Semua Bab Pijatan Nikmat Sang CEO: Bab 41 - Bab 50

232 Bab

Bab 41: Jebakan yang Terencana

Vanessa tidak lagi sekadar bermain dalam bayangan. Setelah gagal mendapatkan hati Nathaniel, ia kini bertekad untuk memastikan bahwa Arissa hancur, tidak hanya dalam kariernya tetapi juga dalam hubungan pribadinya dengan Nathaniel.Dengan cermat, ia telah mengumpulkan berbagai informasi mengenai Arissa, dari latar belakang keluarga hingga kebiasaan kecilnya. Ia tahu bahwa untuk benar-benar menjatuhkan Arissa, ia tidak bisa hanya mengandalkan gosip atau fitnah biasa. Ia butuh sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang bisa mengguncang kepercayaan Nathaniel dan dewan direksi terhadap Arissa.Malam itu, di dalam apartemennya yang mewah, Vanessa duduk dengan segelas anggur merah di tangannya, menelusuri layar laptopnya. Di hadapannya, seorang pria bertubuh tegap dengan ekspresi licik menunggu instruksi lebih lanjut."Kau sudah mendapatkan semua yang kuminta?" Vanessa bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.Pria itu, seorang penyelidik bayaran yang sudah sering menangani pekerjaan ko
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 42: Benih Keraguan

Nathaniel duduk di balik mejanya, menatap amplop yang sama yang diberikan Vanessa sehari sebelumnya. Sejak menerima laporan itu, pikirannya terus dihantui oleh informasi yang terkandung di dalamnya. Ia ingin mengabaikannya, ingin percaya bahwa Arissa tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Namun, semakin banyak laporan serupa berdatangan, semakin sulit baginya untuk menepis keraguan yang mulai tumbuh di benaknya.Di meja, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari salah satu eksekutif senior berbunyi:"Nathaniel, kita perlu membicarakan ini. Beberapa klien mulai mempertanyakan keamanan informasi perusahaan setelah rumor soal kebocoran data yang melibatkan seseorang dari staf pribadimu. Aku harap kau bisa memberikan klarifikasi segera."Nathaniel menghela napas panjang. Ia sudah terbiasa menghadapi serangan bisnis, tetapi kali ini berbeda. Serangan itu tidak hanya menargetkan dirinya, tetapi juga Arissa—seseorang yang, meskipun ia enggan mengakuinya, telah menjadi bagian penting dalam hidu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 43 Konfrontasi yang Tak Terhindarkan

Setelah pria itu pergi, Nathaniel menyandarkan tubuhnya di kursi, pikirannya bekerja lebih cepat dari sebelumnya. Sekarang semuanya mulai masuk akal. Serangan ini terlalu terkoordinasi untuk sekadar kebetulan.Ia tahu bahwa ada dua hal yang harus ia lakukan. Pertama, ia harus memastikan bahwa Arissa tidak sampai terluka karena permainan licik ini. Kedua, ia harus menghadapi Vanessa secara langsung.Tanpa membuang waktu, ia mengambil ponselnya dan menghubungi Vanessa."Aku ingin bicara denganmu. Sekarang," katanya dengan suara penuh tekanan.Ada jeda di ujung telepon sebelum Vanessa menjawab dengan nada manis yang dibuat-buat. "Nathaniel, ada apa? Kau terdengar serius.""Kantorku. Lima belas menit."Nathaniel tidak memberi kesempatan Vanessa untuk menolak sebelum menutup teleponnya. Ia menatap keluar jendela, rahangnya mengeras.Jika Vanessa berpikir bahwa ia bisa bermain-main dengannya, maka ia akan segera menyadari betapa salahnya an
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 44 Pengaruh dalam Lingkungan Kerja

Tak butuh waktu lama sebelum perubahan ini mulai berdampak pada pekerjaan mereka. Karyawan lain mulai memperhatikan bagaimana interaksi mereka yang dulunya tampak lebih cair kini menjadi kaku dan formal. Ada bisikan di antara rekan-rekan mereka, spekulasi tentang apakah sesuatu telah terjadi antara bos mereka dan Arissa.Vanessa, yang selalu memperhatikan dengan penuh minat, tentu saja tidak melewatkan hal ini. Ia menyeringai puas saat melihat bagaimana Nathaniel tampaknya mulai menjauh dari Arissa. Baginya, ini adalah tanda bahwa rencananya mulai membuahkan hasil.Suatu hari, saat Arissa berada di pantry kantor, Vanessa mendekatinya dengan ekspresi yang tampak simpatik tetapi sarat kepalsuan. "Kau terlihat lelah akhir-akhir ini, Arissa. Sesuatu terjadi?"Arissa menoleh dan memberikan senyum tipis. "Aku baik-baik saja, Vanessa. Hanya sibuk dengan pekerjaan."Vanessa tertawa kecil. "Oh, aku mengerti. Pekerjaan memang bisa membuat seseorang stres, terutama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 45: Bayangan Keraguan

Di satu sisi, ia ingin mengabaikan semuanya dan tetap fokus pada pekerjaannya. Tetapi semakin hari, semakin sulit baginya untuk tidak merasa tertekan. Ruang kerja yang dulunya terasa nyaman kini berubah menjadi tempat yang menyesakkan. Bahkan, interaksinya dengan Nathaniel pun semakin berjarak, seolah mempertegas bahwa ia memang tidak lagi diterima di lingkungan ini.Puncaknya terjadi saat makan siang di kantin perusahaan. Saat Arissa masuk dan membawa nampannya ke meja biasa, beberapa karyawan yang sebelumnya sering makan bersamanya tiba-tiba terdiam dan saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka, seorang wanita bernama Clara, berdehem pelan dan berkata, "Maaf, Arissa. Kursi ini sudah ditempati."Arissa menatap mereka dengan bingung. "Oh... aku bisa duduk di tempat lain.""Mungkin memang lebih baik begitu," sahut yang lain dengan nada tak bersahabat.Arissa merasakan hatinya mencelos, tetapi ia menelan perasaannya dan berjalan menuju sudut ruangan y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 46: Konfrontasi yang Menyayat Hati

Ruangan kantor Nathaniel terasa begitu dingin dan sunyi saat Arissa memasuki ruangannya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Nathaniel yang berdiri di dekat jendela besar, punggungnya tegap menghadap pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Namun, sinar lampu-lampu kota tidak mampu menghangatkan suasana di antara mereka.Nathaniel berbalik perlahan, menatap Arissa dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Di tangannya tergenggam beberapa lembar kertas yang diremas kuat, menandakan emosi yang ditahannya sejak lama.“Arissa,” suaranya terdengar rendah namun tegas, penuh ketegangan yang bisa meledak kapan saja. “Apa ini semua benar?” Ia mengangkat kertas-kertas itu, memperlihatkan bukti laporan yang diterimanya.Arissa terdiam, seketika darahnya berdesir melihat dokumen-dokumen itu. Ia mengenali laporan-laporan keuangan yang telah diubah dan dicurigai sebagai manipulasi anggaran. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan, namun kini justru menyeret namanya dalam masalah besar.“Kau benar-ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 47: Luka yang Tak Terucap

Suasana di ruangan kantor Nathaniel terasa begitu sunyi, nyaris membeku. Arissa berdiri di depan meja kerja besar itu dengan tangan gemetar, menggenggam amplop putih yang terasa berat seakan membawa seluruh bebannya selama ini.Nathaniel menatap amplop itu dengan dahi berkerut. Ia tahu benar apa isinya bahkan sebelum Arissa mengucapkan sepatah kata pun. Tetapi, ia tidak pernah menyangka hal ini akan datang secepat ini.“Apa ini?” Nathaniel berusaha menjaga nada suaranya tetap datar, namun getaran halus terdengar jelas.“Surat pengunduran diri,” jawab Arissa singkat, suaranya terdengar parau, menahan emosi yang telah menggunung di dadanya. Ia meletakkan amplop itu di atas meja dengan pelan, namun terasa seperti meletakkan batu besar yang menghancurkan hatinya sendiri.Nathaniel memandang amplop itu lama, seakan benda tersebut adalah musuh yang ingin ia musnahkan. Ia mengangkat pandangannya ke arah Arissa, menemukan sorot mata terluka yang dalam. “Kenapa?”Arissa menatap balik, matanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 48: Kesepian yang Menyesakkan

Ruangan kerja Nathaniel terasa begitu sunyi setelah kepergian Arissa. Aroma lembut parfumnya masih samar tercium, meninggalkan jejak yang menyakitkan di hati Nathaniel. Ia berdiri mematung di depan meja kerjanya, menatap amplop putih yang ditinggalkan Arissa. Amplop yang membawa keputusan yang paling tidak ingin ia terima: pengunduran diri Arissa.Tangannya terulur perlahan, menyentuh amplop itu dengan gemetar. Bagaimana bisa hanya selembar kertas mampu menghancurkan hatinya sekeras ini? Ia ingin merobeknya, ingin menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Namun kenyataannya tetap ada di sana, begitu nyata dan menyakitkan.Nathaniel menjatuhkan dirinya di kursi, rasa lelah menyerangnya secara tiba-tiba. Pikirannya dipenuhi bayangan Arissa, tatapan terluka yang diberikan wanita itu saat mengucapkan selamat tinggal.“Aku mencintaimu... tapi aku tidak bisa berada di dekat seseorang yang meragukan ketulusanku.”Kata-kata itu menggema di kepalanya, memukul hatinya dengan keras. Arissa menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 49: Bayang-Bayang Masa Lalu

 Angin sore yang sejuk bertiup pelan di halaman kecil klinik tempat Arissa bekerja. Daun-daun berguguran, menyebar di atas jalan setapak yang menuju pintu masuk. Arissa berdiri di depan jendela ruangannya, memandang kosong ke luar. Sekilas, ia tampak tenang dan damai, namun jauh di dalam hatinya, gelombang emosi terus berkecamuk tanpa henti.Sudah beberapa minggu berlalu sejak ia meninggalkan pekerjaan sebagai terapis pribadi Nathaniel. Ia kembali ke kehidupannya yang sederhana di klinik ini, tempat di mana ia merasa nyaman dan aman. Namun, meski ia berusaha keras melanjutkan hidup seperti biasa, bayang-bayang masa lalu terus membayanginya.Arissa menghela napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang terasa sesak. Ia mengalihkan pandangannya ke tumpukan berkas pasien yang menanti untuk diperiksa. Dengan berat hati, ia berusaha memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya saat ini. Namun, setiap kali ia mencoba melarikan diri dari pikirannya sendiri, bayangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 50: Penyesalan dan Pembalasan

Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan wajah yang tertekan, berusaha memahami apa yang baru saja ia temukan. Ponselnya masih tergeletak di meja, menampilkan rincian dari penyelidikan yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir. Ia tidak bisa lagi menutup mata dari kenyataan bahwa selama ini ia telah dibohongi. Selama ini, ia telah membuat kesalahan besar dengan meragukan orang yang paling tulus dalam hidupnya.Segalanya bermula ketika Nathaniel merasa ada yang aneh dengan laporan-laporan yang diterimanya tentang Arissa. Laporan-laporan itu menunjukkan bahwa Arissa tidak profesional, bahwa ia mungkin memiliki agenda tersembunyi dalam bekerja dengannya. Tapi sesuatu di dalam diri Nathaniel merasakan ketidakberesan dalam semua itu. Ketika ia memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam, ia akhirnya menemukan apa yang selama ini tersembunyi.Dengan bantuan dari beberapa orang terpercaya, Nathaniel menggali lebih jauh. Ia memeriksa data internal, percakapan yang tersimpan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status