Aku duduk di dalam mobil Mahendra, jantungku berdebar tak karuan. Hari ini, untuk pertama kalinya, aku akan memasuki kantor pusat perusahaan milik pria itu—bukan sebagai tamu biasa, tetapi sebagai seseorang yang ingin dia lindungi… atau lebih tepatnya, seseorang yang ingin dia tunjukkan pada dunia.“Kenapa aku harus ikut?” tanyaku pelan, mencoba mengendalikan kegugupanku.Mahendra, yang duduk di sebelahku, menatap ke depan dengan ekspresi tenang. “Karena ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang menunjukkan kepada Dimas bahwa dia tidak bisa menyentuhmu lagi.”Aku menelan ludah. “Tapi kalau dia makin marah?”Mahendra tersenyum tipis, seakan pertanyaanku adalah hal yang lucu. “Kalau dia berani, maka dia sudah menandatangani hukuman untuk dirinya sendiri.”Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat bulu kudukku meremang. Aku tahu Mahendra bukan pria yang main-main. Jika dia sudah berkata seperti itu, berarti dia benar-benar siap menghancurkan Dimas.Mobil berhenti di depan gedung pencakar
Last Updated : 2025-02-22 Read more