Share

BAB 2

Penulis: Ara Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 16:40:45

Pastikan sudah klik “berlangganan”

dengan cara klik “ikuti” di profil penulis

Follow i*******m ara_hakim22

Follow i*******m kelasmenulisonline.ltf

Café Mariot di jalan utama itu tampak sepi karena sudah jam sepuluh malam. Setengah jam lagi tutup. Namun, aku dan Berno masih berbincang-bincang.

“Lu pulang malam gini apa reaksi mertua sama suami?”

“Paling juga mencak-mencak. Udahlah, males gue. Lu udah cari tuh siapa yang namanya Nera?”

“Ini gue lagi kepoin I*******m-nya kali. Gue kayak kenal deh. Tapi di mana, ya?”

“Sini liatin ke gue.” Aku menyambar ponsel di tangan Berno. Layar menampilkan akun I*******m seorang wanita berambut panjang pirang. Aku mengernyit. Entah kenapa seperti pernah melihat Nera di suatu tempat, tetapi aku lupa.

Kukembalikan ponsel itu ke Berno. “Cari yang paling cantik. Biar dia gak malu.”

“Aman, Bos. Lu kejam amat sih, Bil.”

“Lu kayak gak tahu gue aja,” ujarku seraya membuka chat grup W******p keluarga Azmi. Percakapan menumpuk sejak tadi siang. Caci-maki untukku masih berseliweran meski kadang mereka membahas hal lain.

Akan tetapi, di chat terakhir mataku terbelalak. Dimulai dari Romi yang membuat sticker W******p lucu dari fotoku, diikuti Mita. Bahkan terakhir, Mita membuat sticker fotoku di-edit dengan tubuh orang lain yang menampakkan sebagian besar tubuh. Aku seperti tak senonoh saja.

Dasar Mita!

Darahku meluap-luap kalau sampai ia berani menyebar foto fitnah itu. Awas saja. Pembalasanku akan sangat perih untuknya. Akan kubuat ia menyesal telah melakukan itu.

[Wanita panggilan seharga kacang rebus hanya dua rebu. Diobral, diobral, Mas.] Kalimat di grup W******p keluarga itu menyentak emosiku. Aku muntap kali ini.

“Ada apa, Bil? Muka lu jadi merah gitu.”

Tak mungkin aku menunjukkan foto itu pada Berno. “Ini grup WA keluarga si Azmi ngesengin banget, No. Masak si Mita ngedit fotoku jadi gak pake baju gini, iih. Anak cacing! Gila, tuh, anak!”

“Mana liatin!” Berno menjulurkan leher mengintip arah ponselku.

“Iiih, jangan dong. Entar lu malah bayangin gue begini beneran.” Aku menarik ponsel ke dekat dada. “Gue harus buat perhitungan juga sama Mita. Kalau kakaknya bakal nampang di baliho, kalau dia apa, ya? Apa, ya?” Aku berpikir. Tak lama kemudian seolah ada lampu menyala di kepalaku. Ting!

Aku dapat ide untuk membuat Mita kapok. Aku tahu kartu As yang dapat menjatuhkannya. Selama ini kupegang rahasianya erat-erat dan malas aku membahasnya. Namun, kali ini itu akan jadi senjataku. Haha.

“Mita adik Azmi yang ayam kampus itu?” tanya Berno dengan suara lantang, membuat dua pemudi di sebelah meja kami menoleh.

“Psss. Pelan-pelan napa, lu. Bocor aja, tuh, mulut. Kasih no drop biar rapat.”

“Tapi bener, kan? Adik ipar lu itu ayam kampus.”

“Iya. Nah, ini gue mau bantu promosiin dia. Lu bisa urus desainnya kan. Buatin brosur gitu untuk promo dia. Cantumin nomor hp-nya. Pasang wajah dia yang cantik. Ambil aja di I*-nya. Lu tahulah maksud gue.”

“Diih. Abis dia. Bakal didrop-out dari kampusnya ntar.”

“Gue hanya bantu dia supaya laris jualannya.”

Berno tertawa terpingkal-pingkal sambil menggeleng. Dua pemudi di sebelah kami menoleh lagi. Aku menyilangkan telunjuk di depan kening, “dia emang gila.” Begitu Bahasa tubuhku ke dua gadis itu.

“Bisa, kan, lu?” Aku menghentakkan tangan ke meja agar ia diam dari tawanya.

“Serahin aja ke gue. Gak sia-sia gue jadi asisten, lu. Banyak hiburan, tapi banyak dosa juga.” Berno menghirup vanilla latte-nya sampai habis. Tak lama kemudian tangannya terangkat memanggil waitress. “Tambah ocean blue, ya, Mbak.”

“Gak kembung lu minum terus.”

Berno hanya cengar-cengir sambil mengangkat alis dua kali. Aku ada ide lain. Kuhubungi saja Azmi. Aku akan bersandiwara sedikit dan melihat reaksinya. Dari GPS aku dapat mengetahui bahwa ia sekarang belum pulang. Mungkin masih bersama Nera, cinta sejatinya, konon.

[Mas.]

[Ya.] jawabnya singkat. Mana peduli dia padaku, mana ada basa-basi, mana ada pujian dan romantisme.

Ada tujuh keajaiban yang ada di dunia ini. Kalau Azmi memujiku dengan romantis itu akan jadi keajaiban ke delapan.

[Mas, ada grup WA keluarga, ya? Masukin aku doooong] tulisku di pesan WA, pura-pura tak tahu. Padahal aku sudah tahu jelas mereka menggunjingiku di grup itu.

[Gak ada.] Azmi berbohong.

[Beneran, Mas?]

[Iya.]

[Kalau ada tapi kamu bohong, aku gak mau kasih gaji untuk uang belanja lagi, ya. Biarlah semua keluarga kelaparan.

[Eh, jangan gitu, Bilqis, Sayang]

Tak kubalas karena sudah malas. Pukul 22.30. Beberapa waitress tampak sedang beres-beres bersiap untuk tutup.

[Bilqis?] Pesan Azmi masuk lagi. Kuabaikan. Biarlah cemas saja dia.

[Sayang?] lanjutnya memberondongku dengan chat bertubi-tubi. Terserah deh.

“Ayo balik.” Aku meletakkan dua lembar uang di atas meja dan mengajak Berno. Lelaki bertulang lunak itu mengikuti, mengekor di belakangku.

Saat aku hendak masuk mobil, pandanganku tak sengaja menangkap seorang lelaki di seberang sana hanya berkaos putih bercelana pendek. Ia mengenakan sandal jepit, sedang mengorek-ngorek tong sampah seperti mencari makanan atau entah apa.

“Berno, liat tuh orang.” Aku menunjuk dengan gerakan kepala.

Berno yang sibuk bermain ponsel langsung menoleh ke arah yang ku maksud. “Kenapa emang?”

“Kasihan. Malam-malam gini masih nyari makanan di tong sampah. Gue samperin deh, kita ajak jajan nasi goreng atau apa kali aja masih ada yang buka. Gak tega gue.” Aku berjalan menyeberang jalan.

“Ngapain kamu di situ, oi, Mas!” sapaku sebelum sampai, membuat lelaki itu menoleh. Aduhai, rupanya ia tampan mirip Syah Rukh Khan. Rambutnya mirip Liam Hemsworth dan badannya seperti Chris Evans. Wow, mengapa cowok sekeren dia harus bernasib malang jadi tuna wisma di jalanan. Ah, sayang sekali.

Karena terlalu terpesona, aku lupa memperhatikan sekitar. Suara klakson memekik keras. Saat aku terkejut dan menoleh, sebuah mobil melaju kencang ke arahku hingga aku panik. Kakiku lemas tak dapat bergerak. Aku berteriak sekencangnya!

Awas!” Syah Rukh Khan itu tiba-tiba melompat dan mendorong tubuhku. Hingga kami terpelanting.

Suara decit rem mobil terdengar ngilu.

Sementara entah apa yang terjadi, bagaimana caranya, aku terbaring di aspal sementara si Syah Rukh Khan itu sudah berada di atasku dengan posisi telungkup.

Blitz! Kilatan kamera seseorang mengambil gambar.

Aku yang terpesona dengan ketampanan Liam Hemsworth itu langsung terkesiap kala kilatan kamera menyadarkanku. Cepat kami berdiri dan berusaha mengendalikan diri.

“Berno! Siapa yang foto gue tadi!” Aku celingukan menoleh sekitar. Sementara seorang lelaki tampak berlari menuju kegelapan dan menghilang.

“Kamu gak apa-apa?” suara berat Chris Hemsworth kini terdengar indah sekali di kepalaku. Lelaki itu seperti karakter Thor dalam film The Avengers Infinity War. Kalau dari samping lebih mirip Steve Rogers. Ah, sayang sekali ia tak sekaya Tony Stark sang Ironman.

“Aku gak apa-apa.”

Berno tergopoh-gopoh menghampiri kami.

“Lu gimana sih, No. itu yang fotoin gue dibiarin lari. Duh mana adegannya kayak film India lagi pakai peluk-peluk. Ntar jadi fitnah, deh. Pasti jadi bahan bully keluarga Azmi nih kalaus foto tadi sampai kesebar. Makin kesal gue makin dicaci gue.”

“Maaf, Bil, gue khilaf gak terkejar.”

“Emang lembek sih lu kayak cewek.”

“Lu kan tahu jiwa gue feminin.”

“Lagian, kamu ngapain malam-malam ngorek tong sampah. Kurang kerjaan aja. Lapar? Nyari nasi? Ayo aku ajak makan.” Aku beralih ke lelaki tampan itu.

Lelaki tampan rupawan itu hanya tersenyum. Gubrak! Gempa bumi 9,6 skala ritcher di hatiku. Dilanjutkan tsunami setinggi Burj Khalifa, 900 meter. Tak terasa ada air liur yang menetes di ujung bibir.

“Mbak?” ujarnya melambaikan tangan di depan wajahku.

“Eh, iya-iya.”

“Hahahah. Bilqis, elu sampe bengong gitu kayak ngelihat surga lu, Bil.” Berno meledek.

“Mbak gak apa-apa?”

“Aku gak apa-apa.” Senyumku mengembang dengan sendirinya. Eh, bibir! Jangan bertindak semaunya dong. Tiba-tiba semua syarafku tersangkut, susah bergerak. Impuls meletup-letup, jantung berpesta di dalam sana.

“Saya tadi hanya mencari sesuatu.”

“Ooh, kenapa gak nyariin aku aja.” Lidahku bergumam sendiri. “Eh, maaf-maaf, masksudnya, apa cari, kamu, eh, aduh, kamu nyari apa?”

Berno semakin terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.

“Cincin.”

“Micin?”

Lelaki itu menggeleng. Tampak seperti lebam di bagian pipi dan pelipis. Ia mungkin baru saja bertarung atau dihajar begal.

“Bukan micin, cincin.”

“Oooh.” Aku masih terpaku melihat tampangnya, seperti Zulaikha yang terpaku melihat ketampanan Nabi Yusuf.

“Aku pergi dulu.” Lelaki itu balik kanan. Langkah tegap maju jalan.

“Jangan pergi!”

“Apa?” Ia menoleh balik.

“Eeh, maaf, gak apa-apa. Silakan. Hati-hati.”

Ia mengangguk pelan. Senyum. Berubah Syah Rukh Khan lagi. Tak apalah hanya tuna wisma, tak apalah kalau hanya pemulung, tak apalah hanya berkaos oblong celana pendek sandal jepit. Nanti bisa kupermak jadi cowok maco. Dia ganteng sekali.

Lelaki itu menghilang di ujung jalan dan aku masih terpaku, tak peduli pada Berno yang mulai kesal memanggil-manggil di dekat mobil. Saat aku beranjak dan menuju mobilku, sebuah Ferrari Dino tipe terbaru melintas. Merahnya mengusik mataku. Kira-kira, siapa pemilik Ferrari Dino di kota ini? Tak pernah aku melihat mobil seperti itu, kecuali di Jakarta atau Surabaya.

Ah, hari ini begitu menegangkan.

***

Bersambung ….

Siapa ya laki-laki mirip syah rukh khan itu?

Baca terus babnya berikutnya kak.. dijamin seru! lucu! greget!

Pastikan sudah subscribe dan rate bintang lima …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 3

    Jangan lupa klik “BERALANGGANAN”“Dari mana malam-malam baru pulang, Bilqis?” Jam sebelas. Ibu masih menonton TV di ruang tamu. Azmi tampaknya belum pulang juga.“Urusan kerjaan, Bu.”“Haah. Pusing Ibu punya menantu kamu. Jangan-jangan kamu kerja gak bener, ya?” tuduh Ibu sambil menggoyang bahunya naik turun. Bibirnya mencebik.“Terserah, deh, Bu. Aku juga pusing punya mertua kayak Ibu.”“Uang belanja habis.”“Terus?” tanyaku sambil mengangkat bahu dan dua tanganku, heran saja dengan pernyataan itu. Apa maksudnya aku yang harus mencukupi uang belanja? Memang selama tiga bulan ini kupenuhi, tetapi lihat saja setelah kusadap Whatsapp Azmi dan kutahu mereka seperti itu, aku berhenti sekarang juga.“Ya kamu pikirin, minyak goreng habis. Beras tinggal setengah. Stok mie di lemari tinggal dua. Telur di kulkas juga tinggal satu. Belum cabe, bawang, tomat ….” Ibu melanjutkan repetannya. Racauan yang merdu di tengah malam.“Who cares. Gak peduli gue.” Aku bergumam.“Apa? Rice cooker? Kamu mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 4

    Sudah follow ig ara_hakim22?“Ka-kamu?” Aku kembali terpaku macam batu saat melihat Syah Rukh Khan yang semalam kutemui. Ia tersenyum pula. Meleleh rasanya air liurku, eh, hatiku maksudnya.“Bil, Bilqis!”Berno lelaki bertulang lunak itu mengganggu saja. Apa ia tak tahu kalau aku sedang menikmati keajaiban dunia ke delapan.“Udahlah, Bro. Ini hanya lecet sedikit, ntar kalau udah ke Jakarta lagi kita bisa perbaiki.” Lelaki itu berusaha membelaku dan Berno.Amboi! Dia membelaku. Aduh, sempurna sekali hidupku kalau memiliki dia sebagai suami. Bukan Azmi yang macam kucing loreng.“Mas, kamu harus ganti, ya!” ancam lelaki satunya sambil menunjuk Berno.Berno langsung mengangkat tangan sambil menggeleng ketakutan. “Gue hanya supir, tuh dia yang punya mobil.” Moncong mulut Berno diarahkan kepadaku. Dasar Berno!“Nah, kamu yang merusak mobilku. Ganti!” lanjutnya.Aku tak peduli padanya. Yang kutatap hanya lelaki itu sambil tak terasa menggigit jari kelingkingku sendiri.“Mbak?” Lelaki yang ku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 5

    Sudah klik “BERLANGGANAN?”Aku melangkah mundur alon-alon agar tak menimbulkan suara. Pesanan yang tadi sudah kupegang kuletakkan lagi dalam lemari kaca. Suara Lita masih terdengar, berbicara pada Azmi. Ah, buaya darat ternyata. Selama ini aku menikah dengan buaya darat. Untung saja sejak awal aku tak pernah disentuhnya.Napasku tiba-tiba berat. Lebih baik Lita tak tahu kalau aku sudah tahu main serongnya bersama Azmi. Untunglah tadi aku datang tanpa bilang padanya, sehingga aku bisa mengetahui semuanya lebih awal sebelum terlambat.“Di kamar 243, ya, Mas Azmi?” Suara Lita masih tertangkap di pendengaranku. Akan kuingat nomor hotel itu. Lihatlah apa yang aku lakukan padamu, Azmi.Tak cukup selama ini aku jadi bulan-bulanan di rumahnya. Beberapa bulan ini aku harus menahan tatapan mata sinis keluarganya. Pun juga kelakuan rewel ibunya. Dan kini ia bermain api cinta dengan dua wanita sekaligus. Apa namanya kalau bukan kucing belang. Sudah pantas kalau aku akan membuatnya kapok dan tau

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 6

    Mau dapat CUAN dari menulis?“Hidup itu seperti roller coaster, Bilqis,” ujar Bude sambil menyeruput teh di depan teras rumahnya. “Kadang kamu di atas, tapi kadang kamu jatuh di bawah. Naik turun itu biasa. Mungkin sekarang Tuhan sedang beri kamu cobaan.”“Iya, Bude.” Aku menyeka anak rambut di kening.Dalam keadaan perasaan yang kacau aku biasa bercerita pada Bude. Sejak Mama meninggalkanku beberapa tahun lalu, adik mamaku itulah satu-satunya tempatku mencurahkan isi hati. Ah, nasib.“Pernikahanmu dengan Azmi gak bahagia kayak ending film Korea atau suara hati suami di channel ikan terbang itu?” lanjut Bude menyebut tontonan favoritnya.Aku menggeleng pelan sambil menggigit bibir. Sebenarnya aku butuh permen untuk di kunyah. Namun, hanya ada teh untuk dipandangi, eh, di seruput juga, deh.Jangankan membayangkan kebahagiaan, Azmi menyentuhku saja tidak. Malam pertama ia mau tidur di kamar aku terjang hingga ia jatuh dan terguling di lantai. Kutimpuk pakai bantal seraya berkata, “Tidur

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 7

    Siapa, ya, namanya? Lee, bukan. Tori, bukan. Siti, apa lagi. Betti, itu tukang jahit di sebelah rumah Bude yang mulutnya lebih pedas dari rica-rica tapi hatinya baik. Roti, ah bukan, itu makanan ringan untuk sarapan pagi yang harganya bisa sangat mahal di bandara atau di kapal ferry. Terus siapa? Aduuh, kepalaku sibuk mencari data namanya hingga tak sadar motorku sudah berdiri ia angkat.“Udah.” Si Tampan menepuk tangannya, membersihkan dari debu.“Cepetlah, Jei!” ucap lelaki yang berada di depan gedung. Tampak satpam itu mengangguk hormat di depan lelaki itu. Ah, iya, baru aku ingat namanya Jei.“Duluanlah, Malfin.” Jei melambaikan tangan pada temannya. Jei kemudian menatapku heran yang terpaku dan terdiam. Ya, diam-diam mencuri pandang padanya.“Mau ke mana, Bil?”“Ke hatimu. Eh, ke gedung itu.” Aku menunjuk ke arah gedung.“Mau barengan?”Napasku tersendat seketika. “Mau, mau.” Aku mengangguk dua kali.“Ayo.” Jei memiringkan kepala, mengajak berjalan bersama sambil melangkah di dep

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 8

    Info: GIVE AWAY 1500 koin menanti bagi yang komen dari bab 8-12. Koin udah sedia tinggal transfer. Baca kuis paling bawah cerita dan jawab di komentar ya Mbak Cantik. Ponsel berdering saat berada dalam ruangan poli gigi. Azmi menelepon. Angkat gak? Jujur aku sangat kesal padanya dan tak mau bicara apa-apa. Baiklah, kuabaikan saja.“Apa perlu dicabut, Dok?” tanyaku sambil melirik mata Berno dan mengangkat dua alis, menggodanya.“Emm.” Dokter Putri kembali memperhatikan mulut sobatku itu, yang ketika dibuka tercium lah aroma dari berbagai jenis makanan bau.Begitu menderita jadi Dokter Gigi, seharian kerjanya hanya menciumi mulut-mulut bau. Lebih menderita lagi Dokter Putri karena pasiennya kali ini adalah Berno.“Di mana tang-nya, Dok? Aku ambilkan.” Aku sengaja menakuti Berno. Ia pun membulatkan matanya.“Ja-jangan, Dok. Biar saya sakit gigi aja terus, biar tiap hari bisa berobat ke sini sama Dokter.”“Ya. Memang gak perlu dicabut, kok. Cukup saya beri obat dan suntik, ya?”“Su-sunti

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 9

    INFO GIVE AWAY lagi! Cek di bawah yaa.“Kalau kamu mencintai seseorang, Bilqis,” ujar Bude malam harinya setelah aku kembali bercerita soal Jei, “cintai lah dia sepenuh hati. Tapi jangan cintai sepenuh jiwa.”“Kenapa, Bude?” Keningku mendadak mengernyit.Bude diam sejenak.“Biar kalau putus kamu cukup sakit hati, dan gak perlu sakit jiwa.” Bude terkekeh pelan.Aku pun terkekeh dan menyeruput teh botol Sastro dingin. Karena apa pun makanannya minumnya teh botol Sastro.Suasana malam Kota Jambi agak dingin karena senja tadi sempat gerimis. Suara jangkrik di pohon manggis sebelah rumah terdengar berdemo agar hujan lagi. Namun, panglima semut di sudut teras itu lantang melawan. Sementara burung hantu di atap mengejar tikus, bertukar tugas dengan malaikat maut mencabut nyawa binatang itu.“Jadi kamu mau usir keluarga Azmi dari rumahmu?” tanya Bude.“Kalau bisa, Bude.”Rumah yang ditinggali Azmi dan keluarga itu adalah rumahku. Sebelumnya, itu adalah rumah Papa yang memang tak pernah ditung

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 10

    “Please, deh, Bilqis. Jangan bersikap blo’on di depan mereka. Lu udah keterlaluan, sumpah. Kalau gak gara-gara warisan, gak pantes lu jadi Direktur.”“Ih, No, kok, lu ngomong gitu sama gue?” Aku mencebik.Berno menahan tubuhku saat aku hendak masuk ruangan direktur PT. Munjaya Agrikultura. Kutepis tangannya dan tetap masuk. Ia pun menggeleng sambil berdecak.“Assalamu’alaikum.” Meski jarang sekali aku mengucap salam, kulakukan saja demi kesopanan dan itu cukup baik untuk pencitraan diriku.“Wa’alaikumsalam. Masuk.”Aku membuka pintu itu. Berno mengiringi di belakangku. Aroma wangi menyeruak dari ruangan yang bernuansa lembut dengan tampilan dan perabot minimalis. Sebuah globe duduk manis di atas meja direktur, diputar-putar oleh jari pria itu.“Bu Bilqis?” tanya lelaki dengan kulit cokelat itu, Malfin. Direktur utama perusahaan itu adalah Malfin, sementara Jei adalah wakilnya.“Bukannya meeting kita masih setengah jam lagi?” terusnya sambil mengangkat tangan dan melirik arloji.“Emm,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 15

    “Ini adalah lokasi penampungan bibit. Sebelah sana perkecambahan.” Aku menunjuk sebuah greenhouse di sudut tanah lapang yang kami sewa itu.Jei dan Malfin mengangguk mendengar penjelasanku.“Wah, jarang sekali Direktur baru tapi paham tentang seluk-beluk bisnisnya.” Jei memuji, tangannya tetap berada di dalam saku celana. Sesekali ia membetulkan posisi topi pelindung panas di kepalanya.Hari ini kami memantau proyek pembibitan sawit untuk penanaman massal belasan ribu hektar dari PT. Munjaya Agrikultura. Malfin terlihat berjongkok nun di sana bersama para buruh, memastikan bibit yang mereka tanam sambil sesekali bergurau, mengakrabkan diri.Jei kembali bertanya, “Apa bunga-bunga di sana itu sengaja untuk memperindah tanah lapang ini?”Nun jauh di pinggir sana pula, sekelompok bunga daisy merah berjejer cantik. Aku menggeleng tanda tak mengerti apakah itu ditanam sengaja atau dengan sendirinya tumbuh.“Memangnya kenapa?” tanyaku heran, menyeka rambut tersenyum malu-malu kucing, padahal

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 14

    Tiga sekeluarga itu–Azmi, Mita dan Ibu mereka–membuatku murka bukan kepalang. Mereka tak ubahnya parasit yang hinggap di inang lalu menggerogoti inangnya. Aku adalah inang itu. Dan kini berani-beraninya mereka memojokkanku seolah-olah aku salah.Padahal, jelas-jelas ini semua akal licik Azmi. Suami tak beradab dan tak tahu diri, kalau pun itu pantas disebut suami karena beberapa hari lalu ia terucap kata cerai.“Aku masih suamimu, Bil.”“Jangan mimpi, Azmi!” Setelah terucap kata cerai itu tak sudi lagi aku memanggilnya dengan sebutan ‘Mas’.Ibu dan Mita ikut memberondongku dengan peluru yang mereka lontarkan lewat mulut-mulut embernya. Mereka kita aku gentar? Atau takut? Sertifikat rumah sudah dibalik atas namaku. Rumah ini sudah milikku.“Kalau kalian gak mau keluar, aku yang akan mengusir kalian secara paksa!” Aku muntab.Azmi, Mita dan Ibu mereka–Saniah namanya–harus mengulum bibir rapat-rapat. Diam seribu bahasa. Tak memiliki senjata lagi untuk ditembakkan.“Bil?” Suara Azmi berge

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 13

    “Masih nyangkut, Lit?” Aku kembali dari minimarket dan apotek di depan rumah sakit.“Ekk, masih, ekk.”“Aku ada ide. Kali ini aku yakin berhasil, Lit. Pertama, kamu minum susu yoghurt ini dan biarkan biji itu tertelan. Jangan ditahan sama-sekali.” Aku meletakkan sekotak susu bergambar sapi goyang ngebor tulalit. Mungkin filosofinya adalah dengan meminum itu semua urusan jadi lancar, termasuk sesuatu yang nyangkut di tenggorokan.“Ekk, terus kalau gak bisa keluar, gimana?” Lita menunjukkan wajah cemasnya, takut kalau rencanaku tak berhasil.“Tenang.” Aku menepuk bahu Lita pelan sambil mengangguk sangat meyakinkan. “Aku sudah beli ini di apotik.” Tanganku mengangkat sebuah botol kecil berisi cairan yang tak lain adalah obat pencuci perut.“Dengan ini, semua isi perut bisa dikeluarkan. Bahkan sekaligus usus-ususnya. Eh, maksudku kotoran yang ada di usus.”“Ekk, baik.”“Telan aja biji kelengkengnya. Minumlah.” Kusodorkan yoghurt ke Lita. Ia meraih dengan cepat dan meminumnya hingga tetes

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 12

    Tinggal 300 koin. Giliran kamu yang dapat koinnya ya. Komen di bawah!“Lita, cepet, deh, kamu ke mal. Kamu gak mau ikut pergokin suamiku sama selingkuhan barunya? Kamu gak ikut mau tampar wajah pelakor itu? Ayo cepet jangan nunggu lebaran monyet! Keburu kucing bertanduk ntar!” Aku membuat Lita cemas bukan buatan.Lita yang sedang dalam rangkulan Azmi tiba-tiba celingukan mencari keberadaanku. Ia gagap sambil berusaha melepas lengan Azmi dari bahunya. Ia pun melangkah menjauh menjaga jarak. Napasnya megap-megap pastinya. Seperti orang bengek yang baru kumat dan lupa bawa inhaler.“Eh, di mal?” Lita masih menjawabku di telepon.“Iya, Lit. Tadi aku sama Ibu mertua belanja ke mal, terus lihat Azmi di eskalator. Ini mereka turun. Aku udah siap kamera, nih, untuk viralin dia.” Ingin rasanya cekikikan, tetapi aku takut ketahuan.Lita langsung berbalik dan seketika kembali naik dengan tergopoh-gopoh. Tampak Azmi berusaha memanggil dan mengejar Lita yang melawan arah gerakan tangga. Satu-dua o

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 11

    “Wah, ini, kan, baju-baju mahal!” Mata Ibu dan Mita berbinar ketika memasuki butik branded di sebuah mal. Tingkahnya sudah macam seekor kucing jantan yang jomblo akut melihat kucing betina sedang tidur.“Ibu dan Mita boleh pilih-pilih aja dulu. Aku hanya mau beli scarf sama jilbab untuk budeku aja. Beli yang banyak, ya, nanti kalau udah pilih-pilihnya langsung Whatsapp atau telpon aku aja. Aku juga mau lihat-lihat.” Aku menyilakan mereka yang sudah sedari tadi sibuk memilah-milah.“Sering-sering gini, Kak.” Mita begitu antusias.Aku kemudian membiarkan mereka menikmati angan-angan semu untuk memiliki pakaian branded itu. Sementara itu, aku mencoba beberapa scarf dan tak lupa kuambilkan untuk Bude, sekaligus jilbab untuknya juga. Tak lupa aku beranjak ke pakaian muslimah di kiri pojok butik itu, kuambil satu set gambis beserta pashmina lengkap dengan cadarnya. Kubayar ke kasir dengan beberapa lembar uang.“Nggak nanya sekalian pulsa, Mbak?” tanyaku.Seketika kasir itu terkekeh. “Ini bu

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 10

    “Please, deh, Bilqis. Jangan bersikap blo’on di depan mereka. Lu udah keterlaluan, sumpah. Kalau gak gara-gara warisan, gak pantes lu jadi Direktur.”“Ih, No, kok, lu ngomong gitu sama gue?” Aku mencebik.Berno menahan tubuhku saat aku hendak masuk ruangan direktur PT. Munjaya Agrikultura. Kutepis tangannya dan tetap masuk. Ia pun menggeleng sambil berdecak.“Assalamu’alaikum.” Meski jarang sekali aku mengucap salam, kulakukan saja demi kesopanan dan itu cukup baik untuk pencitraan diriku.“Wa’alaikumsalam. Masuk.”Aku membuka pintu itu. Berno mengiringi di belakangku. Aroma wangi menyeruak dari ruangan yang bernuansa lembut dengan tampilan dan perabot minimalis. Sebuah globe duduk manis di atas meja direktur, diputar-putar oleh jari pria itu.“Bu Bilqis?” tanya lelaki dengan kulit cokelat itu, Malfin. Direktur utama perusahaan itu adalah Malfin, sementara Jei adalah wakilnya.“Bukannya meeting kita masih setengah jam lagi?” terusnya sambil mengangkat tangan dan melirik arloji.“Emm,

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 9

    INFO GIVE AWAY lagi! Cek di bawah yaa.“Kalau kamu mencintai seseorang, Bilqis,” ujar Bude malam harinya setelah aku kembali bercerita soal Jei, “cintai lah dia sepenuh hati. Tapi jangan cintai sepenuh jiwa.”“Kenapa, Bude?” Keningku mendadak mengernyit.Bude diam sejenak.“Biar kalau putus kamu cukup sakit hati, dan gak perlu sakit jiwa.” Bude terkekeh pelan.Aku pun terkekeh dan menyeruput teh botol Sastro dingin. Karena apa pun makanannya minumnya teh botol Sastro.Suasana malam Kota Jambi agak dingin karena senja tadi sempat gerimis. Suara jangkrik di pohon manggis sebelah rumah terdengar berdemo agar hujan lagi. Namun, panglima semut di sudut teras itu lantang melawan. Sementara burung hantu di atap mengejar tikus, bertukar tugas dengan malaikat maut mencabut nyawa binatang itu.“Jadi kamu mau usir keluarga Azmi dari rumahmu?” tanya Bude.“Kalau bisa, Bude.”Rumah yang ditinggali Azmi dan keluarga itu adalah rumahku. Sebelumnya, itu adalah rumah Papa yang memang tak pernah ditung

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 8

    Info: GIVE AWAY 1500 koin menanti bagi yang komen dari bab 8-12. Koin udah sedia tinggal transfer. Baca kuis paling bawah cerita dan jawab di komentar ya Mbak Cantik. Ponsel berdering saat berada dalam ruangan poli gigi. Azmi menelepon. Angkat gak? Jujur aku sangat kesal padanya dan tak mau bicara apa-apa. Baiklah, kuabaikan saja.“Apa perlu dicabut, Dok?” tanyaku sambil melirik mata Berno dan mengangkat dua alis, menggodanya.“Emm.” Dokter Putri kembali memperhatikan mulut sobatku itu, yang ketika dibuka tercium lah aroma dari berbagai jenis makanan bau.Begitu menderita jadi Dokter Gigi, seharian kerjanya hanya menciumi mulut-mulut bau. Lebih menderita lagi Dokter Putri karena pasiennya kali ini adalah Berno.“Di mana tang-nya, Dok? Aku ambilkan.” Aku sengaja menakuti Berno. Ia pun membulatkan matanya.“Ja-jangan, Dok. Biar saya sakit gigi aja terus, biar tiap hari bisa berobat ke sini sama Dokter.”“Ya. Memang gak perlu dicabut, kok. Cukup saya beri obat dan suntik, ya?”“Su-sunti

  • GAMBAR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA DI BALIHO RAKSASA   BAB 7

    Siapa, ya, namanya? Lee, bukan. Tori, bukan. Siti, apa lagi. Betti, itu tukang jahit di sebelah rumah Bude yang mulutnya lebih pedas dari rica-rica tapi hatinya baik. Roti, ah bukan, itu makanan ringan untuk sarapan pagi yang harganya bisa sangat mahal di bandara atau di kapal ferry. Terus siapa? Aduuh, kepalaku sibuk mencari data namanya hingga tak sadar motorku sudah berdiri ia angkat.“Udah.” Si Tampan menepuk tangannya, membersihkan dari debu.“Cepetlah, Jei!” ucap lelaki yang berada di depan gedung. Tampak satpam itu mengangguk hormat di depan lelaki itu. Ah, iya, baru aku ingat namanya Jei.“Duluanlah, Malfin.” Jei melambaikan tangan pada temannya. Jei kemudian menatapku heran yang terpaku dan terdiam. Ya, diam-diam mencuri pandang padanya.“Mau ke mana, Bil?”“Ke hatimu. Eh, ke gedung itu.” Aku menunjuk ke arah gedung.“Mau barengan?”Napasku tersendat seketika. “Mau, mau.” Aku mengangguk dua kali.“Ayo.” Jei memiringkan kepala, mengajak berjalan bersama sambil melangkah di dep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status