Lahat ng Kabanata ng Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Kabanata 141 - Kabanata 150

213 Kabanata

Bab 141

Wenny tiba di belakang panggung. Tadi dia sudah minta Angga untuk mengosongkan area tersebut, jadi sekarang hanya ada dia seorang diri.Wenny duduk di depan meja rias, lalu mengikat rambut panjang hitam legamnya menjadi kuncir rendah. Leher jenjang bak angsanya pun terlihat. Setelah itu, dia merias wajahnya dengan riasan tipis yang rapi dan mengoleskan lipstik.Wenny jarang sekali berdandan. Wajahnya memang sudah cantik alami dengan kulit putih dan aura polos bak bidadari. Sekarang dengan sedikit polesan saja, kecantikannya terlihat luar biasa mencolok.Pada saat ini, terdengar suara Angga dari arah luar panggung. "Selamat pagi, semuanya!"Wenny pun berdiri. Dia mengulurkan tangan dan menyibak sedikit tirai panggung di depannya. Dari celah tirai, dia melihat bahwa auditorium itu penuh sesak. Ribuan orang telah memenuhi tempat duduk, tanpa ada satu kursi pun yang kosong.Cekrek, cekrek ....Suara kamera dari berbagai stasiun TV yang sedang meliput terdengar terus-menerus.Angga yang ber
Magbasa pa

Bab 142

Wajah Hendro terlihat dingin dan muram saat membalas, "Mobil Carlos bisa melaju tanpa hambatan di seluruh Kota Livia karena pelat khususnya. Kalau kita baru mau menutup jalan sekarang, pasti sudah terlambat.""Jadi Pak Hendro, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sutinah.Hendro segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon ayah Carlos, Jacob. Keluarga Jamil dan Keluarga Karim memang memiliki hubungan yang cukup dekat. Bila mengikuti aturan keluarga dan usia, Hendro seharusnya memanggil Jacob dengan sebutan paman.Tak lama kemudian, panggilan itu tersambung. Suara Jacob terdengar dari seberang. "Hendro? Ada apa tiba-tiba meneleponku?"Jari Hendro mencengkeram ponsel dengan kuat. Dia memberi tahu, "Anakmu bawa pergi orangku. Coba kamu pikirkan baik-baik, apa dia punya vila pribadi di daerah pinggiran kota?"....Di sebuah vila pribadi di pinggiran kota.Wenny perlahan buka matanya. Dia mendapati dirinya terbaring di atas ranjang besar dan empuk dalam ruangan berdekorasi mewah dan
Magbasa pa

Bab 143

Wenny benar-benar ketakutan. Seperti halnya semua wanita yang mengalami pelecehan fisik, dia tidak bisa tetap tenang. Dia sama saja seperti mereka."Lepaskan aku! Pergi sana! Aaaaaargh!" jerit Wenny. Dia berusaha keras menyelamatkan dirinya sendiri. Tepat pada saat itu, suara keras terdengar. Pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar setelah dihantam oleh tendangan keras.Hendro datang. Dengan langkah cepat dan tegap, dia langsung meraih Carlos dan menariknya paksa agar menjauh dari tubuh Wenny, lalu tanpa ragu melayangkan sebuah tinju keras ke wajahnya.Carlos jatuh ke lantai dengan tampang kacau. Kemudian, Hendro kembali menghajarnya terus-menerus .... Wajah Carlos pun segera berlumuran darah akibat hantaman bertubi-tubi itu.Di sisi lain Wenny perlahan bangkit duduk, lalu memanggil, "Hendro ... Hendro ...." Dia memanggil namanya dengan suara lemah.Hendro melepaskan Carlos yang sudah tak berdaya dan bergegas menghampiri Wenny. Tubuh gadis itu gemetar hebat. Jelas, dia sangat ketakutan
Magbasa pa

Bab 144

Wenny membalas, "Kamu cuma bisa marah-marah padaku. Huhu .... Emangnya kenapa kalau aku dandan? Kenapa kalau aku pakai lipstik? Setiap hari, Hana juga dandan dan pakai lipstik. Tapi, kamu nggak pernah memarahinya. Huhu ...."Wenny melanjutkan, "Kalau yang diculik itu dia, kamu pasti bakal peluk dan hibur dia, bahkan memanggilnya dengan sebutan sayang. Huhu .... Kamu memang benci aku! Kenapa kamu bisa sebenci itu sama aku? Huhu ...."Wenny menangis dengan sangat sedih. Bahunya yang mungil dan ramping bergetar karena tangisannya. Mata dan ujung hidungnya pun memerah. Dirinya terlihat begitu rapuh sekarang. Air matanya mengalir deras, lalu jatuh satu demi satu bagaikan untaian mutiaraRaut wajah Hendro langsung berubah. Dia segera berlutut dengan satu kaki di hadapannya, lalu berucap, "Wenny, jangan nangis lagi."Selama ini, Hendro nyaris tidak pernah melihat Wenny menangis. Satu-satunya yang dia ingat hanya satu kali, itu pun saat Wenny menangis dalam tidurnya dan memohon pada ibunya ag
Magbasa pa

Bab 145

Hendro berdiri tegak di samping jendela kaca besar. Dengan tubuh tinggi dan kaki jenjangnya, dia terlihat kokoh dan dingin. Sepasang matanya seperti tinta hitam yang tumpah. Begitu gelap, tanpa emosi, dan penuh bahaya. Hendro membalas dengan nada dingin, "Untuk selesaikan masalah ini, apa cukup cuma minta maaf? Kalian pulang saja."Manda sampai menangis saking cemasnya. Dia memohon dengan sungguh-sungguh, "Hendro, anggap saja ini Bibi mohon padamu ya? Dulu waktu kamu masih kecil, Paman dan Bibi pernah menggendongmu lho.""Keluarga kami cuma punya satu anak laki-laki. Tolong lepaskan Carlos ya? Ke depannya, kami pasti akan mendidik dia baik-baik," mohon Manda.Hanya saja, Hendro tetap tak tergoyahkan. Dengan suara datar dan dingin, dia memberi perintah, "Sutinah, antar mereka keluar."Sutinah langsung memberi isyarat tangan untuk mempersilakan, lalu berucap, "Pak Jacob, Bu Manda, silakan lewat sini."Ekspresi Jacob sontak berubah. Dia berucap, "Hendro, kamu benar-benar begitu tega? Masa
Magbasa pa

Bab 146

Manda segera memberi tahu, "Hari ini, anakku menculik Wenny. Pak Hendro datang selamatkan Wenny dan menangkapnya. Sekarang demi bela Wenny, Pak Hendro nggak mau bebaskan anakku.""Apa?" Ekspresi Hana langsung berubah. Pantas saja Hendro tiba-tiba pergi saat acara seminar Dewa C hari ini. Ternyata dia pergi menyelamatkan Wenny!Sudah berapa kali ini terjadi? Terakhir kali Wenny diculik oleh Udin, Hendro juga yang pergi menyelamatkannya. Kali ini, dia bahkan sampai menangkap Carlos karena Wenny?Padahal Keluarga Jamil dan Keluarga Karim punya hubungan baik. Apa Wenny memang pantas diperlakukan seperti itu? Memikirkan semua ini, Hana pun mengepalkan tangannya erat-erat.Jacob memandang Hana sambil berujar, "Nona Hana, semua orang tahu kamu adalah kesayangan Pak Hendro. Seribu kata dari kami pun nggak sebanding dengan satu kata darimu. Selama kamu bersedia bicara ke Pak Hendro, dia pasti akan bebaskan anakku."Mendengar ucapannya, Hana, Andy, dan Landy langsung tersenyum. Kemudian, H
Magbasa pa

Bab 147

Usai berkata demikian, Hana melangkah masuk ke ruang kerja dengan sepatu hak tinggi berhiaskan kristal. Sementara itu, Wenny berdiri kaku sendirian di tempat."Wenny, kamu kasihan karena nggak dicintai oleh siapa pun." Kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinganya.Wenny tahu Hana meremehkannya. Di mata Hana, dia hanyalah seorang pengintai yang bersembunyi di sudut dan diam-diam mendambakan ibu dan Hendro miliknya. Sementara itu, dirinya sendiri tidak memiliki apa-apa. Bahkan, tidak ada seorang pun yang mencintainya.Hana menganggapnya kasihan. Wenny merasa hatinya seperti tertusuk jarum. Sakitnya menjalar hingga ke lubuk hati yang paling dalam. Semua ini terasa sangat menyakitkan dan penuh ironi. Padahal ibunya Hana dan Hendro sebenarnya adalah miliknya!Wenny menatap pintu ruang kerja yang tertutup rapat di depannya. Hana bilang akan bicara padanya. Apa Hendro akan bebaskan Carlos karena permintaan Hana?Hana bahkan memintanya untuk berdiri di depan pintu dan mendengarkan sendi
Magbasa pa

Bab 148

Hendro tidak lagi bisa meneruskan membaca dokumen. Dia pun berdiri dan melangkah menuju kamar utama. Namun kamar tidur itu kosong, tak terlihat siapa pun. Pintu kamar mandi juga tertutup. Hendro berdiri di depan pintu kamar mandi. Suaranya terdengar rendah saat bertanya, "Wenny, kamu masih belum selesai mandi?"Tidak ada suara dari dalam dan tidak ada yang meresponsnya. Hendro mengangkat tangan dan hendak mengetuk pintu, tetapi pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri.Hendro tertegun, lalu dia pun masuk ke dalam. Bak mandi yang besar itu kosong melompong. Wenny sudah tidak ada di sana. Lantas, ke mana dia pergi?Hendro berjalan keluar dari kamar mandi. Saat itu, seorang pembantu masuk ke dalam kamar dan memberi tahu, "Pak Hendro, Nyonya sudah pergi."Wenny sudah pergi? Dia pergi begitu saja?Saat itu, pandangan Hendro jatuh pada es batu yang masih utuh dan belum digunakan. Dia pun bertanya, "Dia nggak kompres wajahnya?""Nggak. Nyonya bilang nggak perlu," jawab si pembantu.Ada sebuah
Magbasa pa

Bab 149

Di asrama putri.Wenny mengeluh, "Sssh .... Sakit banget .... Yuvi, pelan-pelan ..."Wenny sudah kembali ke asrama putri dari Vila Cempaka. Saat ini, Yuvi sedang mengompres wajahnya dengan es batu.Melihat Wenny meringis kesakitan, Yuvi langsung memaki, "Carlos benar-benar bajingan! Dia bisa-bisanya melakukan hal sekejam itu padamu! Sekarang, dia ada di mana? Oh ya, Wenny, kenapa kamu pulang sendirian?"Barusan saat mendengar ketukan di pintu dan membukanya, Yuvi melihat Wenny berdiri di depan pintu dengan pipi bengkak akibat tamparan. Tangan dan kakinya juga dipenuhi bekas cubitan merah. Jelas sekali dia baru saja mengalami kekerasan.Malam-malam gini, Wenny kembali sendirian dengan penuh luka seperti itu. Yuvi merasa sangat sedih dan marah melihatnya.Di mana Carlos sekarang? Tadi, Hana pergi menemui Hendro. Kemungkinan besar sekarang dia sudah dibebaskan.Bulu mata Wenny bergetar sedikit. Dia langsung memeluk tubuh hangat Yuvi dan berbisik, "Yuvi, wajahku sakit. Aku nggak mau bic
Magbasa pa

Bab 150

Wenny mengeluarkan ponselnya dan membuka daftar kontak, lalu mencari nomor Hendro. Namun, dia tidak langsung menekan tombol panggil. Pria itu masih membuatnya terkejut. Bukankah Hana adalah kesayangan Hendro? Kenapa dia bisa tega menolaknya?Tadi malam Wenny pergi tanpa berpamitan, bahkan belum sempat berterima kasih secara langsung. ‘Apa dia sempat melihat catatan kecil yang dia tinggalkan di atas nakas?’Yuvi mendesak, "Wenny, kenapa kamu melamun? Cepat telepon Pak Hendro! Kali ini, dia benar-benar sudah lampiaskan emosimu!"Wenny akhirnya menekan tombol dan mulai menelepon. Nada dering di ujung sana terdengar lembut dan perlahan. Setelah beberapa kali berdering, telepon pun diangkat secara tenang dan tidak tergesa.Hanya saja, Hendro tidak langsung bicara meski sudah mengangkatnya. Suasana di seberang sangat sunyi. Jari-jari Wenny yang ramping dan pucat menggenggam ponsel erat-erat. Dia tidak tahu harus mulai bicara dari mana.Saat ini, suara pria yang dalam dan penuh daya tari
Magbasa pa
PREV
1
...
1314151617
...
22
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status