Semua Bab Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan: Bab 51 - Bab 60

110 Bab

BAB 51

Mentari baru saja naik ketika Egar mengurungkan niatnya untuk pergi ke gudang pengolahan ikan. Langkahnya yang semula mantap tiba-tiba terhenti di ambang pintu. Pikirannya dipenuhi kecemasan, membuatnya memutar balik dan kembali masuk ke dalam rumah.“Apa yang sebenarnya Mama rencanakan?” gumamnya, tatapannya tajam menatap lantai.Ilona, yang sedang memeluk Yumi, menoleh dengan cemas. Suaminya terlihat gelisah, lebih dari biasanya.Egar menghela napas panjang. “Hidup ini ternyata begitu berat. Mama sengaja membiarkan kita merasa tenang setahun ini, hanya untuk menyerang saat kita lengah. Kenapa Mama jadi seperti seorang psikopat? Padahal aku ini anaknya sendiri…”Ilona tetap diam, tangannya mengeratkan pelukan pada Yumi. Ketakutan begitu nyata di matanya.Ia tahu, Nyonya Bira tidak benar-benar menginginkan Yumi karena cinta. Wanita itu hanya melihat Yumi sebagai alat untuk mencapai tujuannya—harta peninggalan Gia. Jika Yumi kembali ke tangan Nyonya Bira, dia pasti akan mengalami kehid
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

BAB 52

Egar menatap ibunya dengan mata yang penuh luka. Ia benar-benar tidak mengerti, seberapa banyak lagi harta yang diinginkan wanita itu?"Ma, apakah harta yang Mama miliki itu masih kurang? Untuk apa mama menumpuk harta sebanyak itu, mau dibawa kemana? Mama hanya seorang diri," tanyanya lemah, suaranya hampir bergetar.Nyonya Bira tersenyum miring. Senyum khasnya—dingin, penuh perhitungan. "Cukup," jawabnya santai.Egar mengepalkan tangan. "Kalau cukup, kenapa Mama masih saja sibuk dengan harta peninggalan Gia? Bahkan aku sendiri tidak mau mengusiknya. Semua untuk Yumi nanti. Jika aku dan Ilona tidak bisa memberikan dia harta, setidaknya dia sudah memiliki segalanya dari peninggalan ibunya."Ia berusaha menahan emosinya, tapi dadanya sesak.Seharusnya ia tidak pernah memberitahu ibunya bahwa Ilona sedang hamil. Seharusnya ia tahu, kabar itu hanya akan membuat Nyonya Bira semakin gila.Sekarang, Ilona masih terbaring di dalam kamar. Egar belum sempat melihatnya sadar atau tidak, belum se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

BAB 53

Egar berdiri tegak di depan ibunya, tubuhnya menegang seperti benteng kokoh yang siap menghadang badai."Ma, silakan pergi," usirnya, suaranya bergetar menahan amarah.Namun, seperti yang sudah diduganya, Nyonya Bira tidak bergeming."Aku tidak akan pergi!" balas wanita itu dengan tatapan penuh keyakinan.Egar menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. "Apa mau Mama?" tanyanya frustasi.Selama ini, ia selalu memilih menghindar, selalu mengalah demi menjaga kedamaian. Jika ibunya mulai menuntut sesuatu yang tidak masuk akal, ia memilih pergi, menghilang dari rumah selama beberapa hari, membiarkan segalanya mereda dengan sendirinya. Tapi kali ini berbeda.Ini rumahnya. Kemana lagi ia harus pergi? Apalagi Ilona, istrinya, sedang hamil. Ia tidak bisa terus berlari.Nyonya Bira tersenyum tipis. "Membawa Yumi pergi! Kalau kalian memberikan Yumi, Mama akan membatalkan pembangunan perusahaan itu," jawabnya santai, seolah sedang menawarkan kesepakatan bisnis yang menguntu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

BAB 54

PLAK! PLAK!Tamparan itu mendarat keras di wajah Egar. Pipinya terasa panas, tapi bukan hanya karena rasa sakitnya—melainkan karena penghinaan yang tersemat di dalamnya. Emosinya akan semakin meledak jika diingatkan dengan kejadian itu."Jangan pernah menyebut wanita jalang dan anak haram itu lagi!" suara Nyonya Bira meledak, penuh kebencian yang selama ini ia pendam.Egar menatap ibunya dengan mata berkilat marah. "Jangan pernah mencoba merebut Yumi, dan aku tidak akan mengingat hal itu. Aku juga hanya ingin Mama tahu bagaimana rasanya kalau seseorang yang berharga direbut. Mama sudah merasakannya, jadi aku yakin kalau Mama tahu perasaanku," balasnya, suaranya rendah namun penuh peringatan.Nyonya Bira menyeringai sinis. "Itu dua hal yang berbeda. Kau tidak bisa menyamakannya, Yumi adalah cucuku. Wajar kalau seorang nenek ingin merawat cucunya, memberikan yang terbaik yang tidak bisa kalian berikan.""Sama saja, keduanya sama-sama rasa sakit saat kehilangan orang yang disayangi," jaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

BAB 55

Egar menggenggam tangan Ilona erat saat mereka keluar dari ruang praktek dokter kandungan. Senyumnya hangat, mencoba menenangkan istrinya yang baru saja mendapat kabar baik tentang kehamilannya.Akhirnya, baru hari ini mereka sempat memeriksakan Ilona ke dokter. Memang hasil testpack menunjukkan garis dua, tapi mereka ingin tahu usia dan kondisi kandungannya."Kamu jangan stres, jangan pikirkan semua masalah. Aku pasti akan menyelesaikannya," ujar Egar lembut.Ilona mengangguk, meskipun dalam hatinya, pikirannya masih terus berkecamuk. Bagaimana dia bisa tenang? Akankah mereka harus kehilangan Yumi? Bagaimana bisa bahagia? Sejak kecil Yumi berada dalam dekapannya.Mereka berdua berjalan perlahan menuju parkiran, tempat motor tua Egar terparkir. Yumi mereka titipkan kepada Bu Sari, beliau juga merasa sangat senang menjaga Yumi. Beliau menganggap Yumi seperti cucunya sendiri. Ilona dan Egar tidak mungkin membawa serta Yumi ke rumah sakit, apalagi dengan kondisi Ilona yang masih rentan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 56

"Hari ini kalian tidak bisa mengelak!" ujar Nyonya Bira dengan bersedekap dada.Nyonya Bira berdiri di teras rumah Egar dan Ilona, matanya menatap tajam ke arah putranya. Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran yang jelas. Ia menolak masuk, seolah udara di rumah sederhana itu membuatnya sesak."Silakan duduk, Ma," tawar Egar berbasa basi mempersilakan ibunya duduk pada dua kursi yang ada di teras."Ogah, alergi!""Rumah ini bersih, Ma.""Ternyata miskin itu menular," sindir Nyonya Bira menatap sang anak sambil tersenyum mengejek."Yang penting gak jahat."Nyonya Bira membulatkan matanya ketika mendengar Egar begitu santai menjawab semua perkataannya. "Rumah jelek, mengontrak, hidup susah. Entah apa yang kau cari dengan wanita itu," keluhnya menatap iba Egar.Namun, Egar tidak terprovokasi dengan apa yang ibunya katakan. Dia tetap tersenyum."Aku menjemput Yumi!" seru Nyonya Bira lantang.Dia tidak bisa berlama-lama lagi disini, udara kemiskinan itu begitu menyesakkan baginya.Egar, yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 57

"Sudah selesai?" tanya Ilona pelan. "Iya." Ceklek! Pintu terbuka dari dalam, Yumi langsung berlari keluar, seperti baru saja dibebaskan dari kurungan. "Mama sudah pergi," ucap Egar dengan pelan.Ilona menatap suaminya dengan cemas, matanya menyelidik seolah ingin memastikan apakah yang barusan dikatakan Egar memang benar. Namun, tatapan kosong dan napas berat yang dihembuskan pria itu cukup menjadi jawaban.Sementara itu, suara tawa kecil menggema di halaman depan. Yumi berlarian dengan ceria, seolah dunia di sekelilingnya hanya dipenuhi kebahagiaan. Gadis kecil itu baru saja keluar dari kamar setelah berjam-jam dikurung oleh ibunya, Ilona, yang mencoba melindunginya dari ancaman Nyonya Bira."Yumi, hati-hati, Nak," Ilona mengingatkan.Namun, seperti biasa, gadis kecil itu terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Kakinya terus berlari di atas tanah berumput, tangannya terentang menikmati kebebasan sesaat."Dia tidak mengerti apa-apa. Dia anak kecil yang hanya tahu bermain," gumam E
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 58

Satu bulan setelahnya…“Mama berhasil membuat kekacauan, kini kita seperti buronan. Keluarga Bernadi mencari keberadaan kita,” ujar Egar sambil membaca pesan yang ada di ponselnya.Saat itu, Ilona yang sedang membuat susu untuk kehamilannya itu tampak menatap sang suami heran. Dia merasa tidal ada hubungannya dengan perseteruan Nyonya Bira dan keluarga Bernadi. Mengapa mereka malah yang diburu?“Kenapa?”“Ya, mereka marah padaku. Menganggap aku tidak bisa menjaga Yumi, kini mereka melaporkanku ke polisi,” jawab Egar.Ilona memegang dadanya, udara di sekitarnya terasa begitu sesak. Entah mengapa, cobaan demi cobaan tidak kunjung berhenti dalam hidup mereka. Padahal, seharusnya kini mereka sedang berbahagia.Egar langsung menahan tubuh sang istri, dia membimbing Ilona duduk di sebelahnya. Meraih tangan sang istri dan mengecupnya lembut.Egar tersenyum ke arah Ilona. “Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.”“Bagaimana kamu begitu yakin akan baik-baik saja? kita menghadapi orang y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 59

“Enggak kok,” jawab Ilona.“Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja,” bisik Egar.Lagi, lelaki itu begitu yakin kalau semuanya akan baik-baik saja. Berkali-kali dia meyakinkan sang istri kalau tidak akan ada yang bisa merebut Yumi darinya. Dan kini, yang Ilona takutkan bukanlah kedua Nyonya dari keluarga itu, melainkan dia takut dengan wanita yang bernama Helena.Sejak mendengar nama itu semalam, Ilona tidak pernah berhenti memikirkannya. Apalagi mengingat wanita itu bersedia membantu, sedangkan yang sedang berseteru adalah keluarganya sendiri. Apakah benar dia akan melawan keluarganya demi seorang Egar? Tapi, kenapa? Bukankah seharusnya dia berada di pihak keluarga Bernadi?“Ma-mama…”Suara Yumi dari luar kamar membuat Egar segera melepaskan ciumannya, ternyata anak berusia dua tahun itu bangun lebih dulu. Bahkan kini setiap kali terbangun dia akan langsung keluar kamar dan mencari Ilona.Ceklek! Ilona membuka pintu.“Wah, Yumi sudah bangun,” sambut Ilona dan langsung memberika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

BAB 60

"Apa?"Ilona terkejut bukan main. Ia tidak menyangka bahwa ini harga yang harus mereka bayar. Ternyata, Helena menginginkan Egar, bukan yang lain. Dan bagi Ilona, itu lebih mengerikan daripada ancaman apa pun yang pernah mereka hadapi.Seorang wanita cantik, dari keluarga kaya raya datang dengan sendirinya dan meminta suaminya menikahinya. Apakah tidak ada yang lebih menakutkan dari itu. Apalagi Egar mencintai Gia, tidak mustahil jika Egar pun akan jatuh cinta pada adiknya. Lalu bagaimana dengannya?"Kenapa? Kau tuli?" tanya Helena dengan nada mengejek, melirik kearah Ilona dengan tatapan sinis dan merendahkan.Ilona menggelengkan kepala, sementara Egar tampak terdiam, mencoba mencerna ucapan Helena. Ia berharap dirinya hanya salah dengar, tapi ekspresi serius di wajah wanita itu menandakan bahwa ini bukan sekadar gurauan.Dan apakah mungkin soal pernikahan dijadikan bahan candaan?"Helena, jangan main-main. Kita sedang mencari solusi atas masalah yang pelik, bukan menambah masalah ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status