Egar berdiri tegak di depan ibunya, tubuhnya menegang seperti benteng kokoh yang siap menghadang badai."Ma, silakan pergi," usirnya, suaranya bergetar menahan amarah.Namun, seperti yang sudah diduganya, Nyonya Bira tidak bergeming."Aku tidak akan pergi!" balas wanita itu dengan tatapan penuh keyakinan.Egar menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. "Apa mau Mama?" tanyanya frustasi.Selama ini, ia selalu memilih menghindar, selalu mengalah demi menjaga kedamaian. Jika ibunya mulai menuntut sesuatu yang tidak masuk akal, ia memilih pergi, menghilang dari rumah selama beberapa hari, membiarkan segalanya mereda dengan sendirinya. Tapi kali ini berbeda.Ini rumahnya. Kemana lagi ia harus pergi? Apalagi Ilona, istrinya, sedang hamil. Ia tidak bisa terus berlari.Nyonya Bira tersenyum tipis. "Membawa Yumi pergi! Kalau kalian memberikan Yumi, Mama akan membatalkan pembangunan perusahaan itu," jawabnya santai, seolah sedang menawarkan kesepakatan bisnis yang menguntu
Terakhir Diperbarui : 2025-03-15 Baca selengkapnya