Beranda / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 98: Lidya Kembali 1

Share

Bab 98: Lidya Kembali 1

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 16:07:23

***

Matanya terpaku pada sosok pria itu, tampan, berkharisma, dan penuh aura yang tak pernah benar-benar sirna dari ingatannya. Ia menatap tanpa berkedip, seolah waktu berhenti untuk beberapa detik yang terasa begitu panjang.

“Blue…,” gumamnya dengan suara bergetar, nyaris tak terdengar, menyebut nama pria yang dulu pernah menjadi suaminya. Pria yang, meski sudah bertahun-tahun berlalu, tetap sulit ia lupakan.

Wanita itu adalah Lidya. Ibu kandung Amara, sekaligus mantan istri Blue. Sudah empat tahun berlalu sejak kepergiannya, menghilang tanpa jejak dari kehidupan mereka. Namun kini, langkahnya kembali menapak di New York, membawa segudang misteri yang tak terungkap.

Apa alasan Lidya kembali? Apakah untuk Amara, putri kecil yang dulu ia tinggalkan? Apakah untuk Blue, pria yang tak pernah benar-benar pergi dari hatinya? Ataukah ada tujuan lain yang hanya dirinya sendiri yang tahu?

Lamunannya terpecah ketika sebuah suara lembut menyapanya dari belakang.

“Lidya, apa kau sudah selesai?”

L
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 99: Lidya Kembali 2

    Empat tahun yang lalu, Lidya hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu. Kehidupannya berantakan. Perusahaan keluarganya, yang selama ini menjadi pilar penopang kehidupannya, bangkrut secara tiba-tiba dan diambil alih oleh pihak lain. Kekayaan yang dulu melimpah lenyap dalam sekejap, meninggalkan Lidya tanpa apa-apa selain tubuh dan kehormatannya sendiri.Setelah itu, tragedi lain menimpanya. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tua dan kakak laki-lakinya dalam satu malam yang tak pernah ia lupakan. Lidya kehilangan semua orang yang pernah menjadi sandarannya. Dunianya runtuh, dan ia jatuh ke titik terendah dalam hidupnya.Saat itu, ia tahu dirinya tidak lagi mampu memberikan kehidupan yang layak bagi Amara. Ia tidak memiliki pekerjaan, tempat tinggal, atau bahkan uang untuk makan. Maka, dengan berat hati, Lidya memutuskan untuk meninggalkan Amara bersama Blue. Meski pria itu adalah mantan suaminya dan bukan Ayah kandung Amara, Lidya yakin, hanya Blue yang mampu menjamin kebaha

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 100: Lidya Kembali 3

    Di tempat lain, Blue menghentikan mobilnya perlahan di depan sebuah apotek kecil yang terletak di tepi jalan. “Kenapa berhenti di apotek?” tanya Emely sambil melirik ke arahnya. Tanpa menjawab langsung, Blue melepas sabuk pengamannya, kemudian meraih dompet yang tergeletak di atas dashboard. “Beli obat…” jawabnya singkat, lalu berhenti sejenak. Pandangannya beralih ke kursi belakang, tempat Amara sedang duduk dengan boneka barunya. Mata gadis kecil itu terlihat sayu, hampir terpejam, sepertinya terlalu lelah.“Obat kontrasepsi,” lanjut Blue dengan suara rendah, nyaris berbisik, memastikan agar kata-katanya tidak terdengar oleh Amara.“Oh,” gumam Emely pelan. Tatapannya ikut beralih ke belakang, memperhatikan Amara yang kini mulai bersandar di kursinya, memeluk boneka itu erat-erat.Blue kembali menatap Emely. “Dia kelihatan mengantuk. Kau tunggu di sini saja, hmm? Temani Amara. Biar aku saja yang beli,” ucapnya dengan nada lembut, lebih seperti perintah halus daripada permintaan.Em

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 101: Siap Bertemu 1

    “Jadi, kamu tidak mau cerita apa-apa sama Mom, Blue?” tanya Zara di seberang telepon, suaranya terdengar lembut tapi tegas. Blue mengerutkan kening, merasa bingung dengan arah pembicaraan. “Cerita apa, Mom?” tanyanya balik dengan nada hati-hati. Helaan napas berat terdengar di ujung telepon, seperti ada beban yang sulit diungkapkan. “Kamu punya kekasih tapi tidak cerita apa-apa ke Mom. Kamu juga belum memperkenalkan dia ke Mom. Apa sekarang keluarga sudah seasing itu buatmu, Nak?” Deg! Kata-kata terakhir Zara membuat Blue tercekat. Asing? Oh, tidak. Tentu saja tidak. Ia menyayangi Ibunya lebih dari apapun, meski tidak bisa menyembunyikan rasa bencinya terhadap sang Ayah. Blue menghela napas panjang sebelum menjawab. “Mom dengar dari siapa?” tanyanya dengan suara yang lembut. “Itu tidak penting, Nak. Yang Mom ingin tahu, kenapa kamu tidak cerita? Apa Mom nggak cukup dekat lagi dengan kamu?” suar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 102: Siap Bertemu 2

    Blue terdiam, menghela napas panjang. Ia mengangkat tangan kirinya, mengusap pelipis yang tak gatal. “Ya, Mom. Aku akan bicarakan nanti dengannya,” jawabnya akhirnya, suaranya terdengar sedikit ragu namun tetap berusaha meyakinkan. “Semoga dia bersedia.”“Amin,” sahut Zara tulus, penuh harapan.Percakapan antara Blue dan Zara terus berlanjut. Zara mulai menanyakan kabar pekerjaan putranya dan beberapa hal lainnya. Meskipun mereka tinggal di kota yang sama, mereka jarang bertemu. Semua itu akibat sikap keras kepala Ronan, Ayah Blue, yang tetap bersikeras menolak untuk menerima Amara sebagai cucunya. Hal ini menciptakan jarak yang tak terhindarkan antara Blue dan keluarganya.Di sisi lain, di dalam kamar Amara, suasana terasa begitu tenang. Gadis kecil itu tertidur pulas di atas ranjangnya. Perlahan-lahan, Emely bangkit dari sisi tempat tidur. Dengan gerakan lembut dan penuh perhatian, ia merapikan selimut yang menyelimuti tubuh kecil Amara. Sebelu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 103: Siap Bertemu 3

    Blue menutup pintu dengan perlahan sebelum berjalan menghampiri Emely yang tengah berbaring santai di sofa. Tanpa berkata apa-apa, ia menatapnya dengan sorot mata penuh perhatian. Ketika ia tiba di dekat sofa, tubuhnya dengan santai merebah di atas tubuh Emely.Tangan Blue menyentuh lembut pahanya yang sedikit terekspos karena dress yang tersingkap. Ia mendekatkan wajahnya, bibirnya mengecup lembut kulit mulus itu, membuat Emely sedikit terkesiap.“Telepon sama siapa?” tanyanya tanpa suara, hanya dengan gerakan bibir, tapi sorot matanya seolah menuntut jawaban.“Sama Arwen,” jawab Emely dengan suara pelan, hampir berbisik. Blue mengangguk kecil, tanda mengerti, namun tetap tak beranjak dari posisinya.Emely terdiam sejenak, matanya menatap wajah tampan Blue yang begitu dekat dengannya. Ia ragu untuk sesaat, tapi akhirnya memberanikan diri berbicara. “Aku baru ingat, sore ini aku ada janji dengan Arwen. Kami mau diskusi soal tugas kuliah. Tapi... a

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 104: Siap Bertemu 4

    Emely tidak menjawab. Ia hanya menatap wajah Blue dengan sorot mata penuh kekaguman dan sedikit senyum di sudut bibirnya. Tangannya tetap bekerja, mengurut dengan lembut batang keperkasaan Blue, sesekali memberikan remasan kecil yang membuat pria itu menarik napas panjang. "Berapa lama kau ingin bermain?" tanya Blue, suaranya terdengar berat."Aku tidak bisa lama-lama," jawab Emely dengan nada parau, hampir berbisik. "Aku harus menyiapkan tugas kuliahku sebelum Arwen sampai."Blue mengangguk kecil. Kemudian, ia meraih pergelangan tangan Emely, menghentikan sentuhannya yang terus menggoda. Lalu, ia berpindah posisi, mengambil tempat di belakang tubuh ramping gadis itu. Sofa besar yang mereka duduki cukup luas, memungkinkan mereka berdua berbaring miring dengan nyaman.Emely mengerti tanpa perlu kata-kata. Ia meloloskan kain segitiga kecil yang membalut dirinya, lalu mengangkat gaun yang dikenakannya hingga cukup tinggi untuk memberi akses penuh pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 105: Bertemu Calon Mertua 1

    ***Emely berdiri di teras rumah, pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang baru saja memasuki halaman. Mobil itu milik Arwen, sahabatnya. Ia mengamati saat mobil berhenti perlahan di samping kendaraan Blue yang terparkir rapi.Mesin mobil dimatikan, dan tak lama kemudian Arwen keluar dengan membawa laptop di lengannya. Dengan langkah santai, gadis itu mendekati Emely yang sudah menunggunya di teras.“Hay!” sapa Arwen ceria, mengulas senyum lebar.“Kamu terlambat dua menit,” sindir Emely, tangannya dilipat di dada.Arwen berhenti tepat di hadapan sahabatnya dan memutar bola matanya dengan malas. “Bersyukur aku masih mau nyamperin kamu ke sini!” balasnya ketus.Emely hanya tertawa kecil, menikmati reaksi Arwen yang khas.Namun, tawa itu terhenti saat suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah. Arwen menoleh ke arah pintu dengan rasa penasaran. Beberapa detik kemudian, sosok Blue muncul, berjalan dengan tenang namun p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 106: Bertemu Calon Mertua 2

    “Hmm, dunia pun tahu itu. Makanya kamu sangat tergila-gila padaku,” balas Emely tanpa menoleh, nada suaranya datar namun jelas penuh percaya diri.Blue tertawa pelan. “Kau memang benar,” gumamnya pelan.Ia menegakkan tubuh dari sandarannya dan berjalan santai mendekati Emely, yang sedang fokus menuangkan minuman ke dalam gelas. Sesampainya di belakang Emely, Blue membawa kedua tangannya ke pinggang gadis itu, melingkarkannya dengan mesra.Emely sejenak membeku saat merasakan pelukan hangat pria itu, tetapi ia memilih untuk tak bereaksi.Blue menunduk sedikit, mengecup lembut pipi Emely. Bibirnya hanya menyentuh sekilas, namun sentuhan itu cukup untuk membuat Emely menarik napas dalam. “Aku tidak akan menyangkal,” bisik Blue dekat di telinganya. Suaranya rendah, hampir seperti gumaman, namun cukup jelas untuk membuat hati Emely sedikit bergetar. “Karena kenyataannya memang seperti itu. Aku tergila-gila padamu.”Dengan lembut, Blu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 139: Akhirnya Memaafkan (21+) 3

    Tubuh bagian atas Emely kini benar-benar polos, tanpa sehelai kain pun yang menutupi. Blue mendekat, mengalihkan perhatiannya pada celana hotpants yang masih membalut pinggul gadis itu. Dengan gerakan cekatan, ia mulai membuka kancingnya, lalu menurunkan resletingnya secara perlahan.Tangannya yang kokoh kemudian memegang kedua sisi celana tersebut. Dalam satu gerakan lembut, ia meloloskan kain itu dari tubuh Emely. Gadis itu tidak tinggal diam. Ia mengangkat sedikit bokongnya, mempermudah proses pelepasan kain tersebut. Kaki jenjangnya juga bergerak lentur, memberikan ruang agar celana itu dengan mudah meluncur turun, meninggalkan kulitnya yang kini semakin terekspos.Dalam sekejap, celana hotpants itu sudah terlepas sepenuhnya. Yang tersisa hanyalah sepotong celana dalam tipis yang tampak kontras dengan kulitnya yang halus. Emely sempat berpikir bahwa Blue tidak akan melepaskan kain tersebut. Namun, dengan cara yang tak terduga, pria itu justru melepask

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 138: Akhirnya Memaafkan (21+) 2

    “Ughh!” Emely dengan refleks menutup mulut menggunakan sebelah tangan ketika rintihan penuh kenikmatan itu lolos dari bibirnya akibat remasan lembut yang dilakukan oleh Blue di payudaranya.Matanya tertutup rapat. Napasnya mulai tersengal-sengal ketika Blue tak hanya meremas payudaranya, tetapi juga memelintir putingnya.Emely berusaha mati-matian menahan diri. Rasa panas menjalar di tubuhnya, tetapi ia tahu ia tak bisa mendesah bebas seperti biasanya. Karena bagaimanapun, Amara sedang berada di sampingnya.Tangan Emely terangkat, mencengkeram erat pergelangan tangan Blue, yang dengan santainya membiarkan jemarinya bermain di atas dadanya. Sentuhan itu mengirimkan gelombang sensasi yang membuatnya hampir kehilangan kendali.“Masih tidak mau memaafkanku?” bisik Blue pelan di telinganya. Suaranya serak dan memancing. Sesaat kemudian, ia menjulurkan lidah, menjilat lembut daun telinga Emely, sebelum akhirnya mengulum dan menghisapnya dengan penuh ken

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 137: Akhirnya Memaafkan (21+) 1

    ***Emely perlahan membaringkan tubuhnya di atas ranjang Amara. Dengan posisi miring, ia menatap wajah gadis kecil itu yang tampak damai dalam tidurnya. Emely membawa sebelah tangannya untuk memeluk tubuh mungil Amara, menciptakan kehangatan di antara mereka.‘Ketika kamu besar nanti, aku yakin kamu akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan baik hati,’ batinnya sambil menatap lembut wajah polos Amara. Emely mendekatkan wajahnya, lalu mengecup kening gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.Meskipun Emely sangat membenci Lidya, ibu kandung Amara, perasaannya terhadap gadis kecil ini sama sekali tidak terpengaruh. Tidak ada kebencian, tidak ada kekesalan. Amara adalah anak yang baik, lucu, dan menggemaskan. Terlepas dari siapapun ibunya, Emely tahu ia akan tetap menyayangi Amara tanpa syarat.Hampir lima belas menit berlalu. Emely masih berbaring memeluk hangat tubuh mungil Amara, menikmati momen penuh ketenangan itu. Namun, tiba-tiba pintu kamar

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 136: Liar dan Bar-bar 4

    Emely memejamkan mata sejenak, berusaha mengendalikan emosi yang terasa semakin membuncah. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Kamu tahu tidak, Blue, apa yang sebenarnya membuat masalah ini jadi sebesar ini? Ini bukan soal sejauh mana kamu bermain api dengan mantan istrimu. Ini soal kebohonganmu!"Ia menunjuk ke arah Blue dengan gerakan cepat, membuat pria itu terdiam kaku. "Kamu pikir semua hal bisa kamu anggap remeh begitu saja? Kebohongan yang kamu anggap kecil itu, lama-lama akan jadi masalah besar. Karena apa? Karena kamu akan terus menutupi kebohonganmu dengan kebohongan lain. Dan sementara itu, kamu akan menertawakanku yang kamu anggap bodoh karena sudah berhasil kamu tipu mentah-mentah!"Blue hanya menatap Emely dengan ekspresi penuh penyesalan, namun ia tetap bungkam. Emely, di sisi lain, terlihat terengah-engah, seperti kehabisan napas setelah melampiaskan emosinya."Dan yang paling aku benci," lanjut Emely. “Adalah ketika aku terlihat seperti orang bodoh di dep

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 135: Liar dan Bar-bar 3

    Salah satu pelayan yang kebetulan berada di dekat pintu langsung menyapanya dengan sopan. "Selamat malam, Tuan."Blue membalas singkat, "Selamat malam." Ia terus melangkah melewati pelayan tersebut menuju tangga yang menghubungkan lantai dasar dan atas, dengan ekspresi serius terpampang di wajahnya.Di tengah tangga, ia bertemu dengan Gina, yang tampaknya sedang turun. Wanita itu menghentikan langkahnya, lalu menunduk hormat. "Tuan," sapanya pelan."Amara dimana? Apakah dia bersama Emely?" tanya Blue tanpa basa-basi."Tidak, Tuan. Nona Amara sudah tidur di kamarnya. Dia sangat lelah dan mengantuk tadi. Sedangkan Nona Emely ada di kamarnya," jawab Gina.Blue mengangguk kecil, lalu melanjutkan langkahnya ke lantai atas. Beberapa saat kemudian, ia tiba di depan pintu kamar. Ia mengulurkan tangan, menggenggam tuas pintu, dan membukanya perlahan.Kamar itu sunyi. Langkah Blue terhenti di tengah ruangan, matanya langsung tertuju ke arah jendela tembus pandang yang memperlihatkan balkon. Sek

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 134: Liar dan Bar-bar 2

    Kini, Emely duduk diatas kursi rotan bergaya modern yang khas menghiasi balkon rumah mewah. Kursi itu memiliki desain melengkung ergonomis dengan bantalan empuk berwarna krem yang memberikan kenyamanan maksimal. Di sebelahnya, terdapat meja kecil dari kayu jati dengan permukaan yang dilapisi kaca, tempat cangkir tehnya terletak. Emely membuka laptopnya dan menunggu perangkat itu menyala. Sambil menunggu, ia mengambil bungkusan rokok yang tadi dibawanya, membuka segel plastik dengan sedikit perasaan ragu, dan mengeluarkan sebatang rokok. Ia menyelipkannya di antara bibirnya, lalu menyalakan ujungnya menggunakan pemantik logam berwarna perak mengkilap. Asap tipis mulai mengepul saat ia menghisap rokok itu perlahan.Dia memejamkan mata sejenak, menikmati sensasi nikmat yang terasa di rongga mulutnya sebelum akhirnya melepaskan asap tersebut ke udara. Asap itu terbang melayang-layang, bergabung dengan angin yang berhembus dingin, sementara Emely membiarkan tubuhnya bersandar santai di k

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 133: Liar dan Bar-bar 1

    ***“Mommy, aku lelah dan mengantuk. Kalau misalkan aku mau langsung tidur saja, boleh tidak?” tanya Amara dengan wajah polos, menatap ibunya yang baru saja mematikan mesin mobil di depan teras rumah.Emely melirik gadis kecil itu sekilas sambil melepas sabuk pengaman. “Tentu saja boleh, sayang,” jawabnya lembut. “Tapi, Amara yakin tidak ada tugas dari sekolah yang harus dikumpulkan besok?” lanjutnya memastikan.“Tidak ada, Mommy,” balas Amara cepat.Emely menoleh sepenuhnya ke arah Amara yang duduk di kursi belakang. “Benar tidak ada tugas? Mommy hanya memastikan saja, supaya nanti tidak ada yang kelupaan.”Amara mengangguk mantap sambil menatap ibunya dengan serius. “Iya, Mommy. Betul, aku tidak ada tugas. Aku tidak akan mungkin berani berbohong sama Mommy,” jawabnya.Emely tersenyum kecil mendengar jawaban Amara. “Baiklah. Kalau begitu, sekarang kita turun dulu, ya?” ujarnya sambil membuka pintu mobil. Setelah turun, ia beralih ke sisi Amara, membuka pintu untuk gadis kecil itu, da

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 132: Bersekutu Dengan Calon Mertua 3

    Setelah kepergian Blue, Emely menoleh kepada Zara. “Mom, aku dan Amara pamit pulang dulu, ya?” katanya dengan sopan.Zara tersenyum, meskipun ada sedikit rasa enggan melepaskan gadis itu bersama cucunya. “Hati-hati di jalan, ya, sayang. Kalau nanti kamu ada waktu, jangan ragu untuk datang lagi ke sini. Kami selalu menunggu kalian,” ujarnya tulus.Emely membalas senyum itu. “Pasti, Mom. Terima kasih.”Setelah itu, ia berdiri dan menggandeng tangan Amara yang masih terlihat enggan meninggalkan mansion. Emely memintanya berpamitan kepada Zara dan Talia. Gadis kecil itu pun segera melambai dan memeluk nenek dan bibinya dengan hangat sebelum keduanya mengantar mereka hingga ke teras depan.Zara dan Talia berdiri di sana, memperhatikan Emely dan Amara masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil itu benar-benar melaju, Amara menurunkan kaca jendela dan melambaikan tangannya dengan semangat. “Daa daa, Grandma! Daa daa, Aunty!” serunya ceria.Zara dan Talia membalas lambaian itu dengan senyum lebar. “

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 131: Bersekutu Dengan Calon Mertua 2

    Setelah berbicara dengan Emely sebelumnya, Ronan memilih untuk tidak banyak berbicara ketika Blue, Zara, dan Amara kembali bergabung di ruang keluarga. Keheningan Ronan cukup terasa, tetapi tidak mengganggu suasana yang kembali hangat dan ceria, terutama berkat interaksi antara Amara, Emely, dan Zara. Sedangkan Blue, sama seperti ayahnya, lebih banyak diam, hanya sesekali tersenyum kecil saat Zara atau Talia melontarkan candaan.Beberapa jam kemudian, Talia muncul. Wanita itu baru pulang dari kantor dan langsung bergabung dengan mereka di ruang keluarga. Wajahnya terlihat bahagia—bukan hanya karena momen hangat yang tercipta, tetapi juga karena ia merasa kehadiran Emely membawa dampak positif pada keluarganya. Perlahan-lahan, Ronan mulai menerima Amara, dan Blue pun kini lebih sering berkunjung ke mansion. Semua ini mengingatkan Talia pada masa-masa harmonis keluarganya dulu.“Amara sama Mommy tidak mau menginap saja di mansion?” tanya Talia dengan senyum lembut, tepat setelah Emely

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status