Home / Rumah Tangga / Usai Bangun dari Koma / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Usai Bangun dari Koma: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

Kebingungan

Malam mulai turun ketika mobil yang ditumpangi Ayunda dan Oma Ola memasuki halaman rumah. Aroma tanah yang baru saja disiram hujan menyeruak lembut, tapi suasana hati Ayunda masih bergemuruh. Meskipun ia telah bersuara, mengungkap kebenaran, tapi rasa lelah itu masih menggantung di pundaknya.Begitu mobil berhenti di depan gerbang utama, sosok yang amat dirindukan berdiri tegap di sana—Ardan.Wajahnya serius, sorot matanya penuh tanya sekaligus kekhawatiran. Ia melangkah cepat menghampiri, dan sebelum Ayunda sempat turun dari mobil, ia sudah membukakan pintu."Aku sudah baca pesanmu," ujar Ardan tanpa basa-basi. "Apa benar Ayah … masuk rumah sakit karena kecelakaan?"Ayunda mengangguk pelan, lalu turun dan berdiri di hadapan suaminya. Tatapan mereka bertemu, ada keheningan sejenak yang menyelimuti keduanya. Lalu Ayunda berkata dengan tenang, tapi jelas."Ya, dan itu terjadi setelah dia mencoba memaksa hakmu dirampas. Oma yang menamparnya … dua kali. Dan dia memberontak, lalu kecelakaa
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Tragedi

Pagi itu, Ayunda dan Ardan sudah bersiap sejak pagi dan telah menghubungi pengacara untuk membuat janji temu. Dalam perjalanan menuju kantor pengacara, sebuah insiden nyaris terjadi."Awas, Ar!" teriak Ayunda panik.Ardan segera membanting setir ke kanan, membuat mobil oleng dan berhenti mendadak di pinggir jalan. Seorang wanita nyaris tertabrak—untung saja ia sempat mundur selangkah.Mereka berdua segera turun dari mobil, wajah mereka panik dan khawatir. Namun, keterkejutan mereka bertambah saat mengenali wanita yang hampir tertabrak itu."Keyla?" ujar Ardan nyaris bersamaan dengan Ayunda.Wanita itu tampak linglung, dengan mata sembab dan tubuh yang gemetar. Pakaiannya kusut, wajahnya pucat, dan jelas terlihat bahwa dia habis menangis."Kalian?" gumam Keyla lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menunduk, malu dengan penampilannya yang berantakan, sangat kontras dengan Ayunda yang tampak rapi dan elegan."Kamu kenapa bisa di sini, Keyla? Kamu nggak apa-apa?" tanya Ayunda, lembut n
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Kepergian Tuan Surya

Bu Tari, Mahesa, dan Mawar diliputi kecemasan ketika Tuan Surya tiba-tiba terjatuh dari ranjang dan mengalami kejang hebat. Tanpa menunggu waktu lama, mereka segera membawanya ke rumah sakit terdekat.“Mas, bangun Mas jangan tinggalin aku!” seru Bu Tari dengan suara gemetar. Air matanya terus mengalir, menatap suaminya yang tak sadarkan diri di dalam ambulans.Sesampainya di IGD, mereka hanya bisa menunggu di luar ruangan dengan penuh harap. Waktu seolah berjalan lambat. Satu jam berlalu, dan akhirnya seorang dokter keluar. Wajahnya muram, suaranya lirih saat menyampaikan kabar duka.“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tuan Surya telah meninggal dunia.”Tangis Bu Tari pecah seketika. Ia limbung, nyaris jatuh jika tidak ditopang oleh Mawar. Mahesa, yang duduk di kursi roda, hanya bisa terisak, tak sanggup mengucap sepatah kata pun. Sementara itu, Mawar memeluk anaknya erat-erat, mencoba menenangkan si kecil meski hatinya sendiri hancur berkeping.Suasana haru menyelimuti pem
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Usaha Ayunda

Ayunda merasa begitu bingung. Hingga saat ini, ia belum memberitahu Ardan soal kehamilannya. Sejak pulang dari rumah sakit, Ardan hanya mengurung diri di kamar, menjauh darinya, dan bersikap dingin. Tak ada lagi kelembutan dalam sorot matanya, hanya dingin yang menusuk.“Ar, kamu mau makan di kamar atau kita ke ruang makan?” tanya Ayunda pelan dari ambang pintu.Namun Ardan tak menjawab. Ia hanya menyodorkan sebuah amplop putih ke arah Ayunda. Tanpa berkata apa-apa.Dengan tangan gemetar, Ayunda membuka dan membaca isinya. Matanya langsung membelalak.“Surat cerai?” bisiknya lirih, lalu dengan cepat merobek kertas itu di depan mata suaminya. Amarah dan kesedihan tumpah bersamaan.“Aku tidak mau cerai sama kamu, Ardan! Apalagi sekarang … aku sedang hamil!”Ardan terkejut. Ia menoleh, matanya melebar. “Kamu … hamil?” suaranya parau, nyaris tak terdengar.Ayunda mengangguk, air matanya jatuh. “Iya, dan aku gak peduli kamu l
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Kecerdasan Ayunda

Keesokan paginya, sinar matahari menembus celah tirai dengan lembut. Ayunda sudah rapi dengan setelan formal berwarna putih gading. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya bersinar meski sempat pucat karena kehamilan yang makin terasa. Hari ini, ia tidak lagi berjalan di atas panggung sebagai model, tapi akan duduk di kursi pemimpin sebuah perusahaan besar—warisan kerja keras suaminya.Saat melangkah ke ruang makan, Ayunda melihat meja makan yang telah rapi, tapi kosong. Tak ada Ardan di sana. Ia mendesah pelan, lalu melangkah naik ke lantai atas menuju kamar suaminya.Ia mengetuk pelan sebelum masuk. Di dalam, Ardan duduk di kursi roda, membelakangi pintu, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong."Ar," panggil Ayunda lembut. "Kamu mau sarapan apa? Aku titip pesan ke dapur, ya?"Ardan tidak menjawab. Hanya diam, membiarkan keheningan menggantung.Namun Ayunda tidak menyerah. Ia sudah tahu, ini bukan Ardan yang sebenarnya—ini hanya tempur
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Teror

Di sebuah café dengan interior modern minimalis tak jauh dari apartemen barunya, Mahesa duduk berhadapan dengan Danu. Aroma kopi dan suara dentingan gelas terdengar samar, namun tidak mampu meredam panasnya pembicaraan mereka.Danu menyesap espresso-nya pelan, raut wajahnya tampak kesal dan frustrasi.“Aku kira semuanya akan mudah, Mahesa. Aku pikir saat Ardan lumpuh, perusahaan itu akan runtuh. Tapi nyatanya? Justru Ayunda yang muncul dan mengubah semuanya.”Mahesa mengangguk pelan, matanya menerawang kosong ke arah jalanan di luar kaca café.“Dulu dia hanya gadis polos yang tak tahu apa-apa selain berjalan di atas runway. Tapi sekarang dia berubah jadi singa betina. Menyeramkan.”Danu menggebrak meja pelan. “Bahkan investor yang sebelumnya sudah mau bergabung denganku, sekarang justru kembali ke Blue Corp karena mereka percaya sama Ayunda! Dia terlalu pintar memainkan kekuatan nama dan pengaruhnya.”Mahesa menyeringai kecil, na
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Aksi William

Di ruang keluarga, suasana sedikit lengang. Ayunda duduk di sofa dengan selimut menutupi kakinya, sementara William berdiri di hadapannya, ekspresinya serius tapi penuh hormat.“Aku tahu ini bukan tugas biasa, tapi aku mempercayakan semuanya padamu, William. Aku sudah terlalu sering diserang secara langsung, tapi sekarang serangannya mental. Dan aku tidak bisa membiarkan itu terus terjadi.”William mengangguk tegas. “Saya akan cari tahu siapa pengirim pesan-pesan ini, Bu. Nomor tidak terdaftar, tapi saya punya koneksi yang bisa bantu lacak. Tolong jaga Ibu dan calon bayi, serahkan sisanya pada saya.”Ayunda tersenyum kecil. “Terima kasih, William. Jaga ini sebagai rahasia, bahkan dari Ardan. Aku tidak mau dia makin terbebani.”William mengangguk sekali lagi, lalu meninggalkan ruangan.***Sore harinya, Ayunda yang sedang rebahan di kamar tiba-tiba merasa sangat ingin makan bakso. Ia tahu ada banyak bakso enak di luar sana, tapi y
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Ayunda Hancur?

Ayunda mematung, tangannya gemetar hebat saat menatap layar ponsel. Video itu—yang kini tersebar luas di media sosial—menampilkan dirinya saat remaja, ketika mimpi buruk di panti asuhan menjadi kenyataan. Kenangan kelam itu, yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam, kembali menyeruak begitu nyata. Tubuhnya berkeringat dingin, jantungnya berdebar kacau.Rasa takut dan trauma yang telah ia redam selama empat tahun terakhir kembali mencuat. Selama itu pula ia bergulat dengan psikiater, mencoba menyembuhkan luka yang membusuk di batin. Ia hampir kehilangan akal sehatnya—dan kini, luka itu kembali menganga, ditelanjangi di depan dunia.Ayunda terdiam, tak mengeluarkan satu kata pun. Hanya air mata yang tak terbendung, mengalir deras membasahi pipinya. Tubuhnya ambruk di lantai ruang tamu. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, seolah ingin menghilang dari kenyataan.Ardan, yang kebetulan melintas di ruang tamu, terpaku melihat sang istri dalam kondisi demikian.
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Siapa Mereka?

Ayunda merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya. Ia terbangun dengan jantung berdebar dan langsung terduduk, matanya membelalak melihat Ardan berada tepat di sampingnya. Seketika pikirannya melayang kembali ke masa lalu—kenangan pahit yang terus menghantuinya, membuat tubuhnya gemetar ketakutan.Ardan menatap istrinya dengan lembut, mencoba menjangkau tangannya yang bergetar."Kamu jangan takut, Ayunda. Ada aku di sini," ujarnya dengan suara yang menenangkan.Namun Ayunda menarik tubuhnya menjauh, memeluk diri sendiri sambil menunduk dalam, seolah ingin menghilang dari dunia."Aku jijik sama diri aku sendiri, Ardan Jangan sentuh aku. Kamu pasti juga jijik, kan?" Suaranya parau, tertahan oleh isak yang makin lama makin deras.Ardan menggeleng cepat. “Tidak. Aku nggak pernah, sedikit pun, merasa jijik sama kamu.”Matanya menatap Ayunda dalam-dalam. Ia tahu, luka di hati istrinya lebih dalam dari apa yang terlihat. Ia tahu soal v
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Ujian Kembali

Ayunda berlari dengan napas tersengal, air mata membasahi pipinya. Meski hatinya hancur meninggalkan Ardan, ia tahu suaminya ingin ia selamat. Permintaan Ardan untuk berlari terus terngiang di kepalanya, seperti gema yang tak henti memukul batinnya.Rasa khawatir terhadap Ardan bercampur dengan ketakutan dan trauma yang mencengkeram, namun langkah kakinya tak mau berhenti. Ia berlari menembus kerumunan, tak mempedulikan teriakan orang-orang atau tatapan panik di sekitarnya. Dunia seakan buram—yang ada hanya desakan untuk menjauh, untuk bertahan hidup.Para penjahat mulai kehilangan jejaknya, terkecoh oleh keramaian. Tapi Ayunda tak menyadari itu. Ia terus berlari, tak tahu ke mana, tak tahu untuk apa—selain menjauh dari bahaya dan berharap keajaiban datang untuk Ardan."Ardan, maafkan aku," bisiknya lirih, nyaris tercekat di tenggorokan. Langkah Ayunda mulai goyah, tubuhnya terasa ringan seperti hendak tumbang, tapi ia terus berlari. Hatinya digerus rasa b
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
PREV
1234568
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status