Semua Bab Terjerat Cinta Sang Fotografer: Bab 21 - Bab 30

70 Bab

FWB

CATALEYAFai meneguk air mineral di botol hingga nyaris tandas, menandakan bahwa dirinya benar-benar haus.“Sejak kapan kamu ada di sini?” tanyanya padaku sambil memberikan botol di tangannya padaku.“Sejak tadi.” Aku menjawab lalu memasukkan botol tersebut ke dalam tas.“Kok aku nggak tau ya?” ujarnya bingung.“Gimana mau tau kalau kamu sibuk sama yang lain.” Aku mengulangi perkataanku tadi.“Bukan sibuk tapi fokus, namanya juga lagi kerja,” jawab Fai berdalih. “Kamu kenapa bisa di sini, udah jam berapa ini?” Dia memeriksa arloji yang melingkar di pergelangannya.“Aku mau nginap di apartemen kamu, Fai.”“Hah?” Fai terlihat kaget mendengar keinginanku.“Ayo!” Aku menarik tangannya agar keluar dari studio.Mau tidak mau Fai mengikuti langkahku. Saat membuka pintu aku melepaskan kaitan tangan dari lengannya. Tempat ini memang sudah sepi, tapi bukan berarti tidak ada orang.“Kamu kenapa? Ada masalah dengan Alan?” Fai menanyakannya saat kami sudah berada di mobil.Andai saja aku bisa bica
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Kamu Yang Di Atas

FAIAku dan Cataleya mengisi waktu dengan menonton televisi di ruang tengah sambil menunggu makanan kami datang. Tadi aku memesannya melalui aplikasi yang populer di Indonesia. Nggak jauh-jauh, menuku adalah burger dan french fries.Cataleya berbaring di pangkuanku, aku membelai kepalanya, menelusupkan jari-jemari ke setiap helai rambutnya yang halus.Tiba-tiba Cataleya membalikkan badan memunggungi televisi. Dia menyembunyikan mukanya di perutku."Kenapa, Leya?" tanyaku padanya."Serem banget filmnya. Nggak ada film yang lain apa? Ngeri aku ngeliat film bunuh-bunuhan kayak gitu.""Jadi maunya nonton film apa?""Yang romantis-romantis atau apa kek.""Nggak ada film romantis jam segini, adanya kita. Atau gimana kalau kita aja yang bikin film romantisnya?"Cataleya spontan menjauhkan kepalanya dari perutku lalu menaikkan pandangannya menatap wajahku. Ada senyum malu-malu tercetak di bibirnya. Dia tidak perlu menjawab karena aku tahu apa jawabannya. Tatapan lembutnya adalah bentuk dari p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Kalian Berdua Sama Gilanya

FAIApa?" Devanka menatapku heran karena aku mencekal lengannya."Lo jangan masuk, Dev. Di dalam berantakan."Devanka terkekeh mendengar alasanku yang mungkin menurutnya aneh."Gue ke sini bukan mau meriksa apartemen lo kotor atau bersih. Lagian kenapa sih lo jadi aneh kayak gini? Udah ah, gue lagi kebelet, gue numpang ke kamar mandi sekalian." Devanka menarik tangannya hingga terlepas dari cekalanku lalu menarik langkah cepat."Dev! Devanka! Tunggu!" Aku mengejarnya.Langkah Devanka terhenti tepat di dekat sofa sebelum berbelok memasuki kamar. Dia melihat Cataleya yang sedang berbaring di sofa.Keduanya sama-sama terkejut. Cataleya duduk dengan cepat sambil menutupi tubuh dengan dress nya. Wajahnya pucat pasi saat tahu siapa yang saat ini berada di dekatnya.Tanpa melihat muka Devanka yang saat ini sedang membelakangiku aku bisa menebak bagaimana bentuk mukanya saat ini.***CATALEYAKehadiran Devanka di apartemen Fai sama sekali tidak ada di dalam prediksiku. Dan aku juga yakin bahw
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Muntah-Muntah

FAIAku terbangun pagi-pagi sekali dengan perut keroncongan. Dengan berat aku memaksa membuka mata. Semalam aku pulang larut karena Devanka mengajak clubbing. Lalu sekarang kepalaku terasa begitu berat akibat sisa-sisa hangover kemarin.Aku berjalan menuju kamar mandi membawa langkah terhuyung-huyung. Setelahnya aku membuka kulkas mencari apa pun yang bisa kusantap. Tapi tidak ada apa-apa di sana. Persediaan makananku habis. Biasanya Cataleya yang menyediakannya. Namun sudah tiga hari ini Cataleya berangkat ke Bandung. Alan mengajaknya karena ada acara keluarga di sana.Dengan embusan napas berat aku menutup pintu kulkas.Mataku memindai sekeliling, mencari apapun yang bisa kuloloskan ke dalam lambung. Barangkali secangkir teh hangat mampu memanaskan perutku.Masalahnya sekarang aku tidak tahu di mana letak gula dan teh. Selama ini Cataleyalah yang mengaturnya.Setelah mengubek-ubek seisi dapur aku menemukannya di dalam lemari kitchen set.Lima menit kemudian aku sudah duduk di ruang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Hamil

FAICataleya bergerak pelan membalikkan badannya mengarah padaku dan Alan. Begitu tatapan kami bertemu dia tampak terkejut karena tidak menyangka akan kehadiranku namun tak urung senyumnya terkembang.“Mari, Fai, silakan,” kata Alan menyuruhku. Aku masih berdiri di sisi pintu.Dengan perasaan ragu aku membawa langkah mendekati Cataleya. Belum sempat mengatakan apapun padanya Alan lebih dulu mendahuluiku bicara.“Sayang, karena sudah ada Fai di sini jadi aku ke kantor dulu. Aku ada meeting dengan Pak Handoko. Nggak enak kalau sampai telat,” ucap laki-laki itu pada istrinya.Seakan tidak ingin memberi kesempatan pada Cataleya untuk menjawab, Alan memindahkan perhatiannya padaku lalu berkata, “Fai, sorry banget aku harus pergi, aku tinggal nggak apa-apa kan?”“Nggak apa-apa,” jawabku kelu sembari membayangkan kemungkinan aku dan Cataleya hanya akan tinggal berdua saja di sini. Di kamar ini. Kamar Cataleya dan suaminya.“Makasih, Fai,” ucap Alan kemudian mengecup kening Cataleya sebelum p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bidadari Di Depan Pintu

FAI"Ya, satu kali shoot lagi. Jarinya letakin di dagu. Bukan begitu. Maksudnya ujung telunjuk kamu yang di dagu." Aku mengarahkan gaya pada Wina, model terakhir malam ini."Gini ya, Fai?" Wina bertanya sambil melakukan apa yang kuminta tapi tetap saja tidak sesuai dengan keinginanku.Aku terpaksa beranjak dari tempat lalu meninggalkan kamera sesaat."Begini, Win." Aku meraih tangannya lalu mengarahkan agar ujung telunjuknya menempel di dagu. Sementara Kenzio senyum-senyum sendiri di sofa sudut ruangan.Aku memang membawa Kenzio ke studio agar dia bisa melihat langsung seperti apa pekerjaanku. Lagian malas sendiri di apartemen, katanya.Aku melanjutkan pemotretan sampai selesai. Setelah model terakhir keluar barulah aku bisa bernapas lega."Jadi fotografer kayaknya enak juga ya. Bisa megang-megang cewek." Kenzio terkekeh saat aku menyimpan kamera ke dalam tas.Aku ikut tertawa walau tidak benar-benar datang dari hati. Hari ini pikiranku tidak jauh-jauh dari Cataleya. Aku tidak tahu ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bersandar Di Dadamu

FAIBagai merasa ada yang memerhatikannya Cataleya memandang ke arahku dan Kenzio. Namun kali ini tidak ada senyum menghiasi bibirnya seperti yang kulihat ketika dia datang di malam berkesan itu.“Itu siapa, Fai?” tanya Kenzio penasaran karena aku menghentikan langkah.“Temen,” jawabku singkat. Baru beberapa menit yang lalu aku mengaku tidak memiliki kekasih tapi sekarang tahu-tahu ada perempuan menunggu di depan pintu.“Cantik banget temen lo, temen apa dulu nih?”“Ya temenlah. Emang temen nggak boleh cantik?”Kenzio mencibir tak percaya lalu meledekku dengan memberi penekanan pada kata ‘temen’. “Berhubung temen lo udah datang jadi gue tetap di sini atau melipir dulu biar kalian bisa quality time?”“Serah lo deh,” jawabku pasrah karena seperti apapun aku menjelaskan padanya Kenzio tetap tidak akan percaya.Sepupuku itu tertawa renyah lalu melangkahkan kakinya di sebelahku.“Udah lama?” tanyaku pada Cataleya setelah kami berhadapan langsung.“Belum terlalu.” Dia menjawab dengan lesu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Big O

CATALEYAFai sepertinya memang tidak ada rasa sedikit pun padaku. Buktinya dia langsung menolak mentah-mentah ideku tanpa bertanya apa dan kenapa kontraknya diperpanjang.Jujur saja aku sedih mengetahuinya. Tapi, memangnya apa yang kuharap darinya? Aku yang sedari awal menawarkan jenis hubungan ini. Aku yang menginginkan hubungan tanpa status dengannya. Jadi kenapa sekarang aku harus galau?Sikap Fai membuatku gentar. Aku semakin yakin untuk menyembunyikan kehamilan ini darinya. Fai tidak perlu tahu daripada aku jadi malu sendiri.Aku memaksa diri memejamkan mata. Berharap kantuk datang menjemput lalu aku tertidur dengan cepat demi melarikan perasaanku.“Memangnya kenapa harus diperpanjang?” Pertayaaan Fai memaksa lagi mataku untuk terbuka.“Itu seandainya, karena aku lihat performa kamu bagus.”Bibir Fai melengkung membentuk senyum tipis. Dia lalu menjawab, “Masih banyak yang lebih bagus dari aku, Leya. Nanti yang gantiin aku pasti jauh lebih pro.”Nobody like you, Fai …Namun kalima
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Fai Yang Beruntung

FAI“Ya udahlah, jangan dibahas,” tandas Cataleya menyudahi obrolan kami. Dia tidak menjawab pertanyaan terakhirku tadi dan membiarkannya gantung begitu saja.Aku tidak memaksanya dan menganggap topik tersebut tidak perlu dibincangkan lagi.“Mau ke mana, Fai?” Cataleya menahan tanganku saat aku bergerak dan bermaksud turun dari ranjang.“Ambil kamera.”Cataleya tidak bertanya lagi, tapi matanya menatap penuh rasa penasaran.“Buat apa?” tanyanya saat aku kembali ke ranjang.“Motret kamu.”“Kayak gini?” Dia menunduk, memindai tubuh polosnya.“Nggak apa-apa kan?”“Tapi aku kan udah punya foto kayak gini.”“Yang itu beda. Waktu itu aku agak kaku motret kamu, dan status kita juga baru kenal. Boleh ya?” Aku meminta persetujuannya.Cataleya mengiakan.Aku menyibak selimut yang menutupinya hingga memamerkan lekuk-lekuk indah Cataleya. Dia berbaring menatap ke arah kamera dengan sorot innocent sekaligus sensual. Jika dia fotomodel maka aku jamin jika Cataleya akan dihargai dengan mahal.Aku j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Ciuman Di Tempat Rahasia

CATALEYAAku terbangun karena merasa lapar dan mendapati Fai tidak berada di sebelahku. Tadi aku bohong padanya waktu mengatakan sudah makan. Aslinya perutku belum berisi apa-apa. Namun sekarang aku sudah tidak bisa menahannya.Menggunakan baju kaos Fai yang longgar di badanku, aku turun dari tempat tidur lalu keluar dari kamar.Televisi di ruang tengah sedang menyala tapi ditinggal tidur oleh penontonnya, Fai dan Kenzio.Selama beberapa saat pemandangan yang tersaji di depan mata memaku gerakanku.Kedua saudara itu tidur di lantai beralaskan karpet setelah menyingkirkan meja di dekat sofa. Walau mereka tinggal di benua yang berbeda tapi Fai dan Kenzio tampak begitu dekat. Ikatan persaudaraan di antara mereka sangatlah kuat.Aku meninggalkan keduanya yang sedang pulas dalam tidur masing-masing saat merasa perutku semakin lapar.Hanya ada makanan ringan seperti roti saat aku memeriksa ruang belakang. Setangkup atau dua tangkup roti tidak akan mempan mengganjal perutku. Aku butuh lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status