Home / Romansa / JODOHKU GURU GALAK / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of JODOHKU GURU GALAK: Chapter 81 - Chapter 90

123 Chapters

81. Perawat Baru, Masalah Baru

Keesokan harinya, sesuai kesepakatan, Dokter Adrian dan tim melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Adhinata. Hasilnya memuaskan, seperti yang sudah diperkirakan Adrian. Tidak ada tanda-tanda komplikasi fisik, dan kondisi Adhinata cukup stabil untuk meninggalkan rumah sakit.Namun, suasana di kamar rawat itu tetap tegang. Adhinata duduk di tepi tempat tidur, mengenakan pakaian kasual sederhana—kaus abu-abu dan celana bahan hitam—yang telah disiapkan oleh Adrian. Di hadapannya, Adrian berdiri dengan tangan terlipat di dada, sementara Dokter Irawan memegang sebuah clipboard, mencatat sesuatu dengan serius."Semua hasil tes bagus. Anda boleh pulang hari ini," ujar Dokter Irawan sambil menutup clipboard-nya. "Tapi seperti yang sudah disepakati, ada syaratnya."Adhinata hanya mendengkus pelan. "Saya tahu. Perawat di rumah, kan? Kalau itu yang diperlukan, baiklah."Adrian tidak langsung menyahut. Ia hanya mengangkat alis, menatap keponakannya yang jelas tidak antusias dengan keputusan ini
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

82. Menjaga Perasaan

"Mas Nata?!"Nadira mematung di ambang pintu, pandangannya terpaku pada tangan Siska yang masih sibuk mengusap noda basah di dada Adhinata. Suasana seketika berubah canggung. Adhinata menoleh cepat ke arah Nadira, wajahnya memancarkan keterkejutan, diikuti rasa tak nyaman yang sulit disembunyikan."Nadira?" suara Adhinata serak, seperti baru saja kehilangan kendali atas situasi.Siska menyadari kehadiran Nadira dan segera menarik tangannya dari dada Adhinata, menyadari posisi mereka bisa disalahartikan. Dia berdiri dengan kaku dan memberi anggukan sopan."Ada tamu rupanya," gumam Siska."Tamu?!" Nadira terpekik. Dia calon istri Adhinata dibilang tamu, lalu apa yang dilakukan wanita tak dikenal ini bersama calon suaminya?!Menyadari atmosfer yang berubah, Siska pun buru-buru pamit."Maaf, saya permisi dulu kalau begitu," ucap Siska dengan suara tenang, sembari meraih nampan di atas nakas dan membawanya keluar.Kini hanya ada Nadira dan Adhinata di kamar itu. Gadis itu masih berdiri di
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

83. Simpul Kepercayaan

Sore itu, meskipun ketegangan antara Nadira dan Adhinata mulai mereda, suasana tetap terasa sedikit canggung. Nadira memilih duduk di sofa kecil di sisi kamar, mengamati Adhinata yang kini terlihat lebih santai. Namun, di dalam hatinya, dia masih merasa ada sesuatu yang mengganjal."Mas, boleh aku di sini lebih lama?" tanya Nadira, mencoba memecah keheningan.Adhinata mengangkat pandangannya dari buku yang baru saja dibuka. "Kamu nggak perlu nanya, Sayang. Tentu boleh. Tapi nggak ada yang cari kamu di rumah? Sudah bilang ayah, Mbok Ras, sama Pak Supri?""Ayah, sih, gampang nanti aku WA. Kalau Pak Supri, mah, udah tahu. Kan tadi Pak Supri yang nganter ke sini. Aku bilang mau menjenguk Mas juga pas telepon Mbok Ras. Dan mereka ngerti. Lagi pula, aku bawa baju ganti kok, jadi nggak perlu buru-buru pulang," jawab Nadira sambil menunjukkan tas sekolah yang dibawanya tampak menggembung besar."Itu tas dari saya?" Adhinata tak dapat menyembunyikan senyum
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

84. Dalam Gelap, Dalam Dekap

"Mas, aku nginep sini, boleh, ya?"Adhinata mendongak mendengar Nadira bicara demikian. Pria itu tersenyum samar, lalu bertanya, "Kenapa?""Ya enggak kenapa-napa." Gadis itu malas menjelaskan. Masa iya, gitu aja gak peka, sih, Mas?!"Apa yang kamu khawatirkan?" pancing Adhinata."Enggak khawatirin apa-apa, sih. Pengin aja. Kangen masa-masa nginep di sini." Gadis itu berkilah.Adhinata tertawa kecil. "Kalau kamu takut saya dan Siska ngapa-ngapain, tenang aja, nanti Om Adrian ke sini."Nadira menunduk, memainkan ujung baju, "Mas segitu gak maunya, ya, aku nginep di sini.""Hei, bukan begitu," ujar Adhinata lembut. Lalu dia meminta Nadira mendekat, duduk di sampingnya, yang kini bersandar kepala ranjang. Sang gadis yang semula duduk di sofa pun tak menolak."Kamu kan harus belajar, harus nyiapin jadwal buat besok sekolah, dan harus istirahat dengan benar. Biar fit pas latihan renang. Kalau di sini, nanti yang ada s
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

85. Bocil vs Susis

Pagi datang dengan tenang, meninggalkan hujan deras dan mati lampu semalam sebagai cerita. Matahari mulai menyusup ke sela tirai kamar Adhinata, menyinari ruangan sederhana yang kini dipenuhi kehangatan dengan penghuni tambahan.Adhinata sudah terjaga lebih dulu, duduk bersandar di ranjangnya sambil menatap Nadira yang masih tertidur di sofa kecil di pojok kamar. Gadis itu tampak lelap dengan posisi meringkuk, memeluk bantal dengan wajah polos. Semalam Adhinata meminta Nadira ikut tidur bersamanya di ranjang, tetapi gadis itu menolak."Tidurnya kayak anak kecil, tapi keras kepala seperti ibu-ibu," gumam Adhinata sambil tersenyum tipis.Tak lama, Nadira menggeliat pelan, kelopak matanya membuka perlahan. Dia memandang ke arah Adhinata yang menatapnya. "Mas udah bangun? Kok nggak bangunin aku?" tanyanya dengan suara serak khas baru bangun tidur."Kan katanya mau nemenin dan jagain saya. Harusnya kamu yang bangun duluan," balas Adhinata sambil tersen
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

86. Maaf yang Tertunda

Pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi medan perang dingin di halaman rumah Adhinata. Nadira, masih dengan wajah cemberut, berjongkok di dekat pagar rumah sederhana itu, sibuk mencabuti rumput liar. Bukan karena tiba-tiba dia cinta berkebun, tapi lebih karena butuh pelampiasan untuk rasa kesalnya."Dasar cowok gak jelas! Masa tunangan sendiri dibilang cuma murid. Bisa-bisanya sesantai itu tanpa mikirin perasaanku," gumamnya sambil mencabut rumput dengan tenaga yang seolah mewakili perasaannya."Apa susahnya bilang kalau aku ini tunangannya?! Menyebalkan." Nadira masih saja mendumal.Rumput-rumput liar itu tak bersalah, tapi nasib mereka sungguh tragis pagi ini.Dari ambang pintu rumah, Adhinata yang tadi mengejar Nadira, berhenti sejenak. Melihat sang gadis yang sedang ngambek sambil mencabuti rumput liar membuatnya menghela napas panjang."Ya Tuhan, kenapa saya harus menghadapi drama seperti ini pagi-pagi?" gumamnya sebelum akhirnya
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

87. Pelarian dan Kejutan

Adhinata berdiri di tempatnya, menatap jalan yang sudah kosong setelah motor Regas melaju menjauh. Ada perasaan tidak nyaman di dadanya, seperti campuran kesal, khawatir, dan sedikit bingung. Nadira benar-benar membuatnya mati gaya hari ini.Ia menggaruk kepala, lalu kembali ke rumah dengan langkah gontai. Siska, yang tadi memperhatikan dari jendela, menyambutnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu."Tuan tidak apa-apa?" tanya Siska."Apa-apa." Adhinata menyahut cepat.Siska mengerutkan keningnya, lantas bertanya, "Apa-apa bagaimana, ya, Tuan?"Adhinata berdecak. Mengurungkan niat semula yang ingin ganti celana dan mencuci kaki yang kotor oleh tanah. "Kamu nggak lihat, saya sama dia ribut barusan? Bukannya kamu mengintip dari jendela?!"Ups. Siska ketahuan.Wanita itu menggaruk tengkuknya. "I—iya, Tuan. Maaf, saya tidak sengaja. Uhm, tapi yang tadi itu ... beneran murid Tuan Nata atau ...?" Siska menggantungkan pertanya
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

88. Menjaga Kepercayaan

Adhinata berdiri di depan kelas dengan aura serius, memegang spidol di tangan kanannya. Setelah menyapa para siswa, ia mulai menuliskan materi di papan tulis dengan gerakan yang teratur.Beberapa siswa menanyakan keadaannya, dan dia balas dengan santai serta mengucapkan terima kasih atas kepedulian mereka.Nadira masih terpaku di tempat duduknya. Gadis itu berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Adhinata di sini? Apa dia benar-benar sudah pulih? Dan yang lebih membuat Nadira terkejut, bagaimana pria itu bisa bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa pagi tadi?"Nadira. Berani sekali kamu melamun di jam mata pelajaran saya!" Suara Adhinata yang tegas memecah lamunan gadis itu.Nadira terkesiap. "Eh, iya, Pak. Saya fokus, kok," jawabnya gugup sambil buru-buru membuka bukunya. Dia masih kesal dengan sang pria, tetapi dia sadar di sini bukan area untuk 'mode pacar'. Walau bagaimanapun, dia tetaplah harus bersikap hormat sebagaimana murid
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

89. Senja dan Sebuah Tekad

Langit sore berwarna jingga kemerahan ketika Adhinata menunggu Nadira di gerbang sekolah. Selesai jam pelajaran tadi, gadisnya itu berpamitan untuk latihan renang. Dan Adhinata memilih diam di ruang BK menunggu gadis itu selesai latihan, sembari memeriksa beberapa laporan perusahaan yang dikirim oleh sekretarisnya.Beberapa saat lalu, Nadira mengirim pesan bahwa dia sudah selesai latihan dan minta diantar pulang. Maka, di sinilah Adhinata sekarang. Di depan gerbang sekolah, dengan santai bersandar di kap mobilnya. Adhinata melipat kedua tangan di depan dada, dan menatap ke arah biasanya sang gadis muncul dengan riang.Ketika akhirnya Nadira berjalan menghampirinya, Adhinata membuka pintu mobil, mempersilakannya masuk. "Ayo, kita jalan-jalan sebentar," ucapnya ringan."Ke mana, Mas?" tanya Nadira, menaikkan satu alis curiga."Rahasia. Kamu ikut saja," jawab Adhinata sambil menyunggingkan senyum misterius.Meski penasaran, Nadira tidak bert
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

90. Mengurai Trauma

Adhinata memarkir mobilnya di halaman rumah dengan perasaan campur aduk. Perjalanan mengantar Nadira pulang tadi cukup menyenangkan, meskipun meninggalkan sedikit kegelisahan di hatinya. Ia belum bisa berhenti memikirkan janji pada diri sendiri untuk datang diam-diam ke kompetisi renang Nadira. Namun lagi-lagi dia meragukan kemampuannya apakah benar sudah lepas dari jerat trauma?Saat ia hendak keluar dari mobil, matanya langsung tertuju pada sebuah mobil hitam yang terparkir di dekat pintu rumah. Mobil itu tidak asing baginya. Ya, itu adalah kendaraan milik Adrian.Adhinata mendesah panjang. "Dia lagi ...," gumamnya sambil mematikan mesin mobil.Adrian berdiri di depan pintu rumah dengan tangan bersilang di dada. Ekspresi wajahnya keras, seolah sedang bersiap untuk menginterogasi tersangka."Cepat buka pintunya!" seru Adrian dari kejauhan.Adhinata memutar bola mata, merasa kesal karena harus berhadapan dengan pria itu setelah seharian p
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status