Di balairung istana yang luas, cahaya lampu minyak berkedip-kedip, memantulkan bayangan panjang di dinding-dinding batu yang dihiasi ukiran kuno. Udara di ruangan itu terasa tegang, dipenuhi aroma dupa kemenyan yang menyengat dan desiran angin malam yang membawa aroma belerang dari sungai suci. Rakai Wisesa duduk di singgasananya, wajahnya penuh keteguhan namun juga kelelahan. Di sampingnya, Arya Kertajaya berdiri dengan sikap waspada, meskipun luka-lukanya belum sepenuhnya sembuh. Raka, dengan artefak perunggu di tangannya, berdiri di tengah ruangan, matanya penuh tekad."Kita tidak punya banyak waktu," kata Rakai Wisesa dengan suara tegas, namun nada khawatir terdengar jelas dalam setiap katanya. "Pasukan bayangan Ki Jagabaya sudah mendekati perbatasan kerajaan. Jika kita tidak bertindak cepat, mereka akan menghancurkan segalanya."Arya Kertajaya melangkah maju, mengepalkan tinjunya erat-erat. "Kita harus memanfaatkan kekuatan spiritual kita sebaik mungkin. Pasukan bayangan tidak bis
Last Updated : 2025-03-12 Read more