. “Apa jangan-jangan kamu mengira aku Violet karena kebiasaan kamu yang sering menginap di hotel dengan wanita itu?”“Kira–”“Keterlaluan kamu ya, Mas!” sela Kira dengan suara dingin. Detik itu juga Kira masuk ke kamar mandi dengan perasaan campur aduk. Belum lagi dadanya terasa penuh dan nye
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

90. Jalan-jalan

Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Kira. Sejak pagi ia menemani Kai yang bertemu dengan beberapa kliennya dan datang ke salah satu anak usaha Milard Corp yang ada di Bandung.Hari sudah sore saat mereka keluar dari sebuah gedung. Kaki Kira menjerit ingin dilepaskan segera dari heels yang memeluknya sejak pagi. Selain itu, Kira juga merasakan ASI-nya nyaris merembes keluar karena siang tadi ia tidak sempat memompa ASI.“Mas, aku mau pompa ASI,” ucap Kira saat mereka berjalan menuju parkiran.Kai mengangguk. “Kamu bisa melakukannya di kursi belakang.” Lalu ia membukakan pintu belakang untuk Kira. Sementara Kai sendiri duduk di kursi kemudi karena hari ini sengaja ia tidak pergi bersama sopir.Di kursi belakang, Kira memompa ASI-nya. Ia duduk tepat di belakang Kai. Suasana di antara mereka terasa hening, hanya terdengar deru mesin mobil yang halus dan suara alat pompa ASI yang berdenyut pelan, mengisi keheningan di dalam mobil yang mulai terasa sejuk karena pendingin udar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status