Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Kedua Suamiku : Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

Bab 41

Vania tak menjawab pertanyaan Irma. Dia langsung meminta dua pembantu rumah untuk mencari kunci kamar mandi di kamar itu. Setelah mendapatkan kuncinya, Vania menatap tajam ke arah Irma dengan penuh kemarahan.  "Jika terjadi sesuatu pada putriku, aku tidak akan memaafkanmu!" ucap Vania seraya berjalan pergi menuju dapur.  Saat dua pembantu rumah itu membuka pintu kamar mandi, Vania teriris hatinya melihat kondisi kedua putrinya di dalam sana. Air mata Vania mengalir deras, tak tega melihat dua putrinya yang masih kecil, dikurung di kamar mandi.  "Mama... Ma, Kanaya takut! Mama, jangan tinggalkan kami lagi!" tangis Kanaya dengan tubuh gemetar, dan air mata yang mengalir membasahi pipinya.  "Iya, sayang. Maafkan mama. Mama tidak akan tinggalkan Kanaya, dan Tania lagi. Maafkan mama ya, nak!" balas Vania ikut sedih.  "Ma, cepat tolong Tania! Dia pingsan di dal
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 42

Wajah Irma masih menampakkan wajah ketakutan, dan gaya manja di depan Candra saat itu. Melihat tingkah lakunya, Candra luluh. Tak tega rasanya membiarkan hal buruk terjadi pada Irma, terlebih saat wanita itu tengah mengandung anaknya. "Vania, tunggu! Jangan pergi dulu!" ucap Candra sambil menarik tangan Vania untuk menghentikan langkah kaki gadis itu. "Apalagi? Apa kamu masih mau bela dia? Tidak cukupkah selama ini aku mengalah, membiarkan dia merebut suamiku, menikahi suamiku, mengambil kasih sayang suamiku? Bahkan sekarang, saat dia menyakiti anak-anakku, haruskah aku tetap diam? Kalau aku tetap diam, bukankah aku bodoh?" oceh Vania kesal. "Mas, aku tahu alasan kamu begitu memihaknya karena kamu ingin melindungi bayi laki-laki dalam kandungannya. Tapi, apakah hanya bayi itu yang pantas untuk kamu lindungi? Apakah nyawa Tania tidak berharga untukmu, hingga kamu membiarkan orang yang menyakitinya tetap bebas tanpa hukuman? Mas, tolong, jangan menghancurkan hatiku untuk terakhir kali
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 43

Setelah Candra melihat Irma pergi, dia pun berjalan menuju arah ruang rawat Tania. Terlihat wajah Vania yang masih panik, duduk di depan ruang rawat anak bungsunya itu. Candra merasa bersalah. Dia pun mendekat, dan duduk tepat di samping Vania saat itu. "Jangan terus menangis! Aku tidak tega melihatmu seperti ini!" ucap Candra sambil memberikan sapu tangan pada Vania. Vania menoleh, menatap ke arah Candra penuh kebencian. "Jangan berpura-pura perduli padaku! Kembali lah pada istri keduamu itu! Aku tidak butuh simpati palsumu!" ucap Vania kesal. "Simpati palsu? Vania, Tania itu putriku! Bagaimana bisa kamu bilang kalau aku sedang bersimpati palsu?" "Heh, siapa yang tahu! Bukankah kamu sendiri membiarkan orang yang menyakiti Tania bebas tanpa hukuman? Yang main drama ayah penyayang di saat kamu tidak bisa lagi memerankannya.""Vania, kamu...." Mendengar pertengkaran antara Vania, dan Candra, Kanaya yang saat itu sedang tidur di kursi ruang tunggu pun bangun. Dia menatap sedih melih
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 44

Malam harinya, Candra membangunkan Vania untuk mengabari jika putri bungsu mereka sudah sadar dari koma. Mendengar hal yang dikatakan Candra, Vania langsung bangun dengan semangat, dan berjalan menuju arah ruang rawat Tania "Nak, akhirnya kamu sadar! Maafkan mama, karena tidak menjaga kamu dengan baik," ucap Vania sambil menangis dan memeluk tubuh Tania yang terlihat lemah di ranjang pasien. "Ma... Mama... Jangan tinggalin Tania lagi! Tania takut! Tania gak mau ditemani oleh Tante Irma lagi. Tante Irma jahat! Huhuhu..." Tania menceritakan hal yang dilakukan Irma pada ibunya, terlihat wajah Candra marah, mendengar cerita yang diceritakan oleh putri bungsunya itu. "Ma, Tania cuma mau makan. Tania lapar. Tapi Tante Irma bilang kalau Tania merepotkan. Tania bikin susah. Saat kak Kanaya mau masak sendiri di dapur untuk aku, Tante Irma datang dan langsung marah-marah. Tante Irma tarik tangan aku dan kak Kanaya ke kamar mandi. Lalu kami dikunci di dalam kamar mandi. Ma, Tania gak nakal!
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 45

Galang sampai di rumah sakit tempat anak Vania dirawat. Dia pun berjalan masuk ke rumah sakit itu untuk mencari keberadaan gadis yang dicintainya itu. Saat Galang berjalan masuk, terlihat beberapa perawat yang nampak terkesima menatapnya. Tentu saja hal itu karena pesona ketampanan Galang yang memikat para wanita di sekitarnya. Galang terus berjalan, tak perduli dengan tatapan mata para wanita yang melihatnya dengan tatapan kagum. Itu bukan hal yang aneh, dan biasa terjadi saat Galang keluar rumah. Hans yang merupakan asisten pribadinya, tentu sudah bosan melihat sang bos yang menjadi sorotan para gadis di sekitar mereka. Namun, sebanyak apapun wanita yang mendekati Galang, tak ada satu pun yang dapat menggantikan Vania di hatinya. Cintanya terlalu dalam, bahkan sampai saat setelah tahu Vania menikahi adiknya, dia tetap berharap ada kesempatan dia bisa bersama Vania lagi. Bahkan jika kesempatan itu tidak pernah ada, dia hanya berharap bisa melihat wanita yang dicintainya itu bah
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 46

Vania kembali ke ruang rawat putrinya, setelah selesai makan siang di kantin. Dia juga tak lupa membungkus makan siang untuk Galang yang membantu menunggu putri bungsunya di ruang rawat. Hingga saat Vania membuka pintu ruang rawat itu, Vania menatap pemandangan yang seketika membuat dia tersentuh melihatnya. "Om Galang, terima kasih bonekanya!" ucap Kanaya yang terlihat senang mendapatkan hadiah. "Terima kasih bonekanya, Om. Tania juga senang. Terima kasih sudah mau jenguk Tania. Om baik." sambung Tania sambil memeluk tubuh Galang saat itu. "Kalau begitu, Tania lekaslah sembuh! Nanti setelah sembuh, kita jalan-jalan sama-sama. Katanya Tania dan Kanaya mau lihat kebun binatang bawah laut kan? Bagaimana jika nanti pergi dengan Om dan mama kalian? Apakah kalian mau?" tanya Galang yang langsung disambut anggukan kepala dari kedua anak Vania itu. "Ya. Kami mau." ucap Kanaya dan Tania serempak. Kanaya menengadah, menatap lekat wajah Galang, dan menarik lembut ujung lengan baju kem
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 47

Sementara di sisi lain, langkah kaki Galang terlihat berjalan cepat dengan senyum sumringah di bibirnya. Dia tidak pernah mengira, jika dia masih punya kesempatan untuk dekat, dan berbincang lagi dengan mantan kekasihnya itu. Kerinduan yang bertahun-tahun terpendam, akhirnya bisa dilepaskan semua dari hati Galang saat ini. "Bos, kita ada rapat dengan pemegang saham hari ini pukul dua. Adakah yang ingin anda minta aku siapkan untuk dapat pemegang saham itu?" tanya Hans yang membuyarkan lamunan Galang saat itu. "Cerewet! Siapkan saja yang perlu disiapkan. Jangan ganggu aku!" balas Galang dengan nada kesal. "Bos, anda begitu menyukai nona Vania, kenapa tidak langsung nikahi dia saja? Minta nona Vania gugat cerai adik anda, bukankah setelah itu, kalian bisa menikah?" "Diam lah! Tidak perlu perduli dengan urusan pribadiku. Ayo segera bawa aku kembali ke kantor!" ucap Galang yang seketika membuat Hans menutup rapat-rapat mulutnya dan segera mengendarai mobil menuju arah kantor.
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 48

Vania pun berjalan keluar rumah sakit sambil menuntun kedua putri kecilnya. Terlihat wajah Kanaya dan Tania yang sebelumnya masih murung karena papa mereka tidak datang, kini mulai menebar senyum. Sampai di depan jalan raya di gerbang rumah sakit, Vania pun menunggu taksi untuk membawa kedua putri kecilnya kembali ke rumah mereka. Tapi lama berdiri di sana, tak ada satu taksi pun yang lewat. Vania pun mulai gelisah, dan mengusap wajah kedua putrinya yang terlihat lelah. "Harusnya mama bawa mobil saat ke rumah sakit untuk jemput Tania. Setidaknya kalian tidak harus menunggu dan kepanasan seperti ini," keluh Vania, merasa bersalah pada kedua anaknya. "Mama, jangan sedih! Kami tidak lelah. Kami juga tidak kepanasan kok!" balas Kanaya sambil tersenyum kecil. "Ma, Tania haus!" sambung putri bungsu Vania sambil memegangi tenggorokannya. "Mama bawa air. Minumlah dulu! Semoga kita bisa secepatnya dapat taksi," ucap Vania sambil berjongkok dan menyuapi putrinya minum air mineral
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 49

Vania tak bicara. Tapi dia meremas-remas tangannya sendiri untuk menghilangkan rasa cemas dan bersalahnya pada Galang. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikan hak yang terjadi pada dia dan Candra waktu itu hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Sampai detik ini bibir Vania kelu, tak mampu mengungkapkan kebenaran kalau dirinya pernah diberi obat dan berakhir berada di tempat tidur yang sama bersama adik Galang, yang kini jadi suaminya itu. "Maaf!" Hanya itu kata-kata yang mampu Vania ucapkan pada Galang. Dia memalingkan wajahnya dari pria yang menatapnya itu. Namun dengan cepat, Galang menarik ujung dagu Vania hingga kembali menatap ke arah wajahnya lagi. "Maaf untuk apa? Coba jelaskan!" pinta Galang yang membuat Vania semakin gugup dibuatnya. "Maaf, maaf untuk semua kesalahanku di masa lalu. Sekarang, aku sudah mendapatkan balasannya. Harusnya kamu tidak perlu menolongku. Ini memang salahku. Aku yang memutuskan menikahi Mas Candra, aku harusnya tidak mel
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 50

Kanaya memegangi tangan ibunya yang nampak gelisah. Walaupun Kanaya masih kecil, tapi gadis itu tahu tentang hubungan papa mereka yang mulai renggang dengan mamanya setelah papanya menikah lagi. Dia pun berusaha untuk tersenyum di depan Vania, dan mengurungkan keinginannya bisa merayakan perayaan sekolah dengan keluarga utuh. "Ma, sudahlah. Jangan hubungi papa lagi! Kalau memang papa sibuk, kita saja yang pergi. Ada mama, ada Tania, Kanaya sudah cukup senang," ucap Kanaya sambil terus memegangi tangan Vania. "Semua anak di sekolah pasti mengajak ayah dan ibu mereka. Mama takut kamu akan sedih kalau papa tidak datang. Nanti mama akan cari cara untuk bertemu papa, dan memintanya untuk datang ke sekolah Kanaya besok," balas Vania, seraya mengusap lembut pucuk kepala putrinya. "Ma, bukankah tanpa papa, kita juga hidup bahagia? Kanaya cukup punya mama. Selama mama tetap bersama Kanaya, dan Tania, Kanaya sudah bahagia." Mendengar kata-kata putri sulungnya, hati Vania bergetar. Sea
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status