Share

Bab 52

Penulis: Risma123
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 05:34:13

Vania memeluk tubuh kedua putrinya dengan wajah sedih. Selama ini dia menahan kesedihan dan lukanya sendiri dari pernikahannya dengan Candra, semua hanya demi mempertahankan status pernikahan untuk kedua putrinya. Dia tidak ingin kedua putrinya hidup tanpa sosok seorang ayah. Tapi saat ini, apa bedanya mereka dengan anak-anak di luar sana yang tidak punya ayah? Bahkan di saat dibutuhkan, Candra tak datang untuk memenuhi tugas sebagai seorang ayah.

Hingga waktu perlombaan perayaan di sekolah tiba, di mana ayah akan menggendong putrinya menuju arah ibu yang menunggu di seberang jalan. Terlihat Vania kebingungan, tanpa ayah anak-anaknya, apa yang bisa dia lakukan di perayaan sekolah itu.

Melihat wajah penuh harap dari kedua putrinya, Vania pun berjalan di garis depan, bersiap untuk menggendong putrinya untuk menggantikan sosok ayah yang tak datang ke sekolah hari itu. Hingga di detik-detik terakhir, Vania terkejut, mendapati Galang datang menghampiri mereka dan menuntun kedua putri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 53

    Saat tengah makan ice cream, Vania kembali melihat hal yang meneduhkan hatinya. Dimana saat itu, Galang berbincang dan tertawa dengan dua putri Vania, seperti layaknya putrinya sendiri. Beberapa kali, Vania pun melihat Galang mengusap bibir kedua putrinya yang belepotan dengan sapu tangan. Perhatian yang sangat mirip, seperti perhatian seorang ayah pada anak-anaknya. "Alangkah baiknya jika ayah anak-anakku adalah kak Galang," gumam Vania dengan senyum getir. Vania pun diam sambil terus memperhatikan Galang dan dua putrinya, yang saat itu berada tepat di sebelahnya. Dia kembali mendengarkan obrolan antara Galang, dan dua putrinya, sambil sesekali memperhatikan ketampanan mantan pacarnya itu. "Om Galang, dilomba selanjutnya kita harus menang lagi!" pinta Kanaya. "Ya, kita harus menang!" sambung Tania antusias. "Baik, siapa takut! Kita akan menang lagi di lomba selanjutnya. Kalian tidak perlu takut! Ada Om, kita pasti menang!" balas Galang dengan penuh semangat dan percaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 54

    Selesai semua lomba, akhirnya para guru pun membagikan hadiah untuk para pemenang. Dua putri Vania terlihat bersemangat mengambil hadiah dari hasil kerja keras mereka memenangkan dua perlombaan. "Mama, kita menang!" ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Vania. "Om Galang, kita menang!" sambung Tania yang memeluk tubuh Galang. Mata Galang dan Vania saling beradu. Entah kenapa keduanya terlihat canggung, dan tersenyum kecil satu sama lain dengan tingkah kedua anak kecil di hadapan mereka itu. "Ma, kita bagi dua hadiahnya!" pinta Kanaya. "Om, aku juga akan membagi hadiahku denganmu," sambung Tania yang seketika membuat Galang tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Kalian pasti sudah lelah. Bagaimana kalau Om Galang antar kalian pulang? Kalian bisa langsung istirahat setelah sampai di rumah," tawar Galang yang langsung disambut anggukan kepala dari kedua anak Vania. "Hei, kita bawa mobil!" bisik Vania pada dua anaknya. "Ma, bukankah tadi mama bilang lelah? Mengendar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 55

    Mendengar suara hening dari seberang telepon, Candra pun kembali bicara untuk membujuk Vania ke rumah sakit. "Vania, aku mohon! Datanglah ke rumah sakit untuk menjenguk Irma! Walaupun kamu benci dia, tapi tolong lakukan ini untuk bayi dalam kandungannya," ucap Candra, lirih. "Dia kesakitan. Dia berada di ruang ICU. Lalu apa gunanya aku ada di rumah sakit? Yang diperlukan Irma sekarang hanya kamu, dan dokter. Dia tidak butuh aku berada di sisinya. Kalau dia lihat aku, takutnya dia malah makin parah. Jadi, jangan memintaku menemuinya, karena dia hanya akan semakin marah kalau aku ada di sekitarnya. Sudah Mas, aku capek! Aku tutup dulu teleponnya!" ucap Vania sambil mematikan panggilan telepon itu. Vania menghela nafas panjang. Sudah banyak hal terjadi pada dirinya, masih saja tidak bisa melepaskan keterikatan dia dengan Candra juga Irma. Jelas-jelas setiap kali melihat mereka bersama, dialah orang yang paling dikecewakan dan harus menahan sakit hati berkali-kali. Namun setelah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 56

    Candra pun berpamitan pulang pada kedua anaknya, dan menghampiri Vania untuk mengucap maaf untuk kesekian kalinya karena tanpa sengaja menampar pipi Vania saat marah. Vania tak bicara, dan hanya menatap kepergian suaminya dengan wajah yang masih kecewa. "Nak, ayo kita berangkat ke sekolah!" ucap Vania sambil menuntun kedua anaknya masuk ke dalam mobil. Kanaya, dan Tania patuh, masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Mereka tahu suasana hati ibunya sedang sedih karena perbuatan ayah mereka tadi. Beberapa kali kedua anak itu mengecup pipi Vania yang sedang menyalakan mesin mobilnya. "Ma, jangan sedih! Papa jahat! Kami tidak mau papa lagi!" ucap Tania sambil mengusap pipi Vania dari kursi belakang mobil. "Papa keterlaluan! Mama tidak apa-apa kan? Ma, kami akan selalu di sisi mama. Mama jangan sedih ya!" sambung Kanaya yang disambut anggukan kepala dan senyum dari Vania."Kalian duduklah yang benar! Mama akan mengendarai mobil. Pakai juga sabuk pengaman kalian! Tidak usah dipikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 57

    Irma masih belum puas hati mengolok-olok Vania. Dia masih menatap istri pertama suaminya itu dengan sorot mata penuh keserakahan. "Vania, kedepannya mas Candra akan sibuk mengurus aku dan bayi laki-laki kami. Aku harap, kamu bisa pengertian dan tidak mempermasalahkan ini ya? Kamu adalah teman baikku. Kamu pasti paling tahu isi hatiku lebih dari siapapun.""Heh, teman baik?" gumam Vania, mencibir kata-kata Irma. "Sudah selesai kah? Aku sungguh masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jika memang kamu sudah puas bicara, biarkan aku pergi. Semoga kamu dan bayi kamu selamat!" ucap Vania sambil berjalan keluar dari ruang persalinan itu. Setelah berbicara dengan Vania, Irma pun melanjutkan persalinannya dengan dokter dan suster di rumah sakit. Saat mendengar suara bayi menangis dari ruang persalinan, Candra terlihat senang dan langsung bergegas menuju arah pintu untuk segera masuk melihat putra kecilnya yang baru lahir. Saat itu juga Vania merasa dibuang, dan langsung diabaikan ol

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 58

    Vania berbaring di tempat tidur, dan menatap wajah dua putrinya yang sudah tidur di tempat tidurnya. Semakin ingat sikap Candra terhadapnya, semakin besar keinginan Vania berpisah dengan pria itu. Tapi setiap kali pikiran itu melintas di benaknya, Vania menatap dua anaknya. Dia takut kalau keputusannya pisah dengan Candra akan mempengaruhi kedua putrinya. Vania hampir putus asa dibuatnya. Namun bertahan hidup dengan Candra dalam pernikahan yang berat sebelah pun tidak menguntungkan baginya. Sekarang bukan hanya Candra tidak pernah datang menemani dia dan anak-anaknya, tapi jatah bulanan yang biasa diberikan Candra untuk anak-anaknya pun sudah dua bulan tak diberikan. Mau bicara dan membahas tentang itu, tapi di pikiran Candra hanya ada Irma, dan keinginan istri keduanya. Tak pernah Candra perduli, seberapa sulit kehidupan Vania menghidupi dua anaknya selama ini. Tok... Tok... Tok... Vania membuka pintu kamar, dan mendapati dua pembantu rumah sedang berdiri di depan pintunya. V

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 59

    Saat Irma bergumam sendiri, tiba-tiba Candra masuk ke dalam kamar itu dan menatap tajam ke arah Irma. Dia terlihat lelah. Matanya sayup menatap ke arah wanita yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. "Irma, aku ada hal yang ingin aku bicarakan!" ucap Candra sambil duduk di samping gadis itu. "Ada apa, Mas?" tanya Irma sambil menyembunyikan buku rekening selundupannya dari Candra. "Aku lihat Vania kehilangan banyak berat badan. Sepertinya dia sedang banyak pikiran. Irma, bisakah kamu tanyakan pada Vania, apa yang dia butuhkan. Bagaimana pun dia juga istriku, dan juga wanita yang melahirkan anak-anakku. Jika dia butuh uang, atau butuh hal yang bisa aku selesaikan, tolong beritahu aku, aku akan bantu sebisaku!" ucap Candra yang hanya disambut senyum dan anggukkan kepala dari Irma. "Sampai matipun aku tidak akan melakukan apapun yang kamu minta, Mas. Semakin kamu perhatian pada Vania, semakin aku ingin menghancurkan dia dengan tanganku sendiri," batin Irma, dengan bibir yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Istri Kedua Suamiku    Bab 60

    Mendengar kata-kata Candra, Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. Merasa sikap suaminya padanya semakin keterlaluan. Hanya dari beberapa kata provokasi dari Irma, suaminya langsung menyalahkan dia atas hal yang dilakukan kedua anaknya. Mau membela diri pun sudah tidak ada keinginan, dia lebih suka mengakhiri perbincangan tak mengenakan itu tanpa bicara apa-apa. "Ya, aku salah. Semua salahku. Kamu selingkuh dengan teman baikku, itu juga salahku. Kamu menikahi Irma, itu juga salahku. Kamu hamili Irma, itu juga salahku. Semua salahku di mataku kan, Mas? Kalau memang begitu, cepat ceraikan aku, dan jadikan Irma istrimu satu-satunya!" gumam Vania sambil berjalan pergi dengan kedua anak-anaknya. "Vania, tunggu dulu! Apa yang barusan kamu gumamkan? Vania! Kenapa setiap kali bertengkar, kamu selalu mengungkit kata cerai. Vania, kembali! Aku belum selesai bicara!" teriak Candra dengan wajah kesalnya. Vania tak perduli. Dia naik mobilnya bersama dua anaknya. Tubuhnya agak geme

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22

Bab terbaru

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 63

    Galang yang melihat Vania terus menangis, tak tahan, dan bergegas menarik tangan Vania hingga gadis itu jatuh di dalam pelukannya. Galang tidak tahu kenapa, perasaannya ikut sedih melihat kondisi Vania yang menderita seperti saat ini. Kalau memang sudah lelah, kenapa tidak pisah saja. Kenapa Vania bersikukuh bertahan dalam pernikahan yang hanya melukai hatinya. "Sudah cukup! Jangan menangis lagi! Sebagai atasanmu, yang memberikan kamu gaji setiap bulan, aku minta kamu berhenti menangis!" ucap Galang sambil mempererat pelukannya di tubuh Vania. Vania yang menangis pun, sedikit merekahkan senyuman. Dia melihat keperdulian di mata Galang, dari ketusnya tutur kata yang diucapkan sang bos saat itu. "Bos, jangan keterlaluan! Ini bukan waktu kerjaku. Kamu masih mau menindasku, dan tidak mengizinkan aku menangis di hari liburku? Dasar bos jahat!" gerutu Vania sambil melepaskan pelukannya dan memukul lembut dada Galang. "Aw... Vania, kamu pukul aku? Aku baik-baik datang untuk menghibur

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 62

    Keesokan harinya, Vania terlihat sibuk mengurus kedua buah hatinya yang ingin pergi bermain di hari libur sekolah. Sudah lama dia tidak pernah mengajak dua anaknya bermain. Kebetulan punya uang dari Galang yang memberikan uang muka jual mobil, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan menyenangkan hati dua putrinya. "Bi Sumi, Bi Imah, saya dan anak-anak mau pergi ke taman bermain. Hari ini tidak perlu masak makan siang. Kami akan makan di luar!" ucap Vania yang disambut anggukan kepala dari dua pembantu rumahnya. "Baik, nyonya.""Oh iya. Ini uang gaji kalian selama dua bulan. Maaf, aku baru bisa memberikannya hari ini. Kedepannya, mohon bantuannya untuk tetap menjaga rumah dan menjaga dua putriku. Terima kasih, Bi!" "Nyonya kenapa sungkan? Kami sudah anggap nyonya seperti keluarga sendiri," balas Imah sambil memegang tangan majikannya. "Iya. Nyonya banyak bantu keluarga saya dulu. Saya tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada nyonya dan nona kecil. Kedepannya, kami juga akan sel

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 61

    Setelah cukup lama menangis di pelukan Galang, Vania pun sadar kembali dari lamunannya. Dia melepaskan pelukan itu, dan menundukkan kepalanya dalam-dalam di hadapan bosnya itu. "Maafkan saya. Saya bertindak sembarangan. Saya tidak seharusnya menangis sampai air mata saya mengotori kemeja anda. Maaf!" ucap Vania yang disambut senyum kecil dari Galang. Pria itu tak bicara. Tapi tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala Vania dengan penuh kasih sayang. Rasa kasih sayang yang sama seperti saat Galang menjadi kekasih Vania sembilan tahun lalu. Tanpa dirasa, ternyata pernikahannya dengan Candra sudah hampir hancur dalam kurun waktu satu tahun oleh kehadiran Irma, yang tak lain adalah sahabat baik Vania. "Makan ice cream dan kue coklatnya! Kuatkan diri! Kalau bukan untuk aku, setidaknya kuatkan diri untuk kedua anak-anakmu yang masih kecil. Kalau kamu rapuh, bagaimana bisa menjaga mereka dengan baik. Benar bukan?" ucap Galang yang disambut senyum dan anggukkan kepala dari Vania.

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 60

    Mendengar kata-kata Candra, Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. Merasa sikap suaminya padanya semakin keterlaluan. Hanya dari beberapa kata provokasi dari Irma, suaminya langsung menyalahkan dia atas hal yang dilakukan kedua anaknya. Mau membela diri pun sudah tidak ada keinginan, dia lebih suka mengakhiri perbincangan tak mengenakan itu tanpa bicara apa-apa. "Ya, aku salah. Semua salahku. Kamu selingkuh dengan teman baikku, itu juga salahku. Kamu menikahi Irma, itu juga salahku. Kamu hamili Irma, itu juga salahku. Semua salahku di mataku kan, Mas? Kalau memang begitu, cepat ceraikan aku, dan jadikan Irma istrimu satu-satunya!" gumam Vania sambil berjalan pergi dengan kedua anak-anaknya. "Vania, tunggu dulu! Apa yang barusan kamu gumamkan? Vania! Kenapa setiap kali bertengkar, kamu selalu mengungkit kata cerai. Vania, kembali! Aku belum selesai bicara!" teriak Candra dengan wajah kesalnya. Vania tak perduli. Dia naik mobilnya bersama dua anaknya. Tubuhnya agak geme

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 59

    Saat Irma bergumam sendiri, tiba-tiba Candra masuk ke dalam kamar itu dan menatap tajam ke arah Irma. Dia terlihat lelah. Matanya sayup menatap ke arah wanita yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. "Irma, aku ada hal yang ingin aku bicarakan!" ucap Candra sambil duduk di samping gadis itu. "Ada apa, Mas?" tanya Irma sambil menyembunyikan buku rekening selundupannya dari Candra. "Aku lihat Vania kehilangan banyak berat badan. Sepertinya dia sedang banyak pikiran. Irma, bisakah kamu tanyakan pada Vania, apa yang dia butuhkan. Bagaimana pun dia juga istriku, dan juga wanita yang melahirkan anak-anakku. Jika dia butuh uang, atau butuh hal yang bisa aku selesaikan, tolong beritahu aku, aku akan bantu sebisaku!" ucap Candra yang hanya disambut senyum dan anggukkan kepala dari Irma. "Sampai matipun aku tidak akan melakukan apapun yang kamu minta, Mas. Semakin kamu perhatian pada Vania, semakin aku ingin menghancurkan dia dengan tanganku sendiri," batin Irma, dengan bibir yang

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 58

    Vania berbaring di tempat tidur, dan menatap wajah dua putrinya yang sudah tidur di tempat tidurnya. Semakin ingat sikap Candra terhadapnya, semakin besar keinginan Vania berpisah dengan pria itu. Tapi setiap kali pikiran itu melintas di benaknya, Vania menatap dua anaknya. Dia takut kalau keputusannya pisah dengan Candra akan mempengaruhi kedua putrinya. Vania hampir putus asa dibuatnya. Namun bertahan hidup dengan Candra dalam pernikahan yang berat sebelah pun tidak menguntungkan baginya. Sekarang bukan hanya Candra tidak pernah datang menemani dia dan anak-anaknya, tapi jatah bulanan yang biasa diberikan Candra untuk anak-anaknya pun sudah dua bulan tak diberikan. Mau bicara dan membahas tentang itu, tapi di pikiran Candra hanya ada Irma, dan keinginan istri keduanya. Tak pernah Candra perduli, seberapa sulit kehidupan Vania menghidupi dua anaknya selama ini. Tok... Tok... Tok... Vania membuka pintu kamar, dan mendapati dua pembantu rumah sedang berdiri di depan pintunya. V

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 57

    Irma masih belum puas hati mengolok-olok Vania. Dia masih menatap istri pertama suaminya itu dengan sorot mata penuh keserakahan. "Vania, kedepannya mas Candra akan sibuk mengurus aku dan bayi laki-laki kami. Aku harap, kamu bisa pengertian dan tidak mempermasalahkan ini ya? Kamu adalah teman baikku. Kamu pasti paling tahu isi hatiku lebih dari siapapun.""Heh, teman baik?" gumam Vania, mencibir kata-kata Irma. "Sudah selesai kah? Aku sungguh masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jika memang kamu sudah puas bicara, biarkan aku pergi. Semoga kamu dan bayi kamu selamat!" ucap Vania sambil berjalan keluar dari ruang persalinan itu. Setelah berbicara dengan Vania, Irma pun melanjutkan persalinannya dengan dokter dan suster di rumah sakit. Saat mendengar suara bayi menangis dari ruang persalinan, Candra terlihat senang dan langsung bergegas menuju arah pintu untuk segera masuk melihat putra kecilnya yang baru lahir. Saat itu juga Vania merasa dibuang, dan langsung diabaikan ol

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 56

    Candra pun berpamitan pulang pada kedua anaknya, dan menghampiri Vania untuk mengucap maaf untuk kesekian kalinya karena tanpa sengaja menampar pipi Vania saat marah. Vania tak bicara, dan hanya menatap kepergian suaminya dengan wajah yang masih kecewa. "Nak, ayo kita berangkat ke sekolah!" ucap Vania sambil menuntun kedua anaknya masuk ke dalam mobil. Kanaya, dan Tania patuh, masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Mereka tahu suasana hati ibunya sedang sedih karena perbuatan ayah mereka tadi. Beberapa kali kedua anak itu mengecup pipi Vania yang sedang menyalakan mesin mobilnya. "Ma, jangan sedih! Papa jahat! Kami tidak mau papa lagi!" ucap Tania sambil mengusap pipi Vania dari kursi belakang mobil. "Papa keterlaluan! Mama tidak apa-apa kan? Ma, kami akan selalu di sisi mama. Mama jangan sedih ya!" sambung Kanaya yang disambut anggukan kepala dan senyum dari Vania."Kalian duduklah yang benar! Mama akan mengendarai mobil. Pakai juga sabuk pengaman kalian! Tidak usah dipikirkan

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 55

    Mendengar suara hening dari seberang telepon, Candra pun kembali bicara untuk membujuk Vania ke rumah sakit. "Vania, aku mohon! Datanglah ke rumah sakit untuk menjenguk Irma! Walaupun kamu benci dia, tapi tolong lakukan ini untuk bayi dalam kandungannya," ucap Candra, lirih. "Dia kesakitan. Dia berada di ruang ICU. Lalu apa gunanya aku ada di rumah sakit? Yang diperlukan Irma sekarang hanya kamu, dan dokter. Dia tidak butuh aku berada di sisinya. Kalau dia lihat aku, takutnya dia malah makin parah. Jadi, jangan memintaku menemuinya, karena dia hanya akan semakin marah kalau aku ada di sekitarnya. Sudah Mas, aku capek! Aku tutup dulu teleponnya!" ucap Vania sambil mematikan panggilan telepon itu. Vania menghela nafas panjang. Sudah banyak hal terjadi pada dirinya, masih saja tidak bisa melepaskan keterikatan dia dengan Candra juga Irma. Jelas-jelas setiap kali melihat mereka bersama, dialah orang yang paling dikecewakan dan harus menahan sakit hati berkali-kali. Namun setelah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status