Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of The Sugar Baby of Uncle Blue: Chapter 91 - Chapter 100

126 Chapters

Bab 91: Penyatuan di Pagi Hari 3

Namun, Emely tidak langsung menurutinya. Ia malah menatap wajah tampan Blue dengan tatapan penuh gairah. Matanya menelusuri setiap lekuk wajah pria itu. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, penuh godaan. Dengan gerakan yang perlahan tetapi pasti, ia menurunkan tali gaunnya melalui bahu, membiarkan kain itu melorot hingga berhenti di sekitar perutnya.Blue refleks menelan ludah dengan kasar. Matanya terpaku pada payudara Emely yang kini terekspos sepenuhnya tanpa bra. Dua benda bulat yang bergerak seirama dengan gerakan tubuh wanita itu di atasnya. Pemandangan tersebut membuat tubuhnya terasa makin panas, dan ia hanya bisa memandang tanpa bisa melakukan apa-apa karena tangannya masih terikat.Dengan satu tangan, Emely meraih bantal di sisi tubuh Blue. Ia menarik benda itu dan meletakkannya di bawah kepala pria tersebut. Blue dengan sigap mengangkat kepalanya, membiarkan wanita itu menyelipkan bantal. Kini, posisi kepalanya menjadi lebih tinggi, memberikan pandangan yang lebih jelas
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 92: Tidak Ingin Hamil 1

Di ruang makan yang mewah dengan sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela besar, keluarga Sinclair sedang menikmati sarapan bersama. Talia, putri keluarga itu, duduk dengan tenang sambil menyantap makanannya. Di meja yang sama, Zara, sang ibu, mengamatinya dengan raut wajah khawatir.“Talia, di hari libur seperti ini, kamu masih saja bekerja, Sayang?” Zara bertanya lembut, memecah keheningan. Ia meletakkan sendok, matanya sesekali melirik ke arah suaminya, Ronan.Talia, yang sedang menikmati potongan croissant-nya, menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menanggapi. Ia tersenyum kecil. “Hanya meeting sebentar, kok, Mom. Kemarin jadwal kami bentrok, jadi baru bisa hari ini.” Suaranya terdengar santai.Zara menghela napas panjang. “Sayang, meskipun hanya sepuluh menit, itu tetap saja bekerja. Hari Minggu itu seharusnya kamu gunakan untuk istirahat, bukan mengurusi pekerjaan. Tubuhmu juga butuh waktu untuk pulih dari kelelahan. Jangan sampai kamu sakit karena terlalu memaksakan
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 93: Tidak Ingin Hamil 2

“Blue sudah ada calon, Mom. Sangat cantik.”Ucapan itu seketika mengubah suasana di meja makan. Zara dan Ronan yang sebelumnya sibuk dengan pikiran masing-masing, kini menatap Talia dengan intens. Keduanya tampak kompak menuntut penjelasan sang putri lebih lanjut meski ekspresi mereka berbeda. Zara terlihat penuh antusias, sedangkan Ronan lebih skeptis dengan alis sedikit terangkat.Sejenak, Talia menarik napas pendek. “Kalau sudah waktunya, Blue pasti akan membawa kekasihnya ke hadapan kalian,” ucap wanita itu sambil menatap ibunya.“Kamu serius, Sayang?” tanya Zara dengan nada penuh harap.Talia mengangguk pelan, meyakinkan. “Hmm, mana mungkin aku bercanda, Mom?”Namun, sebelum Zara sempat bertanya lebih jauh, Ronan tiba-tiba membuka suara. “Siapa wanita itu? Gadis atau janda?” tanyanya dengan nada tajam.Talia terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia spontan mengalihkan pandangannya ke arah ayahnya, menatap pria itu dengan kening berkerut dalam. “Kalau janda, memangnya kenapa, Dad? To
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 94: Tidak Ingin Hamil 3

Di dalam, suasana begitu ramai, tetapi tetap tertata dengan elegan. Lantai berkilau dengan marmer mengilap, sementara deretan toko-toko mewah berjajar dengan tampilan etalase yang memukau. Amara tampak kagum melihat dekorasi Natal yang mulai dipasang di berbagai sudut mal.“Daddy, lihat! Ada pohon Natal besar sekali!” seru gadis kecil itu sambil menunjuk ke arah atrium utama, di mana pohon Natal raksasa berdiri dengan ornamen emas dan lampu berkelap-kelip.Blue tersenyum. “Iya, cantik sekali? Nanti kita foto di sana kalau Amara mau.”Amara mengangguk penuh semangat. “Mau, Daddy! Kita foto bertiga, ya!”Blue balas mengangguk sambil melirik Emely. “Tentu, Sayang. Mommy setuju, kan?”Emely tersenyum kecil. “Tentu saja. Foto bersama pasti menyenangkan,” jawabnya.Mereka terus berjalan, mengelilingi berbagai toko. Amara terlihat kegirangan ketika mereka masuk ke sebuah toko mainan besar. Dia berlari kecil ke rak boneka, memperhatikan satu per satu boneka yang dipajang.“Mommy, ini lucu sek
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 95: Pertemuan Han dan Talia

Talia tiba di depan Per Se, restoran mewah dan terkenal di Columbus Circle, New York. Mobilnya, sebuah Rolls-Royce Ghost hitam berkilau, meluncur mulus ke area parkir valet yang eksklusif. Setelah menghentikan kendaraan, ia mematikan mesin dengan gerakan halus, membiarkan suasana hening menyelimuti sejenak.Talia kemudian mengulurkan tangan ke kursi penumpang, mengambil tas Hermès Birkin berwarna merah marun yang elegan, merefleksikan selera tingginya. Sebelum keluar dari mobil, ia menyempatkan diri memeriksa penampilannya di kaca spion samping. Bibirnya yang dipulas lipstik merah klasik tampak sempurna, dan riasan matanya mencerminkan percaya diri tanpa kesan berlebihan.Pertemuan ini penting. Orang yang akan ia temui adalah salah satu mitra besar dalam perusahaannya, Sinclair Ocean Technologies. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri.Talia melangkah keluar dari Rolls-Royce dengan anggun, menyerahkan kunci mobil kepada valet yang segera menundukkan kepala hormat. Sepatu Chri
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 96: Unik

Percakapan berlanjut dengan pembahasan lebih dalam mengenai jadwal, laporan kemajuan, dan langkah berikutnya untuk memastikan kelancaran proyek. Suasana hangat mencerminkan hubungan kerja yang sudah terjalin erat selama beberapa bulan terakhir, meski fokus mereka tetap pada kesuksesan bersama.Di tengah obrolan yang terdengar profesional itu, Han Jae-Min tak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap wanita di depannya. Talia berbicara dengan penuh keyakinan, menjelaskan solusi teknis dengan kejelasan yang luar biasa, sambil tetap menjaga suasana diskusi tetap hangat. Bagi Han, kemampuannya untuk berpikir strategis dan memahami detail teknis proyek adalah kombinasi yang jarang ia temui, terutama di dunia eksekutif.Saat Talia menjelaskan rencana Sinclair untuk pengujian antena komunikasi baru, Han tak dapat menahan diri untuk berkata, "Nona Talia, Anda benar-benar menguasai proyek ini dengan luar biasa. Saya harus akui, saya jarang menemukan seseorang yang begitu memahami aspek teknis
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 97: Kebersamaan Blue, Emely dan Amara

Di tempat lain, Blue, Emely, dan putri mereka, Amara, baru saja selesai menikmati makan siang di sebuah restoran dalam pusat perbelanjaan mewah—The Shops & Restaurants at Hudson Yards. Sebelum makan, Emely dan Amara sempat berbelanja, mengisi tas belanja mereka dengan barang-barang pilihan. Amara membeli beberapa baju anak-anak, boneka Barbie, dan mainan lain yang disukai, semuanya atas rekomendasi dan pilihan Ibunya.Sementara itu, Emely membeli dua set baju tidur seksi berbahan satin dan bikini baru. Rencananya, ia dan Amara akan berenang bersama lusa di kolam renang rumah mereka.Blue, yang tak membeli apapun untuk dirinya sendiri, hanya mengemban tugas utama: membayar semua barang belanjaan mereka. Ketika makan siang usai, Emely menatap Amara dengan lembut. "Sayang, sudah kenyang ‘kan? Atau Amara masih mau pesan makanan yang lain?" tanyanya penuh perhatian. Amara menggeleng sambil menyengir manis. "Aku sudah kenyang, Mommy," jawab gadis kecil berusia empat tahun itu.Emely ters
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 98: Lidya Kembali 1

***Matanya terpaku pada sosok pria itu, tampan, berkharisma, dan penuh aura yang tak pernah benar-benar sirna dari ingatannya. Ia menatap tanpa berkedip, seolah waktu berhenti untuk beberapa detik yang terasa begitu panjang.“Blue…,” gumamnya dengan suara bergetar, nyaris tak terdengar, menyebut nama pria yang dulu pernah menjadi suaminya. Pria yang, meski sudah bertahun-tahun berlalu, tetap sulit ia lupakan.Wanita itu adalah Lidya. Ibu kandung Amara, sekaligus mantan istri Blue. Sudah empat tahun berlalu sejak kepergiannya, menghilang tanpa jejak dari kehidupan mereka. Namun kini, langkahnya kembali menapak di New York, membawa segudang misteri yang tak terungkap.Apa alasan Lidya kembali? Apakah untuk Amara, putri kecil yang dulu ia tinggalkan? Apakah untuk Blue, pria yang tak pernah benar-benar pergi dari hatinya? Ataukah ada tujuan lain yang hanya dirinya sendiri yang tahu?Lamunannya terpecah ketika sebuah suara lembut menyapanya dari belakang.“Lidya, apa kau sudah selesai?”L
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 99: Lidya Kembali 2

Empat tahun yang lalu, Lidya hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu. Kehidupannya berantakan. Perusahaan keluarganya, yang selama ini menjadi pilar penopang kehidupannya, bangkrut secara tiba-tiba dan diambil alih oleh pihak lain. Kekayaan yang dulu melimpah lenyap dalam sekejap, meninggalkan Lidya tanpa apa-apa selain tubuh dan kehormatannya sendiri.Setelah itu, tragedi lain menimpanya. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tua dan kakak laki-lakinya dalam satu malam yang tak pernah ia lupakan. Lidya kehilangan semua orang yang pernah menjadi sandarannya. Dunianya runtuh, dan ia jatuh ke titik terendah dalam hidupnya.Saat itu, ia tahu dirinya tidak lagi mampu memberikan kehidupan yang layak bagi Amara. Ia tidak memiliki pekerjaan, tempat tinggal, atau bahkan uang untuk makan. Maka, dengan berat hati, Lidya memutuskan untuk meninggalkan Amara bersama Blue. Meski pria itu adalah mantan suaminya dan bukan Ayah kandung Amara, Lidya yakin, hanya Blue yang mampu menjamin kebaha
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 100: Lidya Kembali 3

Di tempat lain, Blue menghentikan mobilnya perlahan di depan sebuah apotek kecil yang terletak di tepi jalan. “Kenapa berhenti di apotek?” tanya Emely sambil melirik ke arahnya. Tanpa menjawab langsung, Blue melepas sabuk pengamannya, kemudian meraih dompet yang tergeletak di atas dashboard. “Beli obat…” jawabnya singkat, lalu berhenti sejenak. Pandangannya beralih ke kursi belakang, tempat Amara sedang duduk dengan boneka barunya. Mata gadis kecil itu terlihat sayu, hampir terpejam, sepertinya terlalu lelah.“Obat kontrasepsi,” lanjut Blue dengan suara rendah, nyaris berbisik, memastikan agar kata-katanya tidak terdengar oleh Amara.“Oh,” gumam Emely pelan. Tatapannya ikut beralih ke belakang, memperhatikan Amara yang kini mulai bersandar di kursinya, memeluk boneka itu erat-erat.Blue kembali menatap Emely. “Dia kelihatan mengantuk. Kau tunggu di sini saja, hmm? Temani Amara. Biar aku saja yang beli,” ucapnya dengan nada lembut, lebih seperti perintah halus daripada permintaan.Em
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
PREV
1
...
8910111213
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status