Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 45: Bayangan Keraguan

Share

Bab 45: Bayangan Keraguan

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-12 00:02:31

Di satu sisi, ia ingin mengabaikan semuanya dan tetap fokus pada pekerjaannya. Tetapi semakin hari, semakin sulit baginya untuk tidak merasa tertekan. Ruang kerja yang dulunya terasa nyaman kini berubah menjadi tempat yang menyesakkan. Bahkan, interaksinya dengan Nathaniel pun semakin berjarak, seolah mempertegas bahwa ia memang tidak lagi diterima di lingkungan ini.

Puncaknya terjadi saat makan siang di kantin perusahaan. Saat Arissa masuk dan membawa nampannya ke meja biasa, beberapa karyawan yang sebelumnya sering makan bersamanya tiba-tiba terdiam dan saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka, seorang wanita bernama Clara, berdehem pelan dan berkata, "Maaf, Arissa. Kursi ini sudah ditempati."

Arissa menatap mereka dengan bingung. "Oh... aku bisa duduk di tempat lain."

"Mungkin memang lebih baik begitu," sahut yang lain dengan nada tak bersahabat.

Arissa merasakan hatinya mencelos, tetapi ia menelan perasaannya dan berjalan menuju sudut ruangan y

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 46: Konfrontasi yang Menyayat Hati

    Ruangan kantor Nathaniel terasa begitu dingin dan sunyi saat Arissa memasuki ruangannya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Nathaniel yang berdiri di dekat jendela besar, punggungnya tegap menghadap pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Namun, sinar lampu-lampu kota tidak mampu menghangatkan suasana di antara mereka.Nathaniel berbalik perlahan, menatap Arissa dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Di tangannya tergenggam beberapa lembar kertas yang diremas kuat, menandakan emosi yang ditahannya sejak lama.“Arissa,” suaranya terdengar rendah namun tegas, penuh ketegangan yang bisa meledak kapan saja. “Apa ini semua benar?” Ia mengangkat kertas-kertas itu, memperlihatkan bukti laporan yang diterimanya.Arissa terdiam, seketika darahnya berdesir melihat dokumen-dokumen itu. Ia mengenali laporan-laporan keuangan yang telah diubah dan dicurigai sebagai manipulasi anggaran. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan, namun kini justru menyeret namanya dalam masalah besar.“Kau benar-ben

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 47: Luka yang Tak Terucap

    Suasana di ruangan kantor Nathaniel terasa begitu sunyi, nyaris membeku. Arissa berdiri di depan meja kerja besar itu dengan tangan gemetar, menggenggam amplop putih yang terasa berat seakan membawa seluruh bebannya selama ini.Nathaniel menatap amplop itu dengan dahi berkerut. Ia tahu benar apa isinya bahkan sebelum Arissa mengucapkan sepatah kata pun. Tetapi, ia tidak pernah menyangka hal ini akan datang secepat ini.“Apa ini?” Nathaniel berusaha menjaga nada suaranya tetap datar, namun getaran halus terdengar jelas.“Surat pengunduran diri,” jawab Arissa singkat, suaranya terdengar parau, menahan emosi yang telah menggunung di dadanya. Ia meletakkan amplop itu di atas meja dengan pelan, namun terasa seperti meletakkan batu besar yang menghancurkan hatinya sendiri.Nathaniel memandang amplop itu lama, seakan benda tersebut adalah musuh yang ingin ia musnahkan. Ia mengangkat pandangannya ke arah Arissa, menemukan sorot mata terluka yang dalam. “Kenapa?”Arissa menatap balik, matanya

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 48: Kesepian yang Menyesakkan

    Ruangan kerja Nathaniel terasa begitu sunyi setelah kepergian Arissa. Aroma lembut parfumnya masih samar tercium, meninggalkan jejak yang menyakitkan di hati Nathaniel. Ia berdiri mematung di depan meja kerjanya, menatap amplop putih yang ditinggalkan Arissa. Amplop yang membawa keputusan yang paling tidak ingin ia terima: pengunduran diri Arissa.Tangannya terulur perlahan, menyentuh amplop itu dengan gemetar. Bagaimana bisa hanya selembar kertas mampu menghancurkan hatinya sekeras ini? Ia ingin merobeknya, ingin menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Namun kenyataannya tetap ada di sana, begitu nyata dan menyakitkan.Nathaniel menjatuhkan dirinya di kursi, rasa lelah menyerangnya secara tiba-tiba. Pikirannya dipenuhi bayangan Arissa, tatapan terluka yang diberikan wanita itu saat mengucapkan selamat tinggal.“Aku mencintaimu... tapi aku tidak bisa berada di dekat seseorang yang meragukan ketulusanku.”Kata-kata itu menggema di kepalanya, memukul hatinya dengan keras. Arissa menc

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 49: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Angin sore yang sejuk bertiup pelan di halaman kecil klinik tempat Arissa bekerja. Daun-daun berguguran, menyebar di atas jalan setapak yang menuju pintu masuk. Arissa berdiri di depan jendela ruangannya, memandang kosong ke luar. Sekilas, ia tampak tenang dan damai, namun jauh di dalam hatinya, gelombang emosi terus berkecamuk tanpa henti.Sudah beberapa minggu berlalu sejak ia meninggalkan pekerjaan sebagai terapis pribadi Nathaniel. Ia kembali ke kehidupannya yang sederhana di klinik ini, tempat di mana ia merasa nyaman dan aman. Namun, meski ia berusaha keras melanjutkan hidup seperti biasa, bayang-bayang masa lalu terus membayanginya.Arissa menghela napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang terasa sesak. Ia mengalihkan pandangannya ke tumpukan berkas pasien yang menanti untuk diperiksa. Dengan berat hati, ia berusaha memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya saat ini. Namun, setiap kali ia mencoba melarikan diri dari pikirannya sendiri, bayangan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 50: Penyesalan dan Pembalasan

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan wajah yang tertekan, berusaha memahami apa yang baru saja ia temukan. Ponselnya masih tergeletak di meja, menampilkan rincian dari penyelidikan yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir. Ia tidak bisa lagi menutup mata dari kenyataan bahwa selama ini ia telah dibohongi. Selama ini, ia telah membuat kesalahan besar dengan meragukan orang yang paling tulus dalam hidupnya.Segalanya bermula ketika Nathaniel merasa ada yang aneh dengan laporan-laporan yang diterimanya tentang Arissa. Laporan-laporan itu menunjukkan bahwa Arissa tidak profesional, bahwa ia mungkin memiliki agenda tersembunyi dalam bekerja dengannya. Tapi sesuatu di dalam diri Nathaniel merasakan ketidakberesan dalam semua itu. Ketika ia memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam, ia akhirnya menemukan apa yang selama ini tersembunyi.Dengan bantuan dari beberapa orang terpercaya, Nathaniel menggali lebih jauh. Ia memeriksa data internal, percakapan yang tersimpan d

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 51: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Arissa duduk di meja kerjanya di klinik, matanya fokus pada tumpukan berkas yang harus diselesaikan. Hari-hari berjalan dengan cepat, dan meskipun ia merasa lebih tenang dibandingkan beberapa waktu lalu, ada sesuatu dalam dirinya yang terus mengganjal. Pekerjaan menjadi pelarian terbaik baginya, tapi ia tidak bisa menepis perasaan hampa yang terkadang muncul di tengah kesibukannya.Setiap kali seseorang berbicara tentang hubungan atau perasaan, hatinya terasa berat. Seakan-akan, ada sesuatu yang menahannya untuk benar-benar membuka diri kepada orang lain. Tidak ada satu pun yang tahu betapa dalam luka yang masih ia simpan, betapa ketakutan akan pengkhianatan yang terus membayanginya.Namun, meskipun ia berusaha keras untuk menekan perasaan itu, teman-temannya mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda pada Arissa. Lila, sahabat baiknya, adalah salah satu yang pertama kali merasakannya. Lila sudah lama mengenal Arissa, dan ia tahu betul bahwa ada sesuatu yang tidak

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 52: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Arissa duduk di kamar tidurnya, menatap kosong ke luar jendela. Cahaya senja yang redup mengalir melalui tirai jendela, menerangi wajahnya dengan lembut. Tetapi meskipun pencahayaan itu menenangkan, bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya, menyelimutinya dengan kenangan yang sulit dilupakan. Saat itu, ia tidak sedang berada di klinik atau bersama teman-temannya. Ia sedang merenung, memikirkan kehidupan yang pernah ia jalani, dan bagaimana semuanya berubah begitu drastis dalam sekejap.Flashback itu datang tanpa diundang, kembali menghidupkan kenangan pahit yang seharusnya telah lama terlupakan. Arissa masih ingat betul bagaimana kehidupannya yang sebelumnya damai dan penuh kemewahan, hancur dalam sekejap mata.Dulu, keluarganya adalah keluarga yang dihormati dan sangat dihargai di kota. Ayahnya, seorang pengusaha sukses, memiliki banyak perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor. Ibunya adalah wanita yang sangat elegan, selalu tampil dengan sempurna, menjadi pus

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 53: Kehampaan yang Tak Terelakkan

    Nathaniel duduk di kursi kantornya yang besar, tangan terlipat di atas meja, menatap layar komputer yang berisi laporan-laporan bisnis yang tak kunjung selesai. Meski fisiknya berada di sana, pikirannya jauh. Tidak ada yang bisa mengalihkan perhatian atau memberikan rasa kepuasan yang biasa ia rasakan ketika fokus pada pekerjaan. Segala sesuatu terasa kosong.Selama bertahun-tahun, ia hidup dalam dunia yang dipenuhi kesuksesan dan kekuasaan, tempat di mana segalanya seharusnya bisa dibeli dengan uang dan pengaruh. Namun, sejak Arissa pergi, segala sesuatu tampak hampa. Kehidupannya yang dulunya padat dengan berbagai aktivitas, kini terasa seperti rutinitas yang tidak berarti. Meskipun ia mencoba untuk membenamkan dirinya dalam pekerjaan, hatinya terus tergerus oleh kekosongan yang semakin terasa setiap harinya.Nathaniel meremas ujung jari-jarinya, berusaha menenangkan diri. Pekerjaan memang bisa mengalihkan sebagian besar pikirannya, tetapi tidak bisa mengusir perasaa

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 148 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 144 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama i

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 134 – Pertarungan Saudara

    Nathaniel dan Damien berdiri berhadapan, kedua pria itu saling menatap dengan sorot mata tajam yang penuh emosi.Tak ada lagi kehangatan di antara mereka. Tak ada lagi rasa persaudaraan yang dulu pernah mereka banggakan.Nathaniel mengepalkan tangannya erat. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari di mana ia harus menghadapi Damien seperti ini akan tiba."Kau benar-benar sudah berubah," kata Nathaniel dengan suara berat, mencoba menekan amarah yang mendidih di dalam dirinya.Damien tertawa kecil, nada suaranya penuh sarkasme. "Aku tidak berubah, Nathaniel. Aku hanya akhirnya berhenti menjadi bayanganmu.""Tapi dengan cara seperti ini?" Nathaniel balas bertanya dengan nada tak percaya. "Mengkhianati keluarga? Bekerja sama dengan Markus, orang yang selama ini ingin menghancurkan kita?"Damien mendengus. "Keluarga? Kata itu tidak pernah berarti apa pun untukku. Keluarga yang mana? Keluarga yang selalu mengutamakanmu? Keluarga yang hanya melihatku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 133 – Konfrontasi Dua Saudara

    Ruangan terasa begitu sunyi meskipun ketegangan memenuhi udara. Nathaniel berdiri tegak di depan Damien, menatap langsung ke mata lelaki yang selama ini ia anggap sebagai saudara kandungnya. Wajahnya tidak menunjukkan amarah yang meledak-ledak, tetapi dingin, tajam, dan penuh kekecewaan.Damien, di sisi lain, terlihat lebih santai. Ia bersandar pada kursinya dengan tangan terlipat di dada, seolah tidak terpengaruh oleh tatapan menusuk Nathaniel. Namun, matanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—campuran antara kebencian, kelelahan, dan sedikit rasa bersalah.Mereka telah menghindari konfrontasi ini cukup lama. Tapi malam ini, semuanya harus diselesaikan."Apa yang kau inginkan, Damien?" suara Nathaniel terdengar tenang, tetapi dingin.Damien mengangkat bahu. "Akhirnya kau memutuskan untuk bertanya." Ia terkekeh kecil sebelum melanjutkan, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau inginkan, Nathaniel? Kau sudah memiliki segalanya—kekuasaan,

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 132 – Luka yang Tak Terhindarkan

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke luar jendela. Malam telah larut, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian yang baru saja terjadi. Pengkhianatan Damien bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga merobek bagian terdalam dari hatinya.Saudara kandungnya sendiri.Orang yang selama ini ia lindungi.Orang yang selalu ia anggap sebagai keluarga—ternyata menikamnya dari belakang tanpa ragu.Tangannya mengepal di atas meja, buku-buku jarinya memutih karena tekanan yang ia berikan. Emosi dalam dirinya bergejolak seperti badai yang siap menghancurkan segalanya. Ia ingin marah, ingin berteriak, ingin menghancurkan sesuatu. Tetapi di saat yang bersamaan, ada rasa hampa yang begitu dalam, seolah-olah seluruh dunia di sekitarnya kehilangan warnanya.Arissa berdiri di ambang pintu, memperhatikan Nathaniel dalam keheningan. Ia tahu bahwa pria itu sedang berada di titik terendahnya saat ini. Luka karena dikhi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status