Home / Romansa / JODOHKU GURU GALAK / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of JODOHKU GURU GALAK: Chapter 91 - Chapter 100

123 Chapters

91. Terima Kasih, Cinta

Pagi itu, Adhinata berdiri di depan pintu masuk rumah sakit dengan perasaan beragam. Langit masih terlihat cerah, dan udara pagi yang segar memberikan sedikit ketenangan dalam hati. Ia tahu ini adalah hari yang penting, hari di mana ia akan memastikan apakah tubuh dan jiwanya benar-benar pulih atau masih ada yang harus ia hadapi."Selamat pagi, Tuan Muda," suara Adrian dengan nada candaan terdengar dari belakangnya.Adhinata menoleh dan mendapati Adrian berjalan mendekat dengan jas putihnya yang rapi. Senyumnya mengembang lebar, tetapi mata dokter itu tetap tajam seperti biasa."Sudah siap?" tanya Adrian, menatap lekat sang keponakan."Siap tidak siap, harus tetap dijalani, kan?" balas Adhinata sambil mengangkat bahu.Adrian menepuk pundak keponakannya itu. "Bagus. Itu semangat yang harus kamu jaga. Ayo, langsung ke ruangan pemeriksaan."Adrian membimbing Adhinata berjalan menuju ruang pemeriksaan fisik sembari berbincang ringan
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

92. Janji Manis yang Romantis

Adhinata hanya bisa tersenyum kecil saat Nadira dengan semangat menentukan tempat mereka berkencan kali ini."Kita pergi ke tempat favoritku," katanya riang sambil menarik tangan Adhinata menuju mobil.Tidak ada penolakan dari pria itu. Saat ini, kebahagiaan Nadira adalah prioritasnya, dan ia tidak ingin merusaknya.Perjalanan menuju tempat yang Nadira maksud terasa santai, dengan obrolan ringan mengalir di antara mereka, sembari Nadira menunjukkan arah jalan. Namun, ketika mobil mereka mulai mendekati tujuan, Adhinata tiba-tiba merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Ia mengenali area ini. Di seberang jalan, tampak bangunan besar dengan tulisan Gelanggang Renang Nasional yang mencolok."Kita berhenti di sini, Mas. Udah, sini aja." Gadis itu menunjuk sebuah kedai eskrim di sisi kiri.Adhinata memarkir mobil. Dia diam sejenak, menelan ludah. Gelanggang di seberang jalan itu adalah tempat di mana trauma terbesarnya bermula, dan sekarang,
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

93. Mengumpulkan Pasukan

Ponsel Adhinata yang tergeletak di meja kantornya bergetar pelan. Ia baru saja menandatangani halaman terakhir dari setumpuk laporan keuangan PT Wana Elektronika ketika sebuah pesan masuk. Jemarinya berhenti sejenak, pandangannya beralih ke layar ponsel.Nadira:[Mas, aku sudah di gelanggang. Doakan aku, ya]Pesan singkat dari Nadira itu terasa seperti pukulan lembut di dadanya, menimbulkan debaran yang tak bisa ia abaikan. Tangannya bergetar kecil saat membaca pesan itu berulang-ulang. Ia tahu hari ini penting bagi Nadira. Kompetisi renang antar-SMA yang digelar di Gelanggang Renang Nasional bukan sekadar pertandingan biasa—ini adalah momen besar, batu loncatan untuk Nadira mengejar impiannya.Namun, bagi Adhinata, tempat itu adalah pusat traumanya. Gelanggang Renang Nasional, dengan kemegahannya yang selalu dielu-elukan, adalah saksi bisu dari peristiwa kelam yang hampir menghancurkannya dulu.Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan gelo
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

94. Langkah Sang Juara

Nadira berdiri di tepi kolam renang, jari-jarinya gemetar ketika merapikan topi renang yang sudah ia kenakan. Pakaian renang sekolahnya melekat sempurna, menonjolkan postur tubuh atletis yang ia banggakan. Kakinya menyentuh ubin dingin di sekitar kolam, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya terasa kaku—itu semua karena gemuruh sorakan penonton di tribun. Suara mereka menggema, bercampur dengan aba-aba panitia. Pandangan Nadira melintas ke tribun. Ia mencoba mencari-cari, berharap menemukan wajah yang sebenarnya ia larang untuk datang. Nadira bodoh. Enggak mungkin Mas Nata datang. Bahkan kamu sendiri yang meminta dia untuk tidak ke sini, 'kan? Kamu bilang cukup doanya saja, batin Nadira menguatkan diri, meskipun ada sudut kecil di hatinya yang berkhianat, diam-diam merindukan dan mengharap kehadiran Adhinata.Matanya terus menyisir tribun—sampai pandangannya tertumbuk pada sekumpulan wajah yang tak asing. Teman-teman sekelasnya, dengan kaus seragam dan spa
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

95. Kejutan Lainnya

Gemuruh tepuk tangan memenuhi sisi lain tepian kolam tempat kompetisi renang digelar. Nadira, yang baru saja naik podium, menerima medali dengan senyuman penuh kebanggaan. Meski hanya juara tiga, perjuangannya melewati babak demi babak kompetisi ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kemampuannya. Sertifikat penghargaan, dan simbolis hadiah uang tunai menjadi pelengkap penghormatan atas usahanya.Di antara kerumunan penonton, Adhinata berdiri dengan mata berbinar. Dia menyaksikan Nadira menerima penghargaannya dengan bangga, tetapi jauh di dalam hatinya, ada rasa lain yang menghangatkan dadanya. Ia tidak pernah menyangka, perasaan terhadap gadis itu akan berkembang secepat ini—bahkan jauh melampaui logika dan kendali dirinya.Setelah prosesi selesai, Adhinata menahan diri untuk tidak langsung menghampiri Nadira yang masih sibuk menerima ucapan selamat dari teman-teman dan beberapa guru. Nadira bahkan menyempatkan berfoto dengan ayahnya. Lalu, dilanjutkan meng
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

96. Villa Kahyangan

"Si ... siapa kamu?"Suara Nadira bergetar ketika ia menatap pria yang berdiri di ambang pintu.Pria itu membungkukkan badan dengan sopan. Rambutnya hitam, rapi, dan setelan sederhana yang ia kenakan memberi kesan profesional."Saya suruhan Tuan Adhinata, Nona," ucapnya dengan nada tenang seraya menegakkan badan. "Saya datang untuk memastikan Anda bersiap. Tuan Adhinata sedang menunggu Anda."Nadira menatap pria itu dengan bingung, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Bersiap untuk apa? Mas Nata di mana sekarang?"Pria itu tidak menjawab pertanyaan terakhir, hanya tersenyum kecil. "Nanti Anda akan tahu, Nona. Sekarang, saya akan memanggil seseorang untuk membantu Anda."Ia melangkah ke samping, dan seorang wanita muncul dari belakangnya. Penampilannya menarik perhatian Nadira. Rambut wanita tersebut yang ditata rapi, seragam hitam dengan apron putih bersih, dan senyum hangat yang menyapa Nadira dengan ramah. Wanita itu
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

97. Piknik Tengah Malam

"Mas Nata."Nadira memanggilnya dengan suara lirih, hampir seperti bisikan. Ia melangkah maju, seakan-akan kaki kecilnya ditarik oleh magnet yang tak terlihat. Adhinata, yang masih duduk di balik piano, memandangnya dengan lembut. Senyumnya samar tetapi penuh makna."Sudah selesai, mengagumi ketampanan saya?" Adhinata berdiri perlahan. Tubuhnya tegap di bawah sinar lampu kecil yang menggantung di atas mereka. Smirk di sudut bibir menggambarkan betapa ia puas melihat reaksi gadisnya.Nadira tertawa kecil, lebih karena gugup daripada lucu. "Maaf, aku masih nggak nyangka Mas ngelakuin semua ini buat aku.""Buat siapa lagi?" Adhinata menyandarkan tangan di pinggir piano, memiringkan kepala sedikit. "Kalau bukan untuk kamu, saya tidak akan pernah terpikir untuk melakukan sesuatu yang bukan cerminan karakter saya."Kata-katanya sederhana, tapi caranya bicara membuat jantung Nadira berdebar lebih kencang. Ia berdiri beberapa langkah darinya seka
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

98. Harga Sebuah Tanggung Jawab

"Mas, sebenarnya ada apa?"Suara Nadira memecah keheningan tegang di dalam mobil. Ia menatap Adhinata yang duduk di kursi kemudi, wajahnya tampak serius, bahkan lebih serius daripada biasanya. Tidak ada jawaban. Hanya deru mesin yang menggema di telinganya.Adhinata memegang kemudi dengan erat, jemarinya hampir memutih. Napasnya sedikit tersengal, sisa dari kepanikan yang ia coba redam. Matanya terpaku ke jalan di depannya, sementara kakinya menginjak pedal gas lebih dalam, membuat mobil melaju dengan kecepatan tinggi."Mas!" Nadira kembali memanggil, kini dengan nada yang lebih keras.Adhinata akhirnya berbicara, tapi bukan jawaban yang Nadira harapkan. "Saya tidak bisa mengantar kamu sampai rumah.""Apa? Kenapa, Mas?" Nadira memandangnya dengan alis terangkat, bingung sekaligus cemas."Saya minta tolong, kamu hubungi Pak Supri. Minta dia jemput kamu di dekat lampu merah simpang kota."Nadira terdiam sejenak, tetapi han
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

99. Tragedi Malam Ini

Adhinata duduk, menatap dua tangannya yang bergetar. Noda hitam masih melekat di sana, bahkan di pakaian dan wajahnya. Ada luka terbuka di lengan kanan, yang tidak ia hiraukan. Luka bakar dan goresan yang cukup dalam. Dia mendapatkan luka itu saat seorang petugas penyelamat menariknya menjauh ketika terjadi ledakan dan dia terjatuh di antara puing bangunan.Mata Adhinata kosong. Seperti jiwa di dalamnya telah melayang pergi. Di sekitar area evakuasi, suara ambulans memecah kesunyian malam. Bersahut-sahutan dengan isak tangis korban selamat. Cahaya merah biru dari lampu kendaraan darurat, menari di wajahnya. Memantulkan jejak air mata dari tangis tanpa suara."Nata."Suara Pak Wirawan memecah lamunannya. Pria paruh baya itu berjalan mendekat dengan langkah berat. Matanya mengisyaratkan kelelahan dan duka yang mendalam. Ia berjongkok di hadapan Adhinata. Menatap langsung ke mata pemuda yang selama ini ia anggap sebagai calon menantu sekaligus pewaris masa de
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

100. Meminjam Kekuatan

"Mas Nata, ini sakit."Nadira meringis kecil, lalu bibirnya sedikit mengerucut. Dia duduk meluruskan kaki di atas ranjang rumah sakit dengan kaki kanan yang terbalut perban tebal. Meski luka bakar dan goresannya tergolong ringan, sikap manjanya tidak ketulungan.Adhinata yang duduk di samping brankar, langsung berdiri panik. "Sakit di bagian mana? Saya panggilkan dokter, ya."Nadira menggeleng. "Maunya Mas Nata aja."Adhinata menghela napas, lalu duduk di pinggir ranjang. Matanya lekat menatap wajah Nadira. Namun, setelah itu, ia justru memalingkan pandang dan diam.Saat malam kebakaran, Adhinata berlari ke area puing-puing bangunan. Dan benar saja, Nadira di sana. Terperangkap di antara puing panas yang runtuh dari atas. Beruntung Nadira sempat menghindar, dan tidak seutuhnya tertimpa. Meski begitu, kakinya sempat tergores dan panas dari benda yang mengenainya membuat sebagian kulit melepuh dan mengelupas. Untungnya dokter bilang, kulit
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more
PREV
1
...
8910111213
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status