Wenny membalas, "Kamu cuma bisa marah-marah padaku. Huhu .... Emangnya kenapa kalau aku dandan? Kenapa kalau aku pakai lipstik? Setiap hari, Hana juga dandan dan pakai lipstik. Tapi, kamu nggak pernah memarahinya. Huhu ...."Wenny melanjutkan, "Kalau yang diculik itu dia, kamu pasti bakal peluk dan hibur dia, bahkan memanggilnya dengan sebutan sayang. Huhu .... Kamu memang benci aku! Kenapa kamu bisa sebenci itu sama aku? Huhu ...."Wenny menangis dengan sangat sedih. Bahunya yang mungil dan ramping bergetar karena tangisannya. Mata dan ujung hidungnya pun memerah. Dirinya terlihat begitu rapuh sekarang. Air matanya mengalir deras, lalu jatuh satu demi satu bagaikan untaian mutiaraRaut wajah Hendro langsung berubah. Dia segera berlutut dengan satu kaki di hadapannya, lalu berucap, "Wenny, jangan nangis lagi."Selama ini, Hendro nyaris tidak pernah melihat Wenny menangis. Satu-satunya yang dia ingat hanya satu kali, itu pun saat Wenny menangis dalam tidurnya dan memohon pada ibunya ag
Hendro berdiri tegak di samping jendela kaca besar. Dengan tubuh tinggi dan kaki jenjangnya, dia terlihat kokoh dan dingin. Sepasang matanya seperti tinta hitam yang tumpah. Begitu gelap, tanpa emosi, dan penuh bahaya. Hendro membalas dengan nada dingin, "Untuk selesaikan masalah ini, apa cukup cuma minta maaf? Kalian pulang saja."Manda sampai menangis saking cemasnya. Dia memohon dengan sungguh-sungguh, "Hendro, anggap saja ini Bibi mohon padamu ya? Dulu waktu kamu masih kecil, Paman dan Bibi pernah menggendongmu lho.""Keluarga kami cuma punya satu anak laki-laki. Tolong lepaskan Carlos ya? Ke depannya, kami pasti akan mendidik dia baik-baik," mohon Manda.Hanya saja, Hendro tetap tak tergoyahkan. Dengan suara datar dan dingin, dia memberi perintah, "Sutinah, antar mereka keluar."Sutinah langsung memberi isyarat tangan untuk mempersilakan, lalu berucap, "Pak Jacob, Bu Manda, silakan lewat sini."Ekspresi Jacob sontak berubah. Dia berucap, "Hendro, kamu benar-benar begitu tega? Masa
Manda segera memberi tahu, "Hari ini, anakku menculik Wenny. Pak Hendro datang selamatkan Wenny dan menangkapnya. Sekarang demi bela Wenny, Pak Hendro nggak mau bebaskan anakku.""Apa?" Ekspresi Hana langsung berubah. Pantas saja Hendro tiba-tiba pergi saat acara seminar Dewa C hari ini. Ternyata dia pergi menyelamatkan Wenny!Sudah berapa kali ini terjadi? Terakhir kali Wenny diculik oleh Udin, Hendro juga yang pergi menyelamatkannya. Kali ini, dia bahkan sampai menangkap Carlos karena Wenny?Padahal Keluarga Jamil dan Keluarga Karim punya hubungan baik. Apa Wenny memang pantas diperlakukan seperti itu? Memikirkan semua ini, Hana pun mengepalkan tangannya erat-erat.Jacob memandang Hana sambil berujar, "Nona Hana, semua orang tahu kamu adalah kesayangan Pak Hendro. Seribu kata dari kami pun nggak sebanding dengan satu kata darimu. Selama kamu bersedia bicara ke Pak Hendro, dia pasti akan bebaskan anakku."Mendengar ucapannya, Hana, Andy, dan Landy langsung tersenyum. Kemudian, H
Usai berkata demikian, Hana melangkah masuk ke ruang kerja dengan sepatu hak tinggi berhiaskan kristal. Sementara itu, Wenny berdiri kaku sendirian di tempat."Wenny, kamu kasihan karena nggak dicintai oleh siapa pun." Kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinganya.Wenny tahu Hana meremehkannya. Di mata Hana, dia hanyalah seorang pengintai yang bersembunyi di sudut dan diam-diam mendambakan ibu dan Hendro miliknya. Sementara itu, dirinya sendiri tidak memiliki apa-apa. Bahkan, tidak ada seorang pun yang mencintainya.Hana menganggapnya kasihan. Wenny merasa hatinya seperti tertusuk jarum. Sakitnya menjalar hingga ke lubuk hati yang paling dalam. Semua ini terasa sangat menyakitkan dan penuh ironi. Padahal ibunya Hana dan Hendro sebenarnya adalah miliknya!Wenny menatap pintu ruang kerja yang tertutup rapat di depannya. Hana bilang akan bicara padanya. Apa Hendro akan bebaskan Carlos karena permintaan Hana?Hana bahkan memintanya untuk berdiri di depan pintu dan mendengarkan sendi
Hendro tidak lagi bisa meneruskan membaca dokumen. Dia pun berdiri dan melangkah menuju kamar utama. Namun kamar tidur itu kosong, tak terlihat siapa pun. Pintu kamar mandi juga tertutup. Hendro berdiri di depan pintu kamar mandi. Suaranya terdengar rendah saat bertanya, "Wenny, kamu masih belum selesai mandi?"Tidak ada suara dari dalam dan tidak ada yang meresponsnya. Hendro mengangkat tangan dan hendak mengetuk pintu, tetapi pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri.Hendro tertegun, lalu dia pun masuk ke dalam. Bak mandi yang besar itu kosong melompong. Wenny sudah tidak ada di sana. Lantas, ke mana dia pergi?Hendro berjalan keluar dari kamar mandi. Saat itu, seorang pembantu masuk ke dalam kamar dan memberi tahu, "Pak Hendro, Nyonya sudah pergi."Wenny sudah pergi? Dia pergi begitu saja?Saat itu, pandangan Hendro jatuh pada es batu yang masih utuh dan belum digunakan. Dia pun bertanya, "Dia nggak kompres wajahnya?""Nggak. Nyonya bilang nggak perlu," jawab si pembantu.Ada sebuah
Di asrama putri.Wenny mengeluh, "Sssh .... Sakit banget .... Yuvi, pelan-pelan ..."Wenny sudah kembali ke asrama putri dari Vila Cempaka. Saat ini, Yuvi sedang mengompres wajahnya dengan es batu.Melihat Wenny meringis kesakitan, Yuvi langsung memaki, "Carlos benar-benar bajingan! Dia bisa-bisanya melakukan hal sekejam itu padamu! Sekarang, dia ada di mana? Oh ya, Wenny, kenapa kamu pulang sendirian?"Barusan saat mendengar ketukan di pintu dan membukanya, Yuvi melihat Wenny berdiri di depan pintu dengan pipi bengkak akibat tamparan. Tangan dan kakinya juga dipenuhi bekas cubitan merah. Jelas sekali dia baru saja mengalami kekerasan.Malam-malam gini, Wenny kembali sendirian dengan penuh luka seperti itu. Yuvi merasa sangat sedih dan marah melihatnya.Di mana Carlos sekarang? Tadi, Hana pergi menemui Hendro. Kemungkinan besar sekarang dia sudah dibebaskan.Bulu mata Wenny bergetar sedikit. Dia langsung memeluk tubuh hangat Yuvi dan berbisik, "Yuvi, wajahku sakit. Aku nggak mau bic
Wenny mengeluarkan ponselnya dan membuka daftar kontak, lalu mencari nomor Hendro. Namun, dia tidak langsung menekan tombol panggil. Pria itu masih membuatnya terkejut. Bukankah Hana adalah kesayangan Hendro? Kenapa dia bisa tega menolaknya?Tadi malam Wenny pergi tanpa berpamitan, bahkan belum sempat berterima kasih secara langsung. ‘Apa dia sempat melihat catatan kecil yang dia tinggalkan di atas nakas?’Yuvi mendesak, "Wenny, kenapa kamu melamun? Cepat telepon Pak Hendro! Kali ini, dia benar-benar sudah lampiaskan emosimu!"Wenny akhirnya menekan tombol dan mulai menelepon. Nada dering di ujung sana terdengar lembut dan perlahan. Setelah beberapa kali berdering, telepon pun diangkat secara tenang dan tidak tergesa.Hanya saja, Hendro tidak langsung bicara meski sudah mengangkatnya. Suasana di seberang sangat sunyi. Jari-jari Wenny yang ramping dan pucat menggenggam ponsel erat-erat. Dia tidak tahu harus mulai bicara dari mana.Saat ini, suara pria yang dalam dan penuh daya tari
Ketidakhadiran Wenny malah menjadi berkah bagi Susan.Susan memberi tanda tangan kepada para teman sekolah. Kemudian, dia berjalan ke hadapan Wenny dengan suasana hati yang sangat bagus. “Wenny, dengar-dengar kamu diculik sama Pak Carlos? Kenapa kamu selalu buat masalah? Kamu benar-benar sudah bikin malu Keluarga Cladia!”Saat terjadi sesuatu dengan Wenny, seluruh anggota Keluarga Cladia hanya akan menyalahkannya saja, tidak ada yang memedulikannya.Wenny juga tidak merasa marah sama sekali. Dia juga sudah terbiasa. Dia mengedipkan bulu mata lentiknya, lalu berbalik memuji Susan, “Nggak masalah kalau aku bikin malu Keluarga Cladia. Lagi pula, Keluarga Cladia sudah cukup dengan punya kamu.”Ucapan itu sangat disukai Susan. Dia langsung melengkungkan bibir delimanya dan berkata dengan nada arogan, “Kamu juga sudah dengar makalah ilmiahku terpilih sama Museum Kedokteran dan akan resmi dipajang di Museum Kedokteran besok? Keluarga Cladia heboh banget. Besok, Nenek dan orang tuaku bakal ke
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie