Beranda / Romansa / JODOHKU GURU GALAK / 64. Larut Bersama Hujan

Share

64. Larut Bersama Hujan

Penulis: Elita Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 18:00:00

Adhinata berbaring pada sofa kecil di sudut kamar Nadira, berusaha menyesuaikan posisi tubuh agar bisa beristirahat. Matanya terasa berat setelah sehari penuh menghadapi permasalahan yang tak kunjung reda.

Ini saja dia bisa berada di sini karena permintaan Pak Wirawan. Nadira butuh didampingi setelah sangat syok karena mengetahui Salsa—sang sahabat, adalah dalang dari permasalahan ini. Akhirnya, Adhinata mengurungkan niat untuk turut serta ke kantor polisi. Biar Regas saja yang mengambil alih. Toh, dia sudah menyerahkan bukti dan keterangan yang dirasa penting.

Pandangan mata Adhinata melayang pada Nadira yang terlelap di atas ranjang, wajahnya tampak damai meski tadi sempat menangis hebat. Adhinata tahu gadis itu kelelahan—secara fisik dan mental. Perasaannya bercampur antara kasihan dan bersalah. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan semua ini terjadi?

Adhinata baru saja hampir telelap, ketika ponselnya yang tergenggam di tangan tiba-tiba bergetar,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • JODOHKU GURU GALAK   65. Pengakuan dan Penebusan

    Suasana di kantor polisi pagi itu masih terasa sibuk meski hujan terus mengguyur kota. Adhinata melangkah masuk ke dalam gedung, disambut oleh suasana yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia datang atas panggilan pihak kepolisian untuk memberikan keterangan tambahan, sekaligus mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan kasus yang melibatkan Salsa.Petugas di meja depan menyambutnya dengan ramah. "Selamat pagi, Pak Adhinata. Silakan masuk. Bapak sudah ditunggu oleh penyidik di ruangan Reskrim," ujar petugas dengan sopan, setelah memeriksa identitasnya.Adhinata mengangguk dan mengikuti petugas menuju ruangan yang dimaksud. Dalam perjalanan, ia melihat berbagai aktivitas polisi yang tengah bekerja menangani beragam kasus. Suara mesin tik, telepon berdering, dan percakapan serius terdengar di mana-mana.Di ruangan Reskrim, seorang perwira muda bernama Inspektur Eka menyambutnya. Inspektur Eka adalah penyidik utama dalam kasus yang melibatkan Salsa. Waja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • JODOHKU GURU GALAK   66. Dalam Dekapan Cinta

    Nadira memandang cermin di kamar tidurnya dengan napas tertahan. Gaun sederhana berwarna lavender yang dikirimkan Adhinata, membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ia biarkan tergerai, hanya dihiasi jepit mutiara kecil di sisi kanan. Meski enggan, Nadira tak ingin mengecewakan Adhinata yang berkata akan memberikan kejutan malam ini.Namun, hatinya masih bergetar. Trauma atas kejadian kemarin masih menyisakan jejak. Pandangan sinis yang ia terima di sekolah, komentar tajam di media sosial sebelum video klarifikasi Salsa diunggah, membuatnya enggan keluar rumah terlalu lama. Ia bahkan menghindari pusat perhatian, termasuk restoran.Karena itu, Adhinata menjanjikan akan membawanya ke tempat spesial, jauh dari keramaian.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Rara, Adhinata sudah datang." Itu suara ayahnya, Pak Wirawan.Nadira menarik napas panjang sebelum menjawab, "Iya, Ayah. Aku turun."Saat ia menuruni tangga, matanya langsung bertemu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • JODOHKU GURU GALAK   67. Terperangkap Kehangatan

    "Jam berapa, Mas?" Nadira bertanya pelan, masih bersandar di dada Adhinata.Adhinata melirik jam tangannya. "Sebelas malam, lebih sedikit."Nadira langsung menegakkan tubuhnya. "Ya ampun, sudah malam banget. Aku harus pulang sekarang, Mas."Adhinata tersenyum kecil, lalu memandang ke arah jendela. Hujan masih turun deras, suara gemericiknya memantul di dinding-dinding rumah. "Sepertinya tidak sekarang, Nadira. Lihat itu, hujannya malah tambah deras."Nadira berdiri dan melangkah ke arah pintu depan. Saat membuka pintu, angin dingin menerpa wajahnya, dan suara hujan semakin terdengar jelas. Air hujan yang turun begitu deras membasahi teras, bahkan hampir masuk ke dalam rumah. Nadira menarik napas panjang dan kembali menutup pintu."Gimana? Mau nekat lari ke mobil?" tanya Adhinata sambil menyilangkan tangan di depan dada, nada bicaranya menggoda.Nadira mendelik. "Mas, sih. Mobilnya tadi diparkir jauh. Mana mungkin kita lari ke sana tanpa basa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • JODOHKU GURU GALAK   68. Dalam Belenggu Dingin

    Adhinata melangkah masuk ke ruang rapat besar PT Wana Elektronika dengan semangat yang jarang terlihat. Wajahnya berseri, senyum kecil tersungging sejak pagi. Hujan semalam hingga pagi yang memaksa dirinya dan Nadira tinggal di rumah kecil itu menjadi pengalaman tak terlupakan. Setiap kali membayangkan wajah Nadira yang merona sepanjang malam, dada Adhinata terasa hangat.Sekretarisnya yang sedang menata dokumen presentasi, menatap Adhinata dengan takjub. "Pak Adhinata, pagi ini kelihatannya cerah sekali, ya," komentarnya ragu.Adhinata menoleh, tersenyum ramah. "Iya, pagi yang indah, kan? Ayo kita mulai."Rapat pagi itu berlangsung dengan suasana yang berbeda. Biasanya, Adhinata dikenal tegas dan kaku, tetapi hari ini ia lebih santai, bahkan menyisipkan beberapa candaan kecil yang membuat para staf tersenyum."Jadi, untuk target kuartal ini, kita fokus pada peningkatan produksi komponen elektronik dengan efisiensi lebih baik. Ada usulan?" tanyanya sambil

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • JODOHKU GURU GALAK   69. Jerat Trauma

    Adhinata melangkah masuk ke area gelanggang renang dengan langkah tegas, meskipun tubuhnya terasa berat. Gelanggang itu sepi, karena tidak ada event apa pun. Hanya ada suara gemericik air yang memantul di dinding-dinding besar. Hidungnya menangkap aroma khas klorin yang selalu membuat dadanya terasa sesak, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram tenggorokannya. Tapi kali ini, tekadnya lebih kuat daripada rasa takut yang selalu membayanginya.Dia berhenti sejenak, memejamkan mata dan mengatur napas. Lalu melangkah lebih dalam ke arah kolam renang utama. Ia bermaksud tidak akan memperhatikan sekitar. Ia hanya akan memusatkan fokusnya pada Nadira nantinya. Agar tak memicu datangnya bayang-bayang masa lalu yang kelam."It's ok, Nata. Tidak ada apa-apa di sini. Kamu akan baik-baik saja," gumamnya pada diri sendiri.Pria yang kini hanya memakai kemeja putih dengan dua kancing teratas terbuka itu melangkah mantap, menguatkan tekad. Jas dan dasinya ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • JODOHKU GURU GALAK   70. Psychogenic Shock

    Ruang gawat darurat di rumah sakit itu sibuk dengan aktivitas. Tim medis bergegas menangani pasien-pasien yang datang dengan berbagai kondisi darurat, tetapi suasana mendadak terasa lebih tegang ketika Adhinata dibawa masuk. Tubuhnya masih basah dan dingin, dengan wajah pucat yang nyaris tanpa warna.Nadira berdiri tak jauh, tubuhnya bergetar dalam balutan hoodie miliknya. Mata gadis itu sembap, terus memandangi Adhinata yang dibawa masuk ke ruang penanganan dengan peralatan medis menyertainya.Tadi, pelatih renangnya, Pak Baskara, yang tiba setelah mendapat telepon dari Regas, terkejut melihat apa yang terjadi di gelanggang renang. Dia sempat menenangkan Nadira. Pria paruh baya itu langsung memeriksa situasi, lalu menghubungi ambulans dengan nada panik setelah melihat keadaan Adhinata yang tak sadarkan diri dan wajahnya yang benar-benar pucat. Baskara bahkan harus menahan emosi saat mendengar penjelasan Nadira yang terpotong-potong karena tangis.Kini,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • JODOHKU GURU GALAK   71. Pangeran Tidur

    Malam itu terasa panjang bagi semua orang di rumah sakit. Masing-masing larut dalam pikirannya, memikirkan bagaimana kondisi Adhinata yang terbaring di ICU. Namun, waktu tak pernah berhenti, dan ketika pagi mulai menyingsing, suasana perlahan berubah. Harapan kecil menyelinap di tengah kecemasan yang belum terjawab.Di dalam ICU, Adrian duduk di kursi dekat tempat tidur Adhinata. Mata dokter itu terlihat lelah setelah semalaman memantau keponakannya. Monitor di sebelah ranjang menunjukkan tanda-tanda stabil, tetapi Adrian tahu stabil tidak berarti aman. Kondisi Adhinata masih berada di titik rawan. Tekanan darahnya perlahan membaik, saturasi oksigen kembali ke angka normal, tetapi denyut jantungnya masih di bawah rata-rata. Trauma mental yang dia alami tentu tak akan mudah teratasi hanya dengan waktu semalam.Saat itu, Adrian mendengar langkah kaki mendekat. Ia menoleh dan mendapati Haidar berdiri di ambang pintu ICU. Tatapan pria itu terlihat hampa, seolah seluruh beb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • JODOHKU GURU GALAK   72. Setitik Harapan

    Pagi itu, rumah sakit masih lengang, tetapi berita tentang insiden di gelanggang renang sudah menyebar luas. Dari media sosial hingga obrolan di sekolah, nama Adhinata dan Nadira menjadi pembahasan utama. Meski insiden itu tidak diberitakan secara detail, cukup banyak yang tahu bahwa Adhinata pingsan karena berusaha menyelamatkan Nadira yang hampir tenggelam.Di koridor rumah sakit, beberapa guru dan murid yang datang untuk menjenguk berkumpul di depan ruang ICU. Wajah mereka menunjukkan keprihatinan mendalam."Saya tidak menyangka Pak Adhinata akan mengalami ini," gumam seorang guru olahraga dengan nada penuh simpati."Dia guru yang hebat. Selalu tenang, tapi jelas peduli dengan murid-muridnya. Kalau bukan karena dia, mungkin Nadira ...." Kalimat seorang guru lain terhenti, tampaknya tak tega menyelesaikan pikirannya.Beberapa murid, teman sekelas Nadira, juga berdiri di sana dengan ekspresi penuh rasa cemas. Tidak menyangka hal seperti itu terjadi pada

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26

Bab terbaru

  • JODOHKU GURU GALAK   123. Kejutan di Tengah Laut

    Pagi berikutnya datang dengan sapaan berbeda. Bukan hanya cahaya matahari yang membangunkan Nadira, tetapi deru pelan mesin kapal yang berubah nada. Ia membuka mata perlahan, menyadari bahwa Adhinata sudah tak ada di sampingnya. Hanya selimut yang masih menyimpan jejak kehangatan tubuh suaminya. Nadira mengerjap, mendapati selembar catatan kecil di atas bantal. Pagi, Istriku Sayang. Mas tunggu di atas dek. Jangan buru-buru menyusul. Nikmati pagi pelan-pelan. Hari ini, Mas punya kejutan. Nadira tersenyum. Suaminya memang lelaki penuh kejutan. "Apalagi sekarang?" gumam Nadira, bersama seulas senyuman menghias wajah. Setelah mandi dan mengenakan gaun santai berwarna pastel—yang disiapkan Adhinata di sisi ranjang, Nadira keluar dari kabin. Angin laut menyapa rambutnya yang digerai. Langkahnya ringan menuju dek utama. Di sana, Adhinata sudah menunggu, berdiri menghadap laut sambil membawa dua cangkir kopi. Saat melihat Nadira mendekat, pria itu tersenyum seperti baru pertama ka

  • JODOHKU GURU GALAK   122. Bulan Madu yang Sempurna

    Mentari pagi menyelinap lembut dari balik tirai kabin kapal pesiar yang mengapung tenang di tengah laut biru. Sinar emas menari-nari di atas seprai putih yang kusut, menyinari dua sosok yang masih terlelap dalam pelukan satu sama lain. Hembusan angin laut dari balkon terbuka membawa aroma asin yang khas, berpadu dengan kehangatan tubuh yang baru saja melewati malam pertama sebagai suami istri.Adhinata membuka mata lebih dulu. Pandangannya langsung jatuh pada wajah Nadira yang damai, tertidur dengan napas teratur dan pipi merona. Ia tak sanggup menahan senyum."Rara ...," bisiknya pelan sambil menyibak anak rambut yang jatuh di dahi istrinya.Nadira menggeliat manja, lalu membuka mata separuh. "Pagi, Mas ...." Suaranya serak manja, seperti bisikan yang membuat debar jantung Adhinata meningkat. "Mas baru sadar, ternyata pagi di atas kapal pesiar bareng istri itu indah banget," bisiknya sambil mencium kening Nadira dan merapatkan pelukan."Mas ih ... pagi-pagi gombal." Nadira menyembun

  • JODOHKU GURU GALAK   121. Menikmati Malam Panjang

    Nadira terbangun di tengah malam dengan napas yang sedikit tersengal. Di luar, suara deburan ombak terdengar samar, menyatu dengan desir angin laut yang menembus celah-celah balkon suite mereka. Bulan masih menggantung di langit, cahayanya menerobos masuk melalui tirai yang sedikit tersibak.Ia menoleh ke samping. Adhinata tertidur pulas, satu lengannya masih melingkari pinggangnya, seperti tidak ingin melepaskannya. Wajah suaminya terlihat damai, napasnya teratur, dada bidangnya naik turun dengan ritme yang menenangkan.Nadira menggigit bibirnya. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Bukan penyesalan, bukan pula rasa takut, tapi semacam guncangan emosi yang tak bisa ia kendalikan. Ia ingin bahagia, ia tahu dirinya bahagia. Namun, ada sesuatu yang terasa berat, seakan ada yang menekan dadanya perlahan.Ia menyingkirkan tangan Adhinata dengan hati-hati, lalu turun dari ranjang tanpa suara.Nadira mengernyit ketika setiap gerakan yang ia lakukan menimbulkan rasa nyeri dan perih di are

  • JODOHKU GURU GALAK   120. Romansa di Kapal Pesiar

    Hari berikutnya, Nadira tidak menyangka sang suami memberi kejutan lagi dengan perjalanan menuju pelabuhan Benoa. Adhinata mengajak Nadira naik kapal pesiar mewah yang akan membawa mereka mengarungi lautan selama tujuh hari tujuh malam."Mas?!" Nadira menatap suaminya dengan raut tak percaya.Adhinata tak berbicara. Ia menggenggam tangan Nadira erat saat mereka menaiki tangga menuju dek utama kapal pesiar. Kapal mewah itu bersandar di pelabuhan dengan megah, tampak seperti istana yang mengapung. Cahaya lampu kristal yang memancar dari dalam kapal membuat suasana semakin memukau. Laut di sekeliling mereka memantulkan cahaya bulan yang nyaris penuh, menciptakan pemandangan malam yang sulit dilupakan."Ini serius, Mas? Mas bawa aku naik kapal pesiar?" tanya Nadira sambil menatap suaminya dengan mata berbinar.Adhinata tersenyum kecil. "Kenapa tidak? Ini kan bulan madu kita. Kamu layak mendapatkan yang terbaik, Rara."Nadira tertawa kecil, ma

  • JODOHKU GURU GALAK   119. Pulau Pribadi

    Pagi itu, Nadira terbangun dengan rasa tenang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai vila, menerangi kamar yang hangat dan nyaman. Suara debur ombak terdengar jelas, berpadu dengan kicauan burung yang seperti lagu selamat pagi dari alam. Ia membuka mata perlahan, dan menyadari bahwa ia tengah berada dalam pelukan seseorang.Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat di mana ia berada. Nadira mendongak, mendapati Adhinata masih tertidur dengan napas teratur dan mendekapnya. Wajah pria itu tampak lebih damai dari biasanya, garis-garis tegas di wajah, kini seolah melunak.Apakah semalam mereka sempat melakukan yang 'iya-iya'?Jawabannya adalah tidak. Adhinata sangat menghormati istrinya. Dia tidak akan lancang jika memang belum diizinkan. Jadi, dia akan bersabar.Nadira menatap suaminya lebih lama, merasa bersyukur atas semua yang telah mereka lalui hingga akhirnya bisa berada di tempat ini. Meski awalnya ti

  • JODOHKU GURU GALAK   118. Bulan Madu

    Langit sore mulai merona jingga ketika Nadira mengikuti langkah Adhinata dengan penuh kebingungan. Pria itu menggenggam tangannya erat, membawanya menjauh dari keramaian rombongan SMA Cakrawala. Angin lembut menyapu wajah Nadira dan membawa aroma damai, tetapi rasa penasaran yang menyelimuti pikirannya terlalu kuat untuk menikmati suasana sekitar. Beberapa kali, Nadira menoleh ke belakang."Mas, ini kita mau ke mana? Rombongan udah mau berangkat itu," tanya Nadira akhirnya, suaranya penuh keingintahuan.Adhinata tidak langsung menjawab. Ia hanya menoleh sebentar, menyunggingkan senyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya. Nadira terpaksa menurut, meskipun hatinya dipenuhi berbagai spekulasi.Setelah beberapa saat, mereka berhenti di dekat sebuah mobil SUV hitam yang diparkir cukup jauh dari bus rombongan. Seorang pria berseragam rapi berdiri di samping kendaraan, dan segera membuka pintu penumpang begitu melihat mereka mendekat."Silakan, Tuan. Semu

  • JODOHKU GURU GALAK   117. Kita Belum Selesai

    Tur akhirnya mencapai penghujung. Semua lokasi tujuan telah dikunjungi, meninggalkan lelah bercampur puas di wajah para siswa dan guru. Saat ini, mereka berkumpul di sebuah restoran, menikmati makan bersama terakhir, sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Terlalu lambat untuk disebut makan siang, dan terlalu awal untuk disebut makan malam, karena hari sudah cukup sore, saat mereka meninggalkan Desa Penglipuran.Meja-meja dipenuhi siswa yang bercanda riang. Tawa mereka sesekali pecah, terutama dari kelompok XI IPS 4, yang dikenal paling ramai. Beberapa guru, termasuk Adhinata, duduk sedikit terpisah, membentuk kelompok kecil di pojok ruangan.Di meja lainnya, Nadira terlihat duduk bersama teman-temannya, celana longgar warna krem yang membalut kakinya membuatnya tampak lebih santai meski gerakannya tetap hati-hati karena lututnya masih terluka."Celana lo baru, ya, Ra?" tanya salah seorang teman cewek, yang duduk di sebelahnya, bernama Intan. Gadis itu mena

  • JODOHKU GURU GALAK   116. Terpaksa Membongkar Rahasia

    Ketukan keras di pintu bilik membuat Adhinata dan Nadira sontak menoleh. Nadira yang masih duduk dan hanya mengenakan celana short, langsung gugup. Sementara Adhinata berdiri dengan ekspresi datar, namun ada sedikit kekesalan di wajahnya. Dengan gerakan tegas, ia menutup paha sang istri menggunakan jaketnya yang semula dipakai Nadira."Pak Nata! Saya tahu Anda di dalam! Jelaskan apa yang Anda lakukan!" Suara Pak Widodo menggema, terdengar tegang dan penuh kecurigaan.Adhinata menghela napas panjang, mencoba mengontrol emosinya. Dengan langkah santai, ia membuka pintu, memperlihatkan Pak Widodo yang sudah berdiri dengan wajah merah padam, sambil berkacak pinggang."Ada apa, Pak?" tanya Adhinata."Ada apa, ada apa?! Saya yang harusnya bertanya. Apa yang Anda lakukan di dalam?" Pak Widodo menunjuk ke arah bilik dengan gestur dramatis. Kacamata yang melorot ke ujung hidungnya semakin memperkuat ekspresi penuh amarah itu.Adhinata melirik Nadi

  • JODOHKU GURU GALAK   115. Ketegangan di Balik Bilik

    Adhinata membawa Nadira ke pos kesehatan tanpa memedulikan tatapan bingung dan bisik-bisik siswa serta guru lain. Tubuh gadis itu terasa ringan di pelukannya, tetapi kegelisahan di wajah Nadira membuat langkah Adhinata sedikit tergesa.Sesampainya di pos kesehatan, seorang petugas mendekat. "Loh, ada yang terluka? Mari saya bantu."Adhinata menggeleng halus. "Tidak perlu, Pak. Saya bisa menanganinya sendiri.""Menangani sendiri? Tapi—""Saya bertanggung jawab penuh atas dia, murid saya. Terima kasih untuk tawaran bantuannya, tapi biar saya saja," ujar Adhinata dengan nada tegas, membuat petugas itu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengalah."Baiklah. Kalau begitu, biliknya di sana. Di dalam juga sudah ada peralatan dan obat-obatan lengkap. Kalau butuh apa-apa, panggil saya saja, Pak," ujar si petugas.Adhinata mengangguk dan membawa Nadira masuk ke bilik, membiarkan pintu tertutup rapat. Ia mendudukkan Nadira di kursi, lalu ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status