All Chapters of Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

110 Chapters

BAB 41

Egar menatap layar ponselnya yang baru saja aktif. Beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya langsung memenuhi layar. Ada juga sebuah pesan singkat dari Nyonya Bira.‘[Egar, pulanglah. Mama akan menuruti semua keinginanmu.]’Egar mendengus sinis. Tawaran itu terdengar manis, tapi dia tahu lebih baik daripada percaya begitu saja. Ibunya tidak pernah memberi sesuatu tanpa meminta balasan yang lebih besar. Dan ibunya selalu penuh manipulasi, pastinya apa yang dia tuliskan bukanlah berasal dari hatinya.Ibunya terbiasa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, tidak heran bahkan ayahnya tidak panjang umur, karena selalu tertekan dengan ambisi sang istri. Akhirnya, saat Egar kuliah semester dua ayahnya meninggal karena serangan jantung. Ibunya menjadi orang tua tunggal, kekuasaan dan ambisinya semakin menjadi-jadi."Ma, aku tidak akan terjebak. Tidak mungkin Mama berubah dalam semalam, sudah pasti ini hanyalah sebagai pemikat saja, maaf aku tidak akan kembali, Ma," gumamnya lirih sebe
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 42

“Kamu sangat tidak yakin kepadaku?”Suara Egar terdengar begitu tenang, namun Ilona bisa merasakan ketegangan di balik pertanyaannya.Ilona terdiam, lidahnya kelu. Dia tidak berpikir begitu—tidak pernah. Hanya saja, perasaan bersalah terus menghantui dirinya. Semua ini terjadi karena dia. Egar meninggalkan kehidupannya yang serba berkecukupan demi ikut bersamanya ke kota asing ini.Dan kini, mereka terjebak di dalam kamar penginapan sempit. Bahkan demi menghemat uang, mereka hanya menyewa satu kamar. Ilona tahu, bagi Egar, ini bukanlah sesuatu yang biasa. Selama ini, Egar pasti tidak pernah tinggal di tempat seperti ini.“Bukan seperti itu,” akhirnya Ilona bersuara. “Sekarang, semua tidak lagi sama dengan kehidupanmu yang dulu.”Egar menatapnya dengan mata tajam. “Aku tahu. Kamu pasti tidak percaya aku bisa melewati semuanya. Kamu takut aku dan Yumi hanya akan menjadi penghalang langkahmu, kan?”Ilona menggeleng cepat. “Tidak sama sekali. Hanya saja, perjalanan di depan belum pasti. K
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 43

Ilona dan Egar tampak tergagap mendengar ucapan Bu Sari."Ah, maaf. Ibu hanya memastikan. Padahal sudah jelas kalian satu keluarga," wanita paruh baya itu tersenyum ramah, tapi ucapannya justru membuat Ilona merasa semakin tidak nyaman.Ilona menghela napas berat sebelum akhirnya berkata, "Kami memang bukan suami istri, Bu."Sejenak, wajah Bu Sari berubah kaget. Matanya melebar sebelum kemudian dia menggeleng pelan. "Kalau begitu tidak bisa. Ibu tidak bisa menyewakan rumah ini kepada kalian. Ibu tidak mau mendapatkan masalah. Karena kalau ada apa-apa, ibu sebagai pemilik rumah yang akan bertanggung jawab."Jantung Ilona berdegup kencang. Dia menoleh ke arah Egar, yang juga tampak terkejut. Wajah mereka sama-sama memucat. Apa yang dikatakan Bu Sari memang benar. Jika mereka tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan, masyarakat akan menganggap mereka sebagai pasangan kumpul kebo. Meskipun mereka tidak melakukan hal yang melanggar, tetap saja orang lain tidak akan tahu apa yang sebenarnya
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 44

Keesokan harinya…Ilona dan Egar resmi pindah ke rumah sewaan mereka. Rumah itu cukup luas dengan halaman yang dipenuhi rumput liar dan semak-semak yang tumbuh tak terurus. Udara pagi masih terasa dingin ketika Bu Sari, pemilik rumah, datang menghampiri mereka yang tengah sibuk menurunkan barang-barang dari taksi. Tidak banyak barang, hanya dua koper."Kalau kalian butuh tukang kebun, Ibu bisa bantu panggilkan," ujar Bu Sari ramah, melihat bagaimana halaman rumah itu tampak sangat membutuhkan perawatan.Ilona tersenyum kecil, menyeka keringat di dahinya. "Tidak perlu, Bu. Kami akan pelan-pelan membersihkannya sendiri."“Kalian bisa?”“Bisa, bu.”Bu Sari mengangguk mengerti. Rumahnya sendiri berada tepat di sebelah rumah sewaan itu. Ia kemudian bercerita bahwa awalnya rumah ini dibangun untuk anaknya, tetapi anaknya lebih memilih ikut suaminya merantau ke kota lain. Sejak saat itu, rumah ini dibiarkan kosong bertahun-tahun.“Apa selama ini tidak ada yang menyewanya, Bu?” tanya Ilona.“
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 45

Hujan gerimis diluar sana membasahi jendela rumah kecil itu. Suara rintiknya berpadu dengan keheningan malam, membawa ketenangan bagi mereka yang mendengarnya.Di ruang tamu yang hanya diterangi lampu meja, Egar menatap Ilona dengan lembut, sorot matanya penuh kasih yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Jangan panggil aku begitu," ujar Ilona dengan wajah bersemu merah, menghindari tatapan Egar yang begitu dalam.Egar tersenyum tipis. "Kenapa? Kamu istriku."Ilona menggigit bibir bawahnya, hatinya bergejolak hebat. Ia ingin menyangkal, ingin tetap mempertahankan tembok yang selama ini ia bangun. Namun, semakin lama, semakin sulit baginya untuk berpura-pura bahwa hatinya tidak goyah oleh segala ketulusan dan pengorbanan Egar."Sudahlah, sebaiknya kamu istirahat," ucapnya akhirnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain.Egar masih menatapnya, tetapi ia tidak memaksa. Ia tahu, Ilona butuh waktu. Ia sudah berjanji, tidak akan menuntut lebih sebelum Ilona benar-benar siap menerima dia me
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 46

Satu bulan kemudian…Hujan rintik-rintik membasahi atap rumah kecil mereka. Udara terasa dingin, tetapi Ilona tetap duduk di meja makan, matanya menatap kosong ke arah dapur yang nyaris kosong. Persediaan makanan mereka semakin menipis, dan di tengah keterbatasan ini, hanya ada satu hal yang terus memenuhi pikirannya: Yumi.Gadis kecil itu butuh makanan bergizi untuk tumbuh. Ia tidak boleh kekurangan nutrisi. Namun, sampai kapan mereka bisa bertahan dengan keadaan seperti ini?Yumi baru saja mulai tumbuh dengan baik. Tapi, apakah mereka bisa terus memberikan makanan yang terbaik untuk Yumi."Aku juga harus bekerja," ujar Ilona, suaranya tegas namun penuh beban.Egar, yang duduk di kursi di seberangnya, terdiam. Matanya menatap meja, seolah mencari jawaban yang selama ini sulit ia temukan.Sudah satu bulan mereka tinggal di tempat ini, dan hingga kini, Egar masih belum mendapatkan pekerjaan. Uang yang mereka miliki—yang berasal dari pemberian Riko—sudah hampir habis. Jika bulan ini mer
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 47

Pagi itu, seperti biasa, Egar dan Ilona sudah sibuk menata dagangan mereka di depan rumah. Udara masih sejuk, embun belum sepenuhnya hilang dari dedaunan, tetapi tangan mereka sudah bekerja tanpa henti. Ilona menggoreng berbagai gorengan yang akan dijajakan, sementara Egar menata makanan di atas meja, memastikan semuanya terlihat rapi dan menarik bagi pembeli.Namun, dibalik rutinitas itu, ada kegundahan yang sulit ditepis dari benak Egar."Aku jadi merasa tidak berguna," gumamnya pelan, tanpa sadar tangannya berhenti menyusun makanan.Ilona yang sedang sibuk mengangkat gorengan menoleh ke arahnya. Ia bisa melihat ekspresi suaminya yang tampak lelah, bukan karena pekerjaan, tetapi karena harga dirinya yang terasa terguncang.Bagaimana tidak? Dia yang selama ini hanya tahu tinggal makan, semua ada pembantu yang menyediakan. Kini, dia malah menata dagangan, yang mungkin dulunya dianggap makanan murah di matanya. Tapi, nyatanya kini dari sini mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari."
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 48

Tanpa terasa, setahun sudah Ilona dan Egar menjalani kehidupan di kota ini. Perlahan, segala kesulitan yang pernah mereka hadapi mulai berubah menjadi keberkahan. Bisnis yang Egar jalani berkembang pesat. Ia tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga membantu banyak nelayan yang selama ini kesulitan menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang layak.Kini, Egar bahkan tengah membangun sebuah gudang penyimpanan hasil laut yang lebih besar. Ia juga berencana untuk merambah pasar di kota-kota lain, terutama kota yang jauh dari laut, di mana ikan segar lebih sulit didapatkan.Tak hanya bisnis, hubungan mereka pun semakin baik. Kini mereka benar-benar menjadi suami istri yang saling melengkapi dalam berbagai hal, saling mendukung, dan saling menguatkan.Pagi itu, Egar tengah bersiap lebih awal dari biasanya. Ia duduk di meja makan, menikmati sarapan yang disiapkan Ilona."Sayang, aku hari ini harus pergi pagi-pagi. Maaf nggak bisa bantu kamu jualan," ujar Egar dengan nada meny
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 49

"Kamu serius?" Ilona menatap suaminya dengan mata membulat, masih sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Egar mengangguk pelan. "Iya. Bahkan sampai meninggal, Papa nggak pernah bisa bertemu lagi dengan anak dan istrinya yang lain. Karena Mama membatasi semua gerak-geriknya. Tekanan semakin tinggi, tuntutan semakin besar, dan akhirnya dia meninggal dalam keadaan terpisah dari mereka, mungkin juga tanpa kejelasan apapun. Bahkan bisa jadi mereka hanya melihat berita kematian papa dari layar kaca.”Ilona menghela nafas panjang. Ia menggenggam tangan Egar, berusaha memberikan ketenangan, meskipun dalam situasi ini, ia tak tahu harus berkata apa. Baginya, menilai siapa yang benar dan salah bukanlah hal yang mudah."Mereka nggak pernah nyariin Papa?" tanya Ilona akhirnya, mencoba memahami lebih dalam.Egar tersenyum miris. "Nggak ada yang bisa lolos dari pantauan Mama. Bahkan kita yang waktu itu ngumpet di hotel bisa ditemukan. Aku kadang kepikiran, entah gimana nasib ibu dan ana
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 50

Tik! Tik!Suara rintik hujan menjadi alunan melodi merdu di rumah sederhana yang ditempati Egar dan Ilona. Musim hujan tampaknya masih lama, setiap hari selalu hujan.Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Di dapur, Ilona tengah sibuk menyiapkan makan malam ketika Egar yang duduk di meja makan menikmati kopi menunggu makan malam, tiba-tiba menggumam dengan nada gelisah."Tapi, kenapa feelingku mengatakan lain ya…"Ilona menghentikan gerakan tangannya, menatap suaminya dengan kening berkerut. "Ada apa?"Egar mendesah, melepas jaketnya lalu berjalan mendekati Ilona. "Lokasi yang Mama pilih ternyata tidak jauh dari sini. Seolah-olah itu memang sudah Mama rencanakan sejak awal. Kita selama ini tidak menyadari kalau kita diawasi.""Mungkinkan semua gangguan yang kita dapat juga rekayasa dari mama?" tanya Egar lagi, seperti bertanya pada dirinya sendiri.Ilona membelalakkan mata. "Di mana?""Di daerah perkampungan sebelah. Ada tanah luas kosong di sana, ternyata sudah dibeli oleh Amigos G
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status