Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Istri Kedua Suamiku : Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

Bab 51

Keesokan harinya, terlihat Candra sudah rapi dengan baju olahraga yang dipakainya. Dia berniat untuk ke sekolah Kanaya di hari perayaan sekolahnya. Setiap tahun, entah di TK atau SD itu, memang merayakan hari perayaan sekolah dengan mengadakan lomba kekompakan anak dan orang tua. Hal itu pun yang membuat Candra terbiasa dengan perayaan itu, dan berusaha menyempatkan waktu memenuhi keinginan Vania juga putrinya. Melihat suaminya sudah rapi, dan bersiap untuk pergi ke sekolah Kanaya, Irma tak menerima. Dia pun melakukan segala cara untuk menghentikan sang suami pergi ke perayaan putrinya itu. Irma sempat berpura-pura sakit, tapi Candra tahu kalau selama ini dia terus berpura-pura sakit saat Candra ingin menemui Vania atau putrinya. Jadi saat Irma bilang dia sakit, Candra justru tetap kekeh berangkat, dan hanya meminta dokter untuk memeriksa keadaan Irma saat itu. "Mas, kamu gak boleh pergi! Aku gak izinkan kamu temui Vania ataupun anak-anaknya. Mas, aku sedang hamil anak kamu. Ini a
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 52

Vania memeluk tubuh kedua putrinya dengan wajah sedih. Selama ini dia menahan kesedihan dan lukanya sendiri dari pernikahannya dengan Candra, semua hanya demi mempertahankan status pernikahan untuk kedua putrinya. Dia tidak ingin kedua putrinya hidup tanpa sosok seorang ayah. Tapi saat ini, apa bedanya mereka dengan anak-anak di luar sana yang tidak punya ayah? Bahkan di saat dibutuhkan, Candra tak datang untuk memenuhi tugas sebagai seorang ayah. Hingga waktu perlombaan perayaan di sekolah tiba, di mana ayah akan menggendong putrinya menuju arah ibu yang menunggu di seberang jalan. Terlihat Vania kebingungan, tanpa ayah anak-anaknya, apa yang bisa dia lakukan di perayaan sekolah itu. Melihat wajah penuh harap dari kedua putrinya, Vania pun berjalan di garis depan, bersiap untuk menggendong putrinya untuk menggantikan sosok ayah yang tak datang ke sekolah hari itu. Hingga di detik-detik terakhir, Vania terkejut, mendapati Galang datang menghampiri mereka dan menuntun kedua putri
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 53

Saat tengah makan ice cream, Vania kembali melihat hal yang meneduhkan hatinya. Dimana saat itu, Galang berbincang dan tertawa dengan dua putri Vania, seperti layaknya putrinya sendiri. Beberapa kali, Vania pun melihat Galang mengusap bibir kedua putrinya yang belepotan dengan sapu tangan. Perhatian yang sangat mirip, seperti perhatian seorang ayah pada anak-anaknya. "Alangkah baiknya jika ayah anak-anakku adalah kak Galang," gumam Vania dengan senyum getir. Vania pun diam sambil terus memperhatikan Galang dan dua putrinya, yang saat itu berada tepat di sebelahnya. Dia kembali mendengarkan obrolan antara Galang, dan dua putrinya, sambil sesekali memperhatikan ketampanan mantan pacarnya itu. "Om Galang, dilomba selanjutnya kita harus menang lagi!" pinta Kanaya. "Ya, kita harus menang!" sambung Tania antusias. "Baik, siapa takut! Kita akan menang lagi di lomba selanjutnya. Kalian tidak perlu takut! Ada Om, kita pasti menang!" balas Galang dengan penuh semangat dan percaya
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 54

Selesai semua lomba, akhirnya para guru pun membagikan hadiah untuk para pemenang. Dua putri Vania terlihat bersemangat mengambil hadiah dari hasil kerja keras mereka memenangkan dua perlombaan. "Mama, kita menang!" ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Vania. "Om Galang, kita menang!" sambung Tania yang memeluk tubuh Galang. Mata Galang dan Vania saling beradu. Entah kenapa keduanya terlihat canggung, dan tersenyum kecil satu sama lain dengan tingkah kedua anak kecil di hadapan mereka itu. "Ma, kita bagi dua hadiahnya!" pinta Kanaya. "Om, aku juga akan membagi hadiahku denganmu," sambung Tania yang seketika membuat Galang tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Kalian pasti sudah lelah. Bagaimana kalau Om Galang antar kalian pulang? Kalian bisa langsung istirahat setelah sampai di rumah," tawar Galang yang langsung disambut anggukan kepala dari kedua anak Vania. "Hei, kita bawa mobil!" bisik Vania pada dua anaknya. "Ma, bukankah tadi mama bilang lelah? Mengendar
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 55

Mendengar suara hening dari seberang telepon, Candra pun kembali bicara untuk membujuk Vania ke rumah sakit. "Vania, aku mohon! Datanglah ke rumah sakit untuk menjenguk Irma! Walaupun kamu benci dia, tapi tolong lakukan ini untuk bayi dalam kandungannya," ucap Candra, lirih. "Dia kesakitan. Dia berada di ruang ICU. Lalu apa gunanya aku ada di rumah sakit? Yang diperlukan Irma sekarang hanya kamu, dan dokter. Dia tidak butuh aku berada di sisinya. Kalau dia lihat aku, takutnya dia malah makin parah. Jadi, jangan memintaku menemuinya, karena dia hanya akan semakin marah kalau aku ada di sekitarnya. Sudah Mas, aku capek! Aku tutup dulu teleponnya!" ucap Vania sambil mematikan panggilan telepon itu. Vania menghela nafas panjang. Sudah banyak hal terjadi pada dirinya, masih saja tidak bisa melepaskan keterikatan dia dengan Candra juga Irma. Jelas-jelas setiap kali melihat mereka bersama, dialah orang yang paling dikecewakan dan harus menahan sakit hati berkali-kali. Namun setelah
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 56

Candra pun berpamitan pulang pada kedua anaknya, dan menghampiri Vania untuk mengucap maaf untuk kesekian kalinya karena tanpa sengaja menampar pipi Vania saat marah. Vania tak bicara, dan hanya menatap kepergian suaminya dengan wajah yang masih kecewa. "Nak, ayo kita berangkat ke sekolah!" ucap Vania sambil menuntun kedua anaknya masuk ke dalam mobil. Kanaya, dan Tania patuh, masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Mereka tahu suasana hati ibunya sedang sedih karena perbuatan ayah mereka tadi. Beberapa kali kedua anak itu mengecup pipi Vania yang sedang menyalakan mesin mobilnya. "Ma, jangan sedih! Papa jahat! Kami tidak mau papa lagi!" ucap Tania sambil mengusap pipi Vania dari kursi belakang mobil. "Papa keterlaluan! Mama tidak apa-apa kan? Ma, kami akan selalu di sisi mama. Mama jangan sedih ya!" sambung Kanaya yang disambut anggukan kepala dan senyum dari Vania."Kalian duduklah yang benar! Mama akan mengendarai mobil. Pakai juga sabuk pengaman kalian! Tidak usah dipikirkan
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 57

Irma masih belum puas hati mengolok-olok Vania. Dia masih menatap istri pertama suaminya itu dengan sorot mata penuh keserakahan. "Vania, kedepannya mas Candra akan sibuk mengurus aku dan bayi laki-laki kami. Aku harap, kamu bisa pengertian dan tidak mempermasalahkan ini ya? Kamu adalah teman baikku. Kamu pasti paling tahu isi hatiku lebih dari siapapun.""Heh, teman baik?" gumam Vania, mencibir kata-kata Irma. "Sudah selesai kah? Aku sungguh masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jika memang kamu sudah puas bicara, biarkan aku pergi. Semoga kamu dan bayi kamu selamat!" ucap Vania sambil berjalan keluar dari ruang persalinan itu. Setelah berbicara dengan Vania, Irma pun melanjutkan persalinannya dengan dokter dan suster di rumah sakit. Saat mendengar suara bayi menangis dari ruang persalinan, Candra terlihat senang dan langsung bergegas menuju arah pintu untuk segera masuk melihat putra kecilnya yang baru lahir. Saat itu juga Vania merasa dibuang, dan langsung diabaikan ol
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 58

Vania berbaring di tempat tidur, dan menatap wajah dua putrinya yang sudah tidur di tempat tidurnya. Semakin ingat sikap Candra terhadapnya, semakin besar keinginan Vania berpisah dengan pria itu. Tapi setiap kali pikiran itu melintas di benaknya, Vania menatap dua anaknya. Dia takut kalau keputusannya pisah dengan Candra akan mempengaruhi kedua putrinya. Vania hampir putus asa dibuatnya. Namun bertahan hidup dengan Candra dalam pernikahan yang berat sebelah pun tidak menguntungkan baginya. Sekarang bukan hanya Candra tidak pernah datang menemani dia dan anak-anaknya, tapi jatah bulanan yang biasa diberikan Candra untuk anak-anaknya pun sudah dua bulan tak diberikan. Mau bicara dan membahas tentang itu, tapi di pikiran Candra hanya ada Irma, dan keinginan istri keduanya. Tak pernah Candra perduli, seberapa sulit kehidupan Vania menghidupi dua anaknya selama ini. Tok... Tok... Tok... Vania membuka pintu kamar, dan mendapati dua pembantu rumah sedang berdiri di depan pintunya. V
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 59

Saat Irma bergumam sendiri, tiba-tiba Candra masuk ke dalam kamar itu dan menatap tajam ke arah Irma. Dia terlihat lelah. Matanya sayup menatap ke arah wanita yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. "Irma, aku ada hal yang ingin aku bicarakan!" ucap Candra sambil duduk di samping gadis itu. "Ada apa, Mas?" tanya Irma sambil menyembunyikan buku rekening selundupannya dari Candra. "Aku lihat Vania kehilangan banyak berat badan. Sepertinya dia sedang banyak pikiran. Irma, bisakah kamu tanyakan pada Vania, apa yang dia butuhkan. Bagaimana pun dia juga istriku, dan juga wanita yang melahirkan anak-anakku. Jika dia butuh uang, atau butuh hal yang bisa aku selesaikan, tolong beritahu aku, aku akan bantu sebisaku!" ucap Candra yang hanya disambut senyum dan anggukkan kepala dari Irma. "Sampai matipun aku tidak akan melakukan apapun yang kamu minta, Mas. Semakin kamu perhatian pada Vania, semakin aku ingin menghancurkan dia dengan tanganku sendiri," batin Irma, dengan bibir yang
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Bab 60

Mendengar kata-kata Candra, Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. Merasa sikap suaminya padanya semakin keterlaluan. Hanya dari beberapa kata provokasi dari Irma, suaminya langsung menyalahkan dia atas hal yang dilakukan kedua anaknya. Mau membela diri pun sudah tidak ada keinginan, dia lebih suka mengakhiri perbincangan tak mengenakan itu tanpa bicara apa-apa. "Ya, aku salah. Semua salahku. Kamu selingkuh dengan teman baikku, itu juga salahku. Kamu menikahi Irma, itu juga salahku. Kamu hamili Irma, itu juga salahku. Semua salahku di mataku kan, Mas? Kalau memang begitu, cepat ceraikan aku, dan jadikan Irma istrimu satu-satunya!" gumam Vania sambil berjalan pergi dengan kedua anak-anaknya. "Vania, tunggu dulu! Apa yang barusan kamu gumamkan? Vania! Kenapa setiap kali bertengkar, kamu selalu mengungkit kata cerai. Vania, kembali! Aku belum selesai bicara!" teriak Candra dengan wajah kesalnya. Vania tak perduli. Dia naik mobilnya bersama dua anaknya. Tubuhnya agak geme
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status