Semua Bab GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA: Bab 1 - Bab 10

15 Bab

BAB 1

Aku menikah hanya karena surat wasiat Papa yang melatar belakangi kenapa aku harus tersesat dalam keluarga toxic ini."Bilqis!" Lagi-lagi Ibu mertuaku sudah merepet-repet, padahal matahari juga belum muncul pagi itu. "Ibu minta uang untuk bayar arisan, dong."Aku adalah wanita karier di mata mereka. Ya. Karierku, yang mereka tahu dan kuingin tetap itu yang mereka yakini, adalah pegawai kontrak biasa di perusahaan. Padahal sebenarnya aku seorang Direktur di perusahaan warisan almarhum Papa."Bu, uangku pas-pasan ini." Aku beralasan. Bukan apa-apa, aku yakin Ibu hanya ingin belanja alias shopping barang-barang di toko online yang membuatnya lapar mata. Sejak kemarin ia selalu meminta uang dengan alasan bayar arisan."Azmi, istri kamu pelit. Makanya Ibu bilang dari dulu juga apa. Wanita macam dia jangan kamu jadiin istri." Ibu menunjuk ke mataku langsung.Seperti itulah ibu mertuaku. Mulailah ia mengadu pada Azmi. Lakukan saja kalau memang itu berhasil. Takkan semudah itu, Bu."Eh, Bil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 2

Pastikan sudah klik “berlangganan” dengan cara klik “ikuti” di profil penulisFollow instagram ara_hakim22Follow instagram kelasmenulisonline.ltf Café Mariot di jalan utama itu tampak sepi karena sudah jam sepuluh malam. Setengah jam lagi tutup. Namun, aku dan Berno masih berbincang-bincang.“Lu pulang malam gini apa reaksi mertua sama suami?”“Paling juga mencak-mencak. Udahlah, males gue. Lu udah cari tuh siapa yang namanya Nera?”“Ini gue lagi kepoin Instagram-nya kali. Gue kayak kenal deh. Tapi di mana, ya?”“Sini liatin ke gue.” Aku menyambar ponsel di tangan Berno. Layar menampilkan akun Instagram seorang wanita berambut panjang pirang. Aku mengernyit. Entah kenapa seperti pernah melihat Nera di suatu tempat, tetapi aku lupa.Kukembalikan ponsel itu ke Berno. “Cari yang paling cantik. Biar dia gak malu.”“Aman, Bos. Lu kejam amat sih, Bil.”“Lu kayak gak tahu gue aja,” ujarku seraya membuka chat grup WhatsApp keluarga Azmi. Percakapan menumpuk sejak tadi siang. Caci-maki untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 3

Jangan lupa klik “BERALANGGANAN”“Dari mana malam-malam baru pulang, Bilqis?” Jam sebelas. Ibu masih menonton TV di ruang tamu. Azmi tampaknya belum pulang juga.“Urusan kerjaan, Bu.”“Haah. Pusing Ibu punya menantu kamu. Jangan-jangan kamu kerja gak bener, ya?” tuduh Ibu sambil menggoyang bahunya naik turun. Bibirnya mencebik.“Terserah, deh, Bu. Aku juga pusing punya mertua kayak Ibu.”“Uang belanja habis.”“Terus?” tanyaku sambil mengangkat bahu dan dua tanganku, heran saja dengan pernyataan itu. Apa maksudnya aku yang harus mencukupi uang belanja? Memang selama tiga bulan ini kupenuhi, tetapi lihat saja setelah kusadap Whatsapp Azmi dan kutahu mereka seperti itu, aku berhenti sekarang juga.“Ya kamu pikirin, minyak goreng habis. Beras tinggal setengah. Stok mie di lemari tinggal dua. Telur di kulkas juga tinggal satu. Belum cabe, bawang, tomat ….” Ibu melanjutkan repetannya. Racauan yang merdu di tengah malam.“Who cares. Gak peduli gue.” Aku bergumam.“Apa? Rice cooker? Kamu mala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 4

Sudah follow ig ara_hakim22?“Ka-kamu?” Aku kembali terpaku macam batu saat melihat Syah Rukh Khan yang semalam kutemui. Ia tersenyum pula. Meleleh rasanya air liurku, eh, hatiku maksudnya.“Bil, Bilqis!”Berno lelaki bertulang lunak itu mengganggu saja. Apa ia tak tahu kalau aku sedang menikmati keajaiban dunia ke delapan.“Udahlah, Bro. Ini hanya lecet sedikit, ntar kalau udah ke Jakarta lagi kita bisa perbaiki.” Lelaki itu berusaha membelaku dan Berno.Amboi! Dia membelaku. Aduh, sempurna sekali hidupku kalau memiliki dia sebagai suami. Bukan Azmi yang macam kucing loreng.“Mas, kamu harus ganti, ya!” ancam lelaki satunya sambil menunjuk Berno.Berno langsung mengangkat tangan sambil menggeleng ketakutan. “Gue hanya supir, tuh dia yang punya mobil.” Moncong mulut Berno diarahkan kepadaku. Dasar Berno!“Nah, kamu yang merusak mobilku. Ganti!” lanjutnya.Aku tak peduli padanya. Yang kutatap hanya lelaki itu sambil tak terasa menggigit jari kelingkingku sendiri.“Mbak?” Lelaki yang ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 5

Sudah klik “BERLANGGANAN?”Aku melangkah mundur alon-alon agar tak menimbulkan suara. Pesanan yang tadi sudah kupegang kuletakkan lagi dalam lemari kaca. Suara Lita masih terdengar, berbicara pada Azmi. Ah, buaya darat ternyata. Selama ini aku menikah dengan buaya darat. Untung saja sejak awal aku tak pernah disentuhnya.Napasku tiba-tiba berat. Lebih baik Lita tak tahu kalau aku sudah tahu main serongnya bersama Azmi. Untunglah tadi aku datang tanpa bilang padanya, sehingga aku bisa mengetahui semuanya lebih awal sebelum terlambat.“Di kamar 243, ya, Mas Azmi?” Suara Lita masih tertangkap di pendengaranku. Akan kuingat nomor hotel itu. Lihatlah apa yang aku lakukan padamu, Azmi.Tak cukup selama ini aku jadi bulan-bulanan di rumahnya. Beberapa bulan ini aku harus menahan tatapan mata sinis keluarganya. Pun juga kelakuan rewel ibunya. Dan kini ia bermain api cinta dengan dua wanita sekaligus. Apa namanya kalau bukan kucing belang. Sudah pantas kalau aku akan membuatnya kapok dan tau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 6

Mau dapat CUAN dari menulis?“Hidup itu seperti roller coaster, Bilqis,” ujar Bude sambil menyeruput teh di depan teras rumahnya. “Kadang kamu di atas, tapi kadang kamu jatuh di bawah. Naik turun itu biasa. Mungkin sekarang Tuhan sedang beri kamu cobaan.”“Iya, Bude.” Aku menyeka anak rambut di kening.Dalam keadaan perasaan yang kacau aku biasa bercerita pada Bude. Sejak Mama meninggalkanku beberapa tahun lalu, adik mamaku itulah satu-satunya tempatku mencurahkan isi hati. Ah, nasib.“Pernikahanmu dengan Azmi gak bahagia kayak ending film Korea atau suara hati suami di channel ikan terbang itu?” lanjut Bude menyebut tontonan favoritnya.Aku menggeleng pelan sambil menggigit bibir. Sebenarnya aku butuh permen untuk di kunyah. Namun, hanya ada teh untuk dipandangi, eh, di seruput juga, deh.Jangankan membayangkan kebahagiaan, Azmi menyentuhku saja tidak. Malam pertama ia mau tidur di kamar aku terjang hingga ia jatuh dan terguling di lantai. Kutimpuk pakai bantal seraya berkata, “Tidur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

BAB 7

Siapa, ya, namanya? Lee, bukan. Tori, bukan. Siti, apa lagi. Betti, itu tukang jahit di sebelah rumah Bude yang mulutnya lebih pedas dari rica-rica tapi hatinya baik. Roti, ah bukan, itu makanan ringan untuk sarapan pagi yang harganya bisa sangat mahal di bandara atau di kapal ferry. Terus siapa? Aduuh, kepalaku sibuk mencari data namanya hingga tak sadar motorku sudah berdiri ia angkat.“Udah.” Si Tampan menepuk tangannya, membersihkan dari debu.“Cepetlah, Jei!” ucap lelaki yang berada di depan gedung. Tampak satpam itu mengangguk hormat di depan lelaki itu. Ah, iya, baru aku ingat namanya Jei.“Duluanlah, Malfin.” Jei melambaikan tangan pada temannya. Jei kemudian menatapku heran yang terpaku dan terdiam. Ya, diam-diam mencuri pandang padanya.“Mau ke mana, Bil?”“Ke hatimu. Eh, ke gedung itu.” Aku menunjuk ke arah gedung.“Mau barengan?”Napasku tersendat seketika. “Mau, mau.” Aku mengangguk dua kali.“Ayo.” Jei memiringkan kepala, mengajak berjalan bersama sambil melangkah di dep
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

BAB 8

Info: GIVE AWAY 1500 koin menanti bagi yang komen dari bab 8-12. Koin udah sedia tinggal transfer. Baca kuis paling bawah cerita dan jawab di komentar ya Mbak Cantik. Ponsel berdering saat berada dalam ruangan poli gigi. Azmi menelepon. Angkat gak? Jujur aku sangat kesal padanya dan tak mau bicara apa-apa. Baiklah, kuabaikan saja.“Apa perlu dicabut, Dok?” tanyaku sambil melirik mata Berno dan mengangkat dua alis, menggodanya.“Emm.” Dokter Putri kembali memperhatikan mulut sobatku itu, yang ketika dibuka tercium lah aroma dari berbagai jenis makanan bau.Begitu menderita jadi Dokter Gigi, seharian kerjanya hanya menciumi mulut-mulut bau. Lebih menderita lagi Dokter Putri karena pasiennya kali ini adalah Berno.“Di mana tang-nya, Dok? Aku ambilkan.” Aku sengaja menakuti Berno. Ia pun membulatkan matanya.“Ja-jangan, Dok. Biar saya sakit gigi aja terus, biar tiap hari bisa berobat ke sini sama Dokter.”“Ya. Memang gak perlu dicabut, kok. Cukup saya beri obat dan suntik, ya?”“Su-sunti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

BAB 9

INFO GIVE AWAY lagi! Cek di bawah yaa.“Kalau kamu mencintai seseorang, Bilqis,” ujar Bude malam harinya setelah aku kembali bercerita soal Jei, “cintai lah dia sepenuh hati. Tapi jangan cintai sepenuh jiwa.”“Kenapa, Bude?” Keningku mendadak mengernyit.Bude diam sejenak.“Biar kalau putus kamu cukup sakit hati, dan gak perlu sakit jiwa.” Bude terkekeh pelan.Aku pun terkekeh dan menyeruput teh botol Sastro dingin. Karena apa pun makanannya minumnya teh botol Sastro.Suasana malam Kota Jambi agak dingin karena senja tadi sempat gerimis. Suara jangkrik di pohon manggis sebelah rumah terdengar berdemo agar hujan lagi. Namun, panglima semut di sudut teras itu lantang melawan. Sementara burung hantu di atap mengejar tikus, bertukar tugas dengan malaikat maut mencabut nyawa binatang itu.“Jadi kamu mau usir keluarga Azmi dari rumahmu?” tanya Bude.“Kalau bisa, Bude.”Rumah yang ditinggali Azmi dan keluarga itu adalah rumahku. Sebelumnya, itu adalah rumah Papa yang memang tak pernah ditung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

BAB 10

“Please, deh, Bilqis. Jangan bersikap blo’on di depan mereka. Lu udah keterlaluan, sumpah. Kalau gak gara-gara warisan, gak pantes lu jadi Direktur.”“Ih, No, kok, lu ngomong gitu sama gue?” Aku mencebik.Berno menahan tubuhku saat aku hendak masuk ruangan direktur PT. Munjaya Agrikultura. Kutepis tangannya dan tetap masuk. Ia pun menggeleng sambil berdecak.“Assalamu’alaikum.” Meski jarang sekali aku mengucap salam, kulakukan saja demi kesopanan dan itu cukup baik untuk pencitraan diriku.“Wa’alaikumsalam. Masuk.”Aku membuka pintu itu. Berno mengiringi di belakangku. Aroma wangi menyeruak dari ruangan yang bernuansa lembut dengan tampilan dan perabot minimalis. Sebuah globe duduk manis di atas meja direktur, diputar-putar oleh jari pria itu.“Bu Bilqis?” tanya lelaki dengan kulit cokelat itu, Malfin. Direktur utama perusahaan itu adalah Malfin, sementara Jei adalah wakilnya.“Bukannya meeting kita masih setengah jam lagi?” terusnya sambil mengangkat tangan dan melirik arloji.“Emm,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status