Semua Bab JODOHKU GURU GALAK: Bab 31 - Bab 40

123 Bab

31. Kejutan yang Sesungguhnya

Adhinata duduk di sofa besar di ruang tengah yang terasa terlalu megah untuk kehangatan sebuah rumah. Matanya mengamati sekeliling, mencoba membiasakan diri dengan dekorasi yang dulu begitu akrab. Ornamen-ornamen emas, lukisan klasik berbingkai besar, hingga lampu gantung kristal yang memantulkan kilauan mewah. Semua itu tampak sama seperti terakhir kali ia berada di sini, tetapi nuansanya terasa lebih dingin sekarang.Apalagi saat ini ibunya tidak terlihat. Semakin dingin saja suasana.Haidar Rahaja berdiri di dekat minibar, menuang sebotol wine mahal ke dalam dua gelas kristal. Ia tampak menikmati setiap gerakannya, seolah ingin menunjukkan dominasi dan ketenangan yang ia miliki."Masih seperti dulu, 'kan?" Haidar membuka pembicaraan dengan nada santai. "Rumah ini tidak berubah, tapi kamu terlihat lebih dewasa. Hm, aku bahkan hampir tidak mengenalmu.""Tidak perlu basa-basi," tukas Adhinata.Haidar tertawa kecil, suaranya seperti gemuruh petir di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

32. Kilasan Masa Lalu

Adhinata berdiri terpaku, mulutnya terbuka tanpa kata-kata. Rasanya seperti mendengar sesuatu yang terlalu absurd untuk dipercaya. Haidar duduk di sofa dengan tenang, matanya mengamati anak bungsunya seperti sedang menilai reaksi seseorang yang baru saja mendengar teka-teki aneh."A—apa maksud Papi tadi?" tanya Adhinata dengan suara gemetar. "Papi melamar Nadira ... untukku?"Haidar tersenyum kecil, ekspresi yang anehnya membuat Adhinata semakin bingung. "Akhirnya kamu sadar juga," jawab Haidar santai."Bukan untuk Papi nikahi sendiri?" lirihnya.Pertanyaan itu membuat Haidar tertawa kecil, meskipun nadanya terdengar lebih seperti ejekan. "Kamu pikir Papi ini orang macam apa, Nata?" tanyanya dengan nada geli. "Tentu saja bukan. Aku tidak segila itu."Namun, Adhinata tidak mendengar candaan itu. Pikirannya sudah tenggelam ke dalam kenangan tujuh tahun yang lalu, saat Abhirama—kakaknya—masih hidup.Tujuh Tahun yang La
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

33. Mengistirahatkan Pikiran

Adhinata duduk di sofa ruang tamu Adrian, memandangi secangkir teh di tangannya yang sudah dingin. Ruangan itu terasa hangat dan nyaman, dipenuhi perabotan kayu dengan pencahayaan lembut. Namun, pikirannya tidak bisa tenang. Semuanya bercampur aduk—rasa bersalah, kebingungan, dan ketakutan.Di depannya, Adrian menatap dengan tenang, mengenakan kemeja santai yang digulung hingga siku. Dokter sekaligus omnya itu selalu memiliki kesan profesional sekaligus penuh perhatian. Dalam banyak hal, Adrian adalah satu-satunya keluarga yang membuat Adhinata merasa benar-benar dimengerti. Setelah kematian Abhirama, Adrian adalah orang yang membawanya keluar dari kegelapan."Kelihatannya kamu butuh bicara," kata Adrian sambil duduk di kursi sebelah. Mengambil teh yang mendingin di tangan Adhinata dan meletakkannya di meja. "Sejak datang tadi, kamu kelihatan tidak seperti biasanya. Apa yang terjadi, Nata?"Adhinata membasahi bibirnya. Dia ingin berbicara, tetapi semua kat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

34. Sebelum Janur Kuning Melengkung

Mobil hitam Adhinata meluncur keluar dari halaman rumah Adrian, meninggalkan aroma sarapan yang belum sempat selesai dinikmati, dengan alasan sudah siang dan tidak ingin terlambat ke sekolah hari ini.Di sampingnya, Regas duduk dengan tubuh bersandar malas, tetapi ekspresi wajahnya jauh dari santai. Keningnya berkerut, dan matanya sesekali melirik Adhinata dengan tatapan penuh tanda tanya."Jadi ...." Regas memulai, nada suaranya berat, "apa maksud lo tadi di meja makan? Mau nikah sama Nadira? Lo serius?"Adhinata melirik sekilas, ekspresinya tenang, bahkan sedikit menyebalkan. Sembari terus fokus pada kemudi kendaraan, dia menjawab, "Ya. Gue serius."Regas terdiam beberapa detik, mencoba mencerna. "Serius kayak ... beneran serius? Atau lo sengaja mau ngejek gue?"Adhinata terkekeh pelan. "Menurut lo?"Regas mendengkus kesal. "Gue tanya serius, Kak Nata!" Kata 'Kak Nata' sengaja dia beri tekanan.Adhinata mendesah, lalu tanpa menoleh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

35. Mungkin Ini yang Terbaik

Langit sekolah terlihat cerah, meski hati Nadira berbanding terbalik. Dia duduk di bangkunya, memandang jendela dengan pandangan kosong. Suara ramai di sekitar kelas, obrolan teman-teman tentang tugas dan rencana akhir pekan, tidak sedikit pun menarik perhatiannya. Bahkan, Salsa yang biasanya selalu berhasil menyedot atensinya dengan ocehan tak berujung, kini terasa seperti suara latar yang nyaris tak terdengar.Namun, tidak untuk waktu yang lama."Nadiraaa!" Suara khas Salsa menggelegar, membuat Nadira menoleh dengan sedikit kaget."Apa?" Nadira menjawab lemah, matanya masih sayu.Salsa menempatkan dirinya dengan gaya dramatis di samping Nadira, membawa sebuah novel tebal yang sampulnya penuh hiasan berwarna merah dan emas. "Gue baru selesai baca ini, dan Tuhan, cowok di buku ini bikin gue pengen pindah dimensi! Dia sempurna banget, Ra!"Nadira hanya mengangkat alis. "Hmm.""Hmm?" Salsa memekik, membuat beberapa teman di sekitar mereka meno
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

36. Melanggar Perjanjian

Suasana di lorong sekolah menjadi sunyi, seolah waktu berhenti sejenak. Salsa masih berdiri mematung di ujung lorong dengan ekspresi campuran antara terkejut dan penasaran.Nadira menggigit bibir bawahnya, mencoba mencari cara untuk menjelaskan situasi yang kini terasa seperti jebakan. Sementara itu, Adhinata tetap tenang, bahkan terlihat nyaris tidak peduli, meskipun sorot matanya jelas menilai Salsa dengan hati-hati."Salsa ... ini nggak seperti yang lo pikir," kata Nadira akhirnya, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan. Dia melangkah maju setengah hati, mencoba mendekati Salsa."Oh ya? Memangnya gue mikir apa, Ra?" Salsa menjawab cepat, nada suaranya terdengar defensif. Namun, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa bingung yang semakin dalam. "Gue cuma lagi nyari lo, karena lo tadi nggak bareng pulang sama gue. Tadinya gue mau langsung pulang, tapi tiba-tiba kepikiran lo. Tapi, ternyata lo malah di sini. Sama Pak Nata. Dan ... hanya berdua? Apa ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

37. Sebuah Pengakuan

"Apa?"Nadira tertegun."Bapak ... jatuh cinta sama saya?" Ia memandang Adhinata dengan mata yang membelalak tak percaya.Adhinata mengangguk pelan, tak ada rasa ragu dalam sorot matanya. "Ya. Saya jatuh cinta sama kamu, Nadira."Nadira menggelengkan kepala, mencoba mencerna kata-kata pria itu. "Bapak nggak bercanda, kan? Karena kalau ini bercanda ... ini sama sekali nggak lucu."Adhinata menatapnya serius. "Selama kamu mengenal saya, apa kamu pikir saya orang yang suka bercanda?""Tapi bagaimana bisa?" Nadira masih kebingungan. Suaranya terdengar putus asa. "Kenapa harus sekarang, di saat semuanya sudah begitu rumit?"Adhinata menarik napas panjang. "Karena perasaan nggak pernah datang di waktu yang kita inginkan, Nadira. Saya juga nggak bisa memilih.""Tapi ini enggak bener, Pak." Nadira menunduk, tangannya gemetar. "Ini cuma sandiwara. Bukankah kita sepakat untuk tidak melibatkan perasaan?"Itu yang Nadira ucapkan. Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

38. Arti Sahabat

Salsa menyandarkan tubuhnya di bangku panjang kayu, pandangannya mengamati beberapa kucing yang bermain di ruang bermain rumah singgah itu. Dia baru saja mendengar cerita panjang dari kisah Nadira yang selama ini tak diketahuinya.Ya, saat ini mereka berada di Rumah Singgah: Penampungan Kucing Liar. Tadi, Nadira sengaja meminta pada Pak Supri agar diantar ke sana, demi bisa leluasa bercerita dengan Salsa mengenai kisahnya, agar sahabatnya itu tidak salah paham."Ra, gue nggak nyangka banget. Lo serius sama cerita lo barusan?" Salsa bukannya tak percaya dengan cerita Nadira. Dia hanya tak menyangka kisah sahabat nya ini seperti di dalam drama.Nadira yang duduk di sebelahnya hanya bisa menunduk. Tangannya memainkan ujung kuku, karena canggung."Gue serius, Sa." Nadira mengangguk pelan. "Gue nggak lagi ngarang cerita, apalagi berniat bohong. Gue juga gak bermaksud diam-diam nyimpen rasa kayak gini ke Pak Nata. Apalagi gue tahu ... lo suka dia."Salsa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

39. Rencana Lamaran

"Gue mau melamar Nadira malam ini."Pernyataan itu meluncur begitu saja dari mulut Adhinata, membuat Regas yang duduk di sebelahnya melongo, matanya membelalak saking terkejutnya. Mereka sedang berada di mobil, dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan urusan di sekolah.Terpaksa guru muda itu kembali membawa sang sepupu, karena perintah Adrian yang katanya tidak bisa menjemput. Adhinata tahu, tidak mungkin tidak ada yang bisa menjemput Regas. Marisa punya banyak waktu luang. Ini hanya akal-akalan mereka agar hubungannya dengan Regas bisa akur."Hah? Seriusan, lo?!" Regas akhirnya berhasil membuka mulut setelah beberapa detik terdiam. "Becanda kan lo?"Adhinata melirik Regas dengan santai sambil tetap fokus mengemudi. "Serius, lah."Regas menggeleng kuat, mencoba mencerna kalimat yang baru saja didengarnya. "Gila! Lo udah resmi kehilangan akal sehat! Melamar? Malam ini? Nadira?"Adhinata hanya tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa. Sikap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

40. Kecelakaan

Adrian baru saja melepas jas putihnya, bersiap pulang setelah shift panjang di rumah sakit. Wajahnya lelah, tetapi pikirannya tenang, membayangkan malam yang akhirnya bisa ia habiskan di rumah bersama keluarga. Semoga saja semua orang dalam keadaan sehat, dan dia tidak perlu mendapatkan panggilan darurat.Namun, langkahnya terhenti saat suara langkah tergesa dan roda brankar terdengar memenuhi lorong Unit Gawat Darurat.Refleks, Adrian menoleh ke arah sumber suara. Tim medis UGD sudah bersiap menangani pasien yang baru saja tiba. Adrian memutuskan untuk terus berjalan, mempercayakan semuanya pada dokter yang bertugas malam itu.Namun, langkahnya kembali terhenti. Ada sesuatu yang membuat pandangannya tertarik pada pasien di brankar itu. Seberkas ingatan menyeruak, sesuatu yang tampak tak asing. Pakaian itu, tampak seperti yang dikenakan oleh keponakannya pagi tadi. Adrian mengerutkan kening, lalu mendekat untuk memastikan.Dan benar saja. Wajah pucat yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status