All Chapters of Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir: Chapter 71 - Chapter 80

211 Chapters

BAB 71: DYAH SULASTRI MENGORBANKAN DIRI

Setelah persiapan pertempuran akhir berjalan intens, suasana di istana semakin tegang. Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan para loyalis lainnya berkumpul di halaman istana untuk merencanakan langkah terakhir sebelum pasukan asing dan pasukan bayangan Ki Jagabaya tiba. Namun, ketika semua orang sibuk dengan strategi perang, Dyah Sulastri tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Raka adalah orang pertama yang menyadari kepergian Dyah. Ia mencarinya ke seluruh sudut istana, hingga akhirnya menemukan jejak energi spiritual yang kuat mengarah ke kuil suci di dalam hutan mistis. Kuil itu adalah tempat ritual kuno kerajaan Gilingwesi, sebuah tempat yang hanya digunakan dalam situasi darurat paling ekstrem.Saat Raka tiba di kuil, ia melihat Dyah sudah berdiri di tengah lingkaran simbol-simbol magis yang bersinar redup. Cahaya lembut memancar dari tubuhnya, seolah-olah ia sedang menyerap energi dari alam gaib. Matanya tertutup, wajahnya tenang namun penuh kesedihan."Dyah!" seru Raka dengan nada
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 72: RITUAL SUKSES, TETAPI HARGA MAHAL

Setelah ritual suci selesai, suasana di kuil menjadi sunyi. Dyah Sulastri terbaring lemah di lengan Raka, napasnya tersengal-sengal dan wajahnya pucat seperti bulan yang tertutup awan. Tubuhnya tampak rapuh, seolah-olah semua kekuatan hidupnya telah tersedot habis oleh energi spiritual yang dilepaskan selama ritual. Namun, di balik tubuhnya yang lemah, aura kerajaan Gilingwesi kini terasa lebih kuat dari sebelumnya—pertahanan magis kerajaan telah diperkuat secara signifikan.Raka memandang wajah Dyah dengan rasa cemas yang mendalam. Ia mencoba berbicara, tetapi kata-kata tercekat di tenggorokannya. "Dyah... bangunlah," bisiknya pelan, suaranya bergetar karena ketakutan dan kemarahan bercampur jadi satu. "Kenapa harus kau yang membayar harga ini?"Resi Agung Darmaja masih berdiri di sisi kuil, wajahnya penuh dengan emosi yang sulit dibaca. Ia menghela napas panjang, seolah-olah menanggung beban berat atas apa yang baru saja terjadi. "Pengorbanan ini adalah bagian dari takdirnya, Raka,"
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 73: ARYA KERTAJAYA MEMIMPIN DIVISI LOYALIS

Setelah ritual suci Dyah Sulastri, suasana di istana semakin tegang. Pertempuran besar melawan pasukan asing dan pasukan bayangan Ki Jagabaya sudah semakin dekat. Raka, yang masih terpukul oleh kondisi Dyah yang kritis, berusaha mencari cara untuk menyelamatkannya sekaligus mempersiapkan diri menghadapi pertempuran. Namun, ia tidak sendirian—Arya Kertajaya, panglima perang kerajaan, tampil sebagai sosok yang memberikan dukungan penuh kepada Raka meskipun hatinya dipenuhi konflik batin.Di halaman istana, Arya Kertajaya berkumpul dengan para prajurit loyalisnya. Mereka adalah divisi elit yang setia kepada Rakai Wisesa dan siap mati demi melindungi kerajaan. Arya berdiri di tengah mereka, wajahnya penuh tekad namun juga kesedihan mendalam. Ia menatap Dyah Sulastri yang sedang dibawa ke tempat aman di sayap istana, tubuhnya lemah dan rapuh akibat pengorbanannya dalam ritual."Kita tidak punya waktu lagi," kata Arya dengan suara tegas. "Divisi kita memiliki satu misi utama: melindungi Putr
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 74: PENYIHIR GELAP KEMBALI

Malam itu, langit di atas kerajaan Gilingwesi dipenuhi awan kelabu yang bergemuruh. Udara terasa lebih berat dari biasanya, seolah-olah alam sendiri sedang memperingatkan akan datangnya bencana besar. Di kejauhan, cahaya merah samar mulai muncul di cakrawala—pertanda bahwa pasukan asing dan pasukan bayangan Ki Jagabaya telah tiba.Raka, Arya Kertajaya, dan Rakai Wisesa berdiri di menara pengawas istana, mengamati gerakan musuh dari kejauhan. Pasukan mereka tampak jauh lebih kecil dibandingkan dengan gelombang hitam yang mendekat, membawa aura kegelapan yang semakin kuat. Namun, yang paling mencemaskan adalah sosok penyihir gelap yang berdiri di garis depan musuh. Ia mengenakan jubah hitam panjang yang berkibar diterpa angin malam, sementara tongkat sihirnya bersinar dengan energi hitam yang menyilaukan."Penyihir gelap itu kembali," gumam Raka pelan, suaranya dipenuhi ketegangan. "Dan kali ini... ia lebih kuat."Rakai Wisesa menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya penuh kemarahan. "K
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 75: STRATEGI PERANG

Di ruang perang istana, lilin-lilin besar menyala redup, menciptakan bayangan panjang di dinding-dinding batu. Udara dipenuhi aroma dupa yang membakar, memberikan nuansa spiritual yang kental. Rakai Wisesa duduk di singgasana kecil di ujung ruangan, wajahnya penuh ketegangan. Di sampingnya, Arya Kertajaya berdiri dengan pedang tergantung di pinggangnya, siap untuk bertempur. Raka duduk di meja bundar bersama para pemimpin divisi lainnya, mempelajari peta kerajaan yang terbentang di depan mereka."Kita tidak punya banyak waktu," kata Rakai Wisesa dengan suara tegas. "Penyihir gelap dan pasukan asing sudah hampir sampai di gerbang utama. Kita harus bertindak cepat."Raka menatap peta dengan ekspresi serius. Ia menyadari bahwa pertempuran ini bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga tentang kekuatan spiritual. "Kita tidak bisa melawan mereka hanya dengan senjata biasa," katanya pelan. "Kita butuh bantuan dari dunia gaib."Arya mengangguk setuju. "Makhluk-makhluk gaib seperti Banaspati
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 76: PERTEMPURAN DIMULAI

Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika pertempuran besar dimulai. Langit yang seharusnya cerah tertutup awan kelabu tebal, dan angin dingin berhembus kencang, membawa aroma besi dari senjata-senjata yang sudah terhunus. Di luar gerbang istana Gilingwesi, pasukan loyalis bersiap menghadapi gelombang hitam yang mendekat—pasukan asing dan pasukan bayangan Ki Jagabaya yang dipimpin oleh penyihir gelap.Di garis depan, Arya Kertajaya berdiri tegak dengan pedangnya yang berkilauan di bawah cahaya redup. Di belakangnya, prajurit-prajurit loyalis bersiap dalam formasi pertahanan yang kokoh. Makhluk-makhluk gaib seperti Banaspati, Buto Ijo, dan Naga Niskala juga telah tiba di medan perang, siap untuk melindungi kerajaan yang mereka anggap suci.Namun, aura kegelapan yang dibawa oleh musuh semakin kuat. Penyihir gelap berdiri di tengah pasukannya, tongkat sihirnya bersinar dengan energi hitam yang menyilaukan. Ia tersenyum sinis, seolah-olah kemenangan sudah ada di genggamannya."Serang!" ter
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 77: RAKA MENGGUNAKAN KEKUATANNYA

Pertempuran di luar istana semakin memanas. Pasukan loyalis mulai kelelahan, sementara pasukan asing dan pasukan bayangan Ki Jagabaya terus menyerang tanpa henti. Penyihir gelap berdiri di tengah medan perang, mengayunkan tongkat sihirnya dengan gerakan penuh kebencian. Setiap mantra yang ia ucapkan menciptakan ledakan energi hitam yang menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.Raka berdiri di garis belakang, tubuhnya gemetar karena ketegangan. Ia menyadari bahwa jika ia tidak bertindak sekarang, kerajaan akan jatuh. Dengan napas dalam-dalam, ia menutup matanya dan mencoba menghubungkan dirinya dengan kekuatan spiritual yang telah berkembang di dalam dirinya sejak kedatangannya ke masa lalu.Tiba-tiba, cahaya keemasan mulai memancar dari tubuhnya. Cahaya itu membentuk pola-pola aneh di udara—simbol-simbol kuno yang tidak dikenal oleh banyak orang, tetapi sangat familiar bagi Resi Agung Darmaja. "Dia akhirnya menyadarinya," gumam Resi Agung Darmaja pelan, matanya menyipit dengan campu
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 78: KI JAGABAYA DITANGKAP

Pertempuran besar masih berkecamuk di luar istana, dengan pasukan loyalis dan makhluk gaib terus melawan pasukan asing serta pasukan bayangan Ki Jagabaya. Di tengah kekacauan itu, Arya Kertajaya memimpin sekelompok prajurit elit untuk mengejar seseorang yang telah lama menjadi duri dalam daging kerajaan—Ki Jagabaya.Api unggun di dekat tenda komando menyala redup, menciptakan bayangan panjang di tanah. Udara dipenuhi aroma darah dan besi dari medan perang, menciptakan suasana suram. Angin dingin berdesir pelan, membawa aroma mistis dari hutan lebat yang mengelilingi kerajaan.Ki Jagabaya, pemimpin pasukan rahasia yang selama ini mengabdi kepada Rakai Wisesa, ternyata memiliki agenda tersembunyi. Arya berhasil melacaknya ke sebuah gua kecil di tepi hutan, tempat ia diduga sedang merapal mantra hitam untuk mendukung penyihir gelap. Dengan gerakan cepat dan strategi cermat, Arya dan pasukannya berhasil menyergap Ki Jagabaya sebelum ia sempat melarikan diri."Berhenti di situ, pengkhianat!
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 79: PENYIHIR GELAP MENGAMUK

Langit yang tadinya biru cerah kini berubah kelabu, seolah-olah alam semesta sendiri merasakan kegelapan yang mendekat. Awan tebal bergulung-gulung, menyelimuti seluruh wilayah kerajaan dengan bayangan suram. Udara dipenuhi aroma abu dan belerang, menciptakan suasana mencekam yang membuat setiap napas terasa berat. Di tengah pertempuran besar antara pasukan loyalis dan musuh, tiba-tiba muncul suara gemuruh yang menggetarkan bumi—suara itu datang dari utara, tempat penyihir gelap diketahui bersembunyi.Para prajurit yang sedang bertarung mulai menoleh ke arah sumber suara, mata mereka dipenuhi ketakutan. Dari balik kabut hitam yang melingkupi hutan lebat, sosok penyihir gelap muncul perlahan. Tubuhnya tinggi dan kurus, dibalut jubah hitam yang berkibar meskipun tidak ada angin. Matanya bersinar merah seperti bara api, memancarkan aura kebencian dan kekuatan yang luar biasa."Kematian akan datang untuk kalian semua!" teriaknya dengan suara yang dalam dan menggelegar, menggema di seluruh
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 80: IDENTITAS SEJATI RAKA

Pertempuran besar melawan penyihir gelap telah usai, namun kehancuran yang ditinggalkan masih terasa di setiap sudut kerajaan. Istana yang dulunya megah kini penuh dengan reruntuhan dan asap hitam yang belum sepenuhnya hilang. Para prajurit loyalis berkumpul untuk merawat korban luka, sementara para tabib spiritual berusaha menyembuhkan mereka yang terkena sihir hitam.Udara dipenuhi aroma dupa dan lilin dari ritual pemurnian yang dilakukan oleh para pendeta kerajaan. Suara angin malam berdesir pelan, membawa aura misterius yang membuat suasana semakin suram. Di tengah kekacauan ini, Raka terbaring lemah di sebuah ruangan sederhana di sayap istana, tubuhnya masih terbungkus perban akibat luka parah yang dideritanya saat melindungi Dyah Sulastri. Meskipun demikian, ia tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi—mengapa penyihir gelap begitu kuat? Mengapa Dyah harus menjadi pusat dari semua ini? Dan yang paling penting, mengapa dirinya, seorang ar
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
678910
...
22
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status