Home / Romansa / JODOHKU GURU GALAK / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of JODOHKU GURU GALAK: Chapter 61 - Chapter 70

123 Chapters

61. Sebuah Titik Terang

Langit di luar sudah berubah keabu-abuan, tanda bahwa malam semakin larut. Namun, di dalam ruangan itu, atmosfer masih sama tegangnya. Hilman terus mengetik di depan komputer, sementara Regas memandangi Adhinata yang terlihat semakin gelisah.Adhinata memegang ponselnya erat, pesan terakhir dari pengirim anonim itu berulang kali muncul dalam pikirannya.Sedang menikmati kejutan dariku? Ini baru permulaan. Siap-siap untuk kejutan berikutnya, ya.Kata-kata itu seperti jarum yang menusuk, menyiratkan ancaman lebih besar yang sedang menanti."Lo kenal seseorang yang mungkin dendam sama lo, Kak?" tanya Regas akhirnya, memecah keheningan.Adhinata menggeleng perlahan. "Enggak ada. Maksud gue, gue enggak pernah punya masalah yang serius sama siapa pun."Hilman berhenti mengetik dan menatap Adhinata. "Bisa jadi ini bukan cuma tentang lo. Bisa aja soal cewek lo, atau bahkan sepupu lo ini. Malah, ada kemungkinan, cewek lo target utamanya, dan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

62. Sidang Tak Terduga

Mentari pagi menembus kaca-kaca jendela besar SMA Cakrawala, tetapi suasana hari itu jauh dari cerah. Sepanjang koridor, tatapan penuh tuduhan mengiringi langkah Nadira, yang hari ini datang bersama sang ayah. Pak Wirawan mendapat panggilan oleh kepala sekolah.Awalnya Adhinata ingin datang menjemput, tetapi Pak Wirawan melarang. Pria paruh baya itu sudah paham kasus apa yang menimpa putrinya dan tak ingin masalah semakin runyam jika Adhinata dan Nadira datang ke sekolah bersamaan."Itu Nadira, 'kan? Yang fotonya nyebar itu?" bisik-bisik para siswa yang sebelumnya tak begitu mengenal Nadira."Iya, gak tahu malu banget. Berani-beraninya begituan sama Pak Nata. Sama Regas juga," sahut lainnya."Iya, loh. Pakai pelet apa itu anak bisa-bisanya ngegaet guru favorit sama bintang sekolah.""Gue rasa dia kasih badan dia kali. Gak bisa nyalahin cowoknya kalau kayak gitu. Kucing mana yang bakal nolak kalau dikasih ikan asin."Nadira berjalan menunduk,
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

63. Jejak yang Terselubung

Di dalam kamar mewah bernuansa krem keemasan, Salsa duduk di tepi tempat tidurnya. Kain satin gaun rumahnya berkilau halus tertimpa sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela besar. Tangannya menggenggam ponsel, menempel di telinga, dengan nada bicara yang santai namun penuh arti."Terima kasih, Kak. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu," katanya, suaranya terdengar ringan tetapi penuh maksud tersembunyi.Di seberang, suara pria dewasa menjawab, tegas namun lembut, "Apa pun untuk adik kecilku. Kamu tahu, aku selalu ada untukmu, Salsa."Salsa tersenyum lebar, membayangkan wajah kakaknya, Evan, yang sudah bertahun-tahun menetap di luar negeri untuk mengelola perusahaan keluarga mereka. Evan adalah orang yang selalu menjadi tempatnya bergantung, baik untuk sekadar curhat hingga permintaan yang sulit ditolak. Meski hanya seorang kakak angkat, tetapi Evan akan memberikan segalanya untuk Salsa."Jadi ...." Evan melanjutkan, "akun itu sudah
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

64. Larut Bersama Hujan

Adhinata berbaring pada sofa kecil di sudut kamar Nadira, berusaha menyesuaikan posisi tubuh agar bisa beristirahat. Matanya terasa berat setelah sehari penuh menghadapi permasalahan yang tak kunjung reda.Ini saja dia bisa berada di sini karena permintaan Pak Wirawan. Nadira butuh didampingi setelah sangat syok karena mengetahui Salsa—sang sahabat, adalah dalang dari permasalahan ini. Akhirnya, Adhinata mengurungkan niat untuk turut serta ke kantor polisi. Biar Regas saja yang mengambil alih. Toh, dia sudah menyerahkan bukti dan keterangan yang dirasa penting.Pandangan mata Adhinata melayang pada Nadira yang terlelap di atas ranjang, wajahnya tampak damai meski tadi sempat menangis hebat. Adhinata tahu gadis itu kelelahan—secara fisik dan mental. Perasaannya bercampur antara kasihan dan bersalah. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan semua ini terjadi?Adhinata baru saja hampir telelap, ketika ponselnya yang tergenggam di tangan tiba-tiba bergetar,
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

65. Pengakuan dan Penebusan

Suasana di kantor polisi pagi itu masih terasa sibuk meski hujan terus mengguyur kota. Adhinata melangkah masuk ke dalam gedung, disambut oleh suasana yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia datang atas panggilan pihak kepolisian untuk memberikan keterangan tambahan, sekaligus mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan kasus yang melibatkan Salsa.Petugas di meja depan menyambutnya dengan ramah. "Selamat pagi, Pak Adhinata. Silakan masuk. Bapak sudah ditunggu oleh penyidik di ruangan Reskrim," ujar petugas dengan sopan, setelah memeriksa identitasnya.Adhinata mengangguk dan mengikuti petugas menuju ruangan yang dimaksud. Dalam perjalanan, ia melihat berbagai aktivitas polisi yang tengah bekerja menangani beragam kasus. Suara mesin tik, telepon berdering, dan percakapan serius terdengar di mana-mana.Di ruangan Reskrim, seorang perwira muda bernama Inspektur Eka menyambutnya. Inspektur Eka adalah penyidik utama dalam kasus yang melibatkan Salsa. Waja
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

66. Dalam Dekapan Cinta

Nadira memandang cermin di kamar tidurnya dengan napas tertahan. Gaun sederhana berwarna lavender yang dikirimkan Adhinata, membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ia biarkan tergerai, hanya dihiasi jepit mutiara kecil di sisi kanan. Meski enggan, Nadira tak ingin mengecewakan Adhinata yang berkata akan memberikan kejutan malam ini.Namun, hatinya masih bergetar. Trauma atas kejadian kemarin masih menyisakan jejak. Pandangan sinis yang ia terima di sekolah, komentar tajam di media sosial sebelum video klarifikasi Salsa diunggah, membuatnya enggan keluar rumah terlalu lama. Ia bahkan menghindari pusat perhatian, termasuk restoran.Karena itu, Adhinata menjanjikan akan membawanya ke tempat spesial, jauh dari keramaian.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Rara, Adhinata sudah datang." Itu suara ayahnya, Pak Wirawan.Nadira menarik napas panjang sebelum menjawab, "Iya, Ayah. Aku turun."Saat ia menuruni tangga, matanya langsung bertemu dengan
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

67. Terperangkap Kehangatan

"Jam berapa, Mas?" Nadira bertanya pelan, masih bersandar di dada Adhinata.Adhinata melirik jam tangannya. "Sebelas malam, lebih sedikit."Nadira langsung menegakkan tubuhnya. "Ya ampun, sudah malam banget. Aku harus pulang sekarang, Mas."Adhinata tersenyum kecil, lalu memandang ke arah jendela. Hujan masih turun deras, suara gemericiknya memantul di dinding-dinding rumah. "Sepertinya tidak sekarang, Nadira. Lihat itu, hujannya malah tambah deras."Nadira berdiri dan melangkah ke arah pintu depan. Saat membuka pintu, angin dingin menerpa wajahnya, dan suara hujan semakin terdengar jelas. Air hujan yang turun begitu deras membasahi teras, bahkan hampir masuk ke dalam rumah. Nadira menarik napas panjang dan kembali menutup pintu."Gimana? Mau nekat lari ke mobil?" tanya Adhinata sambil menyilangkan tangan di depan dada, nada bicaranya menggoda.Nadira mendelik. "Mas, sih. Mobilnya tadi diparkir jauh. Mana mungkin kita lari ke sana tanpa basa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

68. Dalam Belenggu Dingin

Adhinata melangkah masuk ke ruang rapat besar PT Wana Elektronika dengan semangat yang jarang terlihat. Wajahnya berseri, senyum kecil tersungging sejak pagi. Hujan semalam hingga pagi yang memaksa dirinya dan Nadira tinggal di rumah kecil itu menjadi pengalaman tak terlupakan. Setiap kali membayangkan wajah Nadira yang merona sepanjang malam, dada Adhinata terasa hangat.Sekretarisnya yang sedang menata dokumen presentasi, menatap Adhinata dengan takjub. "Pak Adhinata, pagi ini kelihatannya cerah sekali, ya," komentarnya ragu.Adhinata menoleh, tersenyum ramah. "Iya, pagi yang indah, kan? Ayo kita mulai."Rapat pagi itu berlangsung dengan suasana yang berbeda. Biasanya, Adhinata dikenal tegas dan kaku, tetapi hari ini ia lebih santai, bahkan menyisipkan beberapa candaan kecil yang membuat para staf tersenyum."Jadi, untuk target kuartal ini, kita fokus pada peningkatan produksi komponen elektronik dengan efisiensi lebih baik. Ada usulan?" tanyanya sambil
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

69. Jerat Trauma

Adhinata melangkah masuk ke area gelanggang renang dengan langkah tegas, meskipun tubuhnya terasa berat. Gelanggang itu sepi, karena tidak ada event apa pun. Hanya ada suara gemericik air yang memantul di dinding-dinding besar. Hidungnya menangkap aroma khas klorin yang selalu membuat dadanya terasa sesak, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram tenggorokannya. Tapi kali ini, tekadnya lebih kuat daripada rasa takut yang selalu membayanginya.Dia berhenti sejenak, memejamkan mata dan mengatur napas. Lalu melangkah lebih dalam ke arah kolam renang utama. Ia bermaksud tidak akan memperhatikan sekitar. Ia hanya akan memusatkan fokusnya pada Nadira nantinya. Agar tak memicu datangnya bayang-bayang masa lalu yang kelam."It's ok, Nata. Tidak ada apa-apa di sini. Kamu akan baik-baik saja," gumamnya pada diri sendiri.Pria yang kini hanya memakai kemeja putih dengan dua kancing teratas terbuka itu melangkah mantap, menguatkan tekad. Jas dan dasinya ia
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

70. Psychogenic Shock

Ruang gawat darurat di rumah sakit itu sibuk dengan aktivitas. Tim medis bergegas menangani pasien-pasien yang datang dengan berbagai kondisi darurat, tetapi suasana mendadak terasa lebih tegang ketika Adhinata dibawa masuk. Tubuhnya masih basah dan dingin, dengan wajah pucat yang nyaris tanpa warna.Nadira berdiri tak jauh, tubuhnya bergetar dalam balutan hoodie miliknya. Mata gadis itu sembap, terus memandangi Adhinata yang dibawa masuk ke ruang penanganan dengan peralatan medis menyertainya.Tadi, pelatih renangnya, Pak Baskara, yang tiba setelah mendapat telepon dari Regas, terkejut melihat apa yang terjadi di gelanggang renang. Dia sempat menenangkan Nadira. Pria paruh baya itu langsung memeriksa situasi, lalu menghubungi ambulans dengan nada panik setelah melihat keadaan Adhinata yang tak sadarkan diri dan wajahnya yang benar-benar pucat. Baskara bahkan harus menahan emosi saat mendengar penjelasan Nadira yang terpotong-potong karena tangis.Kini,
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status