All Chapters of Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir: Chapter 151 - Chapter 160

211 Chapters

BAB 150: PENYIHIR GELAP MENGIRIM ANCAMAN TERAKHIR

Malam itu, Raka terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, jantungnya berdebar kencang seolah baru saja melarikan diri dari bahaya nyata. Namun, ia tahu bahwa apa yang baru saja dialaminya bukan sekadar mimpi biasa—itu adalah peringatan dari dunia lain.Dalam mimpinya, ia berdiri di tengah hutan lebat yang dipenuhi kabut hitam pekat. Udara di sekitarnya terasa dingin dan menusuk tulang, seolah-olah kehidupan telah lenyap dari tempat itu. Di kejauhan, sosok tinggi besar dengan jubah hitam berkabut muncul, wajahnya tertutup bayangan sehingga tidak terlihat jelas. Mata merah menyala menatapnya dengan intens, penuh ancaman."Kau pikir kau bisa melindungi mereka?" suara rendah dan menggelegar itu bergema di sekitarnya, membuat Raka merinding. "Jika kau tidak menyerahkan Dyah Sulastri kepadaku, seluruh kerajaan ini akan hancur."Raka mencoba melawan, tetapi tubuhnya seperti terkunci di tempat. Ia hanya bisa menatap makhluk itu dengan mata penuh kem
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

BAB 151: STRATEGI PERANG AKHIR

Di balairung istana yang luas, cahaya lampu minyak berkedip-kedip, memantulkan bayangan panjang di dinding-dinding batu yang dihiasi ukiran kuno. Udara di ruangan itu terasa tegang, dipenuhi aroma dupa kemenyan yang menyengat dan desiran angin malam yang membawa aroma belerang dari sungai suci. Rakai Wisesa duduk di singgasananya, wajahnya penuh keteguhan namun juga kelelahan. Di sampingnya, Arya Kertajaya berdiri dengan sikap waspada, meskipun luka-lukanya belum sepenuhnya sembuh. Raka, dengan artefak perunggu di tangannya, berdiri di tengah ruangan, matanya penuh tekad."Kita tidak punya banyak waktu," kata Rakai Wisesa dengan suara tegas, namun nada khawatir terdengar jelas dalam setiap katanya. "Pasukan bayangan Ki Jagabaya sudah mendekati perbatasan kerajaan. Jika kita tidak bertindak cepat, mereka akan menghancurkan segalanya."Arya Kertajaya melangkah maju, mengepalkan tinjunya erat-erat. "Kita harus memanfaatkan kekuatan spiritual kita sebaik mungkin. Pasukan bayangan tidak bis
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

BAB 152: BUTO IJO BERGABUNG

Di tepi hutan suci yang dipenuhi kabut tipis, Raka berdiri di bawah naungan pohon beringin raksasa. Udara di sekitarnya terasa dingin dan misterius, dengan aroma tanah basah dan daun-daun yang membusuk menciptakan atmosfer mistis. Suara angin malam berdesir pelan, membawa bisikan halus yang seolah-olah mengamati setiap gerakannya. Artefak perunggu di tangannya bergetar lemah, seolah merespons kehadiran makhluk gaib yang sedang mendekat.Tiba-tiba, tanah di sekitarnya mulai berguncang. Daun-daun berguguran dari pepohonan, dan bayangan besar muncul di balik kabut. Dari balik bayang-bayang itu, sosok Buto Ijo melangkah maju. Tubuhnya yang tinggi menjulang, kulit hijau kebiruan yang bersinar redup di bawah cahaya bulan, dan matanya yang tajam seperti api menyala menatap Raka dengan intens."Kau memanggilku, manusia dari masa depan?" suara Buto Ijo bergema, dalam dan menggelegar, membuat tanah di bawah kaki Raka bergetar.Raka mengangguk, mencoba menahan ketegangan di dadanya. "Ya. Aku memb
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 153: RESI AGUNG DARMAJA IKUT CAMPUR

Di tengah malam yang sunyi, Raka melangkah masuk ke kuil kuno di tepi istana. Udara di dalam kuil terasa dingin dan lembap, dipenuhi aroma dupa kemenyan yang menyengat. Cahaya lampu minyak berkedip-kedip, menciptakan bayangan panjang di dinding-dinding batu yang dihiasi ukiran simbol-simbol spiritual. Di tengah ruangan, Resi Agung Darmaja duduk bersila di atas alas sutra hitam, matanya tertutup seolah-olah ia sedang memasuki dunia lain."Kau datang," kata Resi Agung Darmaja tanpa membuka mata, suaranya tenang namun mengandung kekuatan yang tidak bisa diabaikan. "Aku sudah menunggumu."Raka mendekat dengan hati-hati, matanya penuh rasa hormat tetapi juga keraguan. "Aku butuh nasihatmu, Resi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."Resi Agung Darmaja akhirnya membuka matanya, tatapannya tajam seperti mata elang yang mampu membaca jauh ke dalam jiwa manusia. "Keputusanmu tidak hanya akan memengaruhi dirimu sendiri, Raka. Itu akan menentukan takdir seluruh kerajaan ini."Angin malam berd
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 154: PASUKAN ASING MENDEKAT

Di bawah langit malam yang gelap dan penuh awan kelabu, para prajurit kerajaan berdiri tegak di menara pengawas perbatasan. Udara dingin menusuk tulang, dipenuhi aroma tanah basah dan asap dari api unggun yang menyala-nyala di sepanjang garis pertahanan. Suara angin malam berdesir pelan, membawa bisikan halus yang terdengar seperti jeritan dari kejauhan. Di kegelapan hutan lebat yang mengelilingi perbatasan, bayangan-bayangan hitam mulai bergerak—pasukan asing yang dipimpin oleh penyihir gelap akhirnya tiba."Gerakan mereka semakin cepat," lapor seorang prajurit kepada Arya Kertajaya, yang sedang memeriksa barisan pasukan di garis depan. "Mereka tidak lagi menyembunyikan diri."Arya Kertajaya mengepalkan tinjunya erat-erat, matanya penuh kemarahan dan keteguhan. "Mereka ingin menghancurkan kita dalam satu serangan besar," katanya dengan suara rendah namun tegas. "Tapi kita tidak akan membiarkan itu terjadi."Raka, yang berada di samping Arya, menatap kegelapan hutan dengan mata penuh w
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 155: Darah dan Belerang: Awal dari Akhir

Fajar mulai menyingsing di cakrawala, sinar matahari yang lembut menembus kabut tebal yang menyelimuti lembah kerajaan Gilingwesi. Udara pagi terasa dingin dan berat, dipenuhi aroma tanah basah dan asap dari api unggun yang masih menyala di perkemahan pasukan loyalis. Di luar istana, ribuan prajurit berkumpul dalam formasi rapi, bersiap untuk pertempuran besar yang akan segera dimulai. Makhluk gaib seperti Buto Ijo, Banaspati, Genderuwo, dan Naga Niskala juga hadir, wujud mereka yang mengerikan namun megah menciptakan atmosfer mistis yang mendominasi medan perang.Di garis depan, Raka berdiri dengan tegap, artefak perunggu di tangannya memancarkan cahaya redup yang berdenyut pelan, seolah-olah benda itu merespons ketegangan di udara. Matanya tertuju ke arah hutan lebat di kejauhan, tempat pasukan bayangan Ki Jagabaya dan pasukan asing bersembunyi. Ia tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan—pertaruhan hidup dan mati bagi seluruh kerajaan."Kita tidak punya pilihan lain," kata Arya Ke
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 156: PERTEMPURAN DIMULAI

Langit pagi yang tadinya cerah kini berubah kelabu, dipenuhi awan hitam yang bergulung-gulung seperti ombak lautan. Udara terasa semakin tebal, dipenuhi aroma belerang dan energi spiritual yang menggelegak. Di luar istana, ribuan prajurit loyalis berdiri tegak dalam formasi rapi, bersiap untuk menghadapi pasukan bayangan Ki Jagabaya dan pasukan asing yang mulai menyerbu dari hutan lebat. Makhluk gaib seperti Banaspati, Buto Ijo, dan Genderuwo juga hadir, wujud mereka yang mengerikan namun megah menciptakan atmosfer mistis yang mendominasi medan perang.Tiba-tiba, sebuah ledakan keras memecah keheningan. Pasukan bayangan meluncurkan serangan pertama dengan panah api dan mantra sihir hitam yang menyala-nyala di udara. Prajurit loyalis segera merespons dengan melepaskan anak panah dan tombak, sementara makhluk gaib mulai bergerak maju untuk melindungi garis depan.Di garis depan, Raka berdiri tegap, artefak perunggu di tangannya memancarkan cahaya terang yang berdenyut pelan, seolah-olah
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

BAB 157: RAKA MENGGUNAKAN KEKUATANNYA

Pertempuran semakin sengit. Di bawah langit yang kini dipenuhi awan kelabu dan asap tebal, suara benturan senjata, jeritan prajurit, dan gemuruh mantra magis memenuhi udara. Prajurit loyalis bertarung dengan gigih, namun pasukan bayangan Ki Jagabaya dan pasukan asing terus menyerang tanpa ampun. Makhluk gaib seperti Banaspati, Buto Ijo, dan Genderuwo juga ikut berjuang mati-matian, tetapi kekuatan musuh terlalu besar untuk ditahan lama.Di garis depan, Raka berdiri dengan napas tersengal-sengal. Tubuhnya terasa lemah setelah menggunakan artefak perunggu untuk pertama kalinya, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa berhenti sekarang. Matanya tertuju pada barisan musuh yang semakin mendekat, dan ia menyadari bahwa ini adalah saatnya untuk mengambil risiko lebih besar lagi."Aku harus melakukannya," gumam Raka pelan, suaranya penuh tekad meskipun tubuhnya terasa semakin berat. "Ini satu-satunya cara."Ia menggenggam artefak perunggu erat-erat, merasakan energi spiritual yang masih tersisa di
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 158: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA

Di tengah kekacauan pertempuran besar, pasukan bayangan Ki Jagabaya meluncurkan serangan mendadak yang mengejutkan semua orang. Dengan gerakan cepat dan licik, mereka berhasil menembus garis pertahanan loyalis, langsung menuju posisi Dyah Sulastri, yang berada di belakang barisan utama.Dyah, meskipun tidak ikut bertarung di garis depan, tetap menjadi target utama musuh. Keberadaannya sebagai calon ratu suci membuatnya menjadi kunci penting dalam rencana penyihir gelap untuk menghancurkan kerajaan. Jika Dyah jatuh, maka ritual pengorbanan gaib yang direncanakan oleh musuh akan gagal, tetapi juga bisa memicu kehancuran total bagi dunia manusia dan dunia gaib.Raka, yang sedang berusaha pulih dari penggunaan kekuatan artefak, menyadari ancaman ini terlambat. Matanya melebar saat ia melihat sekelompok prajurit bayangan meluncur ke arah Dyah dengan senjata sihir hitam yang menyala-nyala. Ia mencoba bergerak maju, tetapi tubuhnya yang lemah setelah menggunakan kekuatan spiritual membuatnya
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

BAB 159: PENYIHIR GELAP MENGAMUK

Pertempuran besar di luar istana semakin memanas. Suara benturan senjata, jeritan prajurit, dan mantra magis menggema di udara. Namun, tiba-tiba suasana berubah menjadi lebih mencekam ketika langit yang sudah kelabu kini berubah sepenuhnya hitam, seolah-olah malam datang lebih awal. Awan gelap bergulung-gulung, membawa angin dingin yang menusuk tulang. Di tengah kegelapan itu, sosok penyihir gelap muncul dengan aura yang menakutkan.Penyihir gelap itu mengenakan jubah hitam panjang yang berkibar diterpa angin. Wajahnya tertutup topeng perak dengan ukiran simbol-simbol gaib yang menyala merah. Matanya bersinar seperti bara api, penuh kebencian dan kekuatan supranatural. Ia melangkah maju dengan gerakan lambat namun penuh wibawa, sementara pasukan bayangan Ki Jagabaya dan pasukan asing membuka jalan untuknya."Kehancuran sudah dekat," kata penyihir gelap dengan suara rendah dan berat, menggema di seluruh medan perang. "Tidak ada yang bisa menghentikan takdir ini."Raka, Dyah Sulastri, da
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status