Semua Bab Takdir Membawaku Padamu Malam Ini: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31

Kuda itu langsung meringkik, lalu berlari dengan kencang.Dita sangat ketakutan dan buru-buru memejamkan mata. Dia juga tidak berhenti bergerak merapat ke pelukan Angga. Jika kuda ini benar-benar menjatuhkannya, dia pasti akan menarik Angga bersamanya. Jika dia mati, Angga juga harus mati bersamanya. Bukannya Angga mengatakan dirinya adalah wanita peliharaannya? Dia baru hidup enak beberapa hari dan masih belum boleh mati.“Begitu takut, hmm?” tanya Angga dengan nada menggoda. Dia memeluk Dita dengan erat.“Emm, takut,” jawab Dita dengan suara gemetar.“Apa yang kamu takutkan? Kan ada aku!” Angga mencambuk kudanya lagi. Ketika kuda itu melompat tinggi, dia menunduk dan mencium pipi Dita dengan kuat.Wajah Dita yang tadinya dingin karena tertiup angin mulai terasa panas. Pikirannya dipenuhi dengan hal yang tidak senonoh. Ketika berada dalam kereta kuda tadi, dia tidak merasakan guncangan seperti yang Angga katakan. Namun, saat ini, dia benar-benar merasakannya.Ketika kuda melompat, Dit
Baca selengkapnya

Bab 32

“Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri yang ingin Widia menikahimu. Apa daya kami?” Taraka mengangkat bahu dan menghela napas.Pada saat ini, ada dua penunggang kuda yang melaju mendekat. Kedua orang itu adalah Sigra Darmaji dan Wira.“Apa yang kalian lakukan di sini? Sini, kasih aku coba tunggangi kuda Borana itu dulu.” Sigra menarik tali pengendali kuda dan menatap orang lainnya sambil tersenyum. Dia melirik Dita sejenak sebelum mengalihkan perhatiannya. “Angga, temanilah aku keliling beberapa putaran.”Taraka segera turun dari kuda, lalu menyerahkan tali pengendali kuda pada Sigra.“Tunggu dulu di sini.” Angga memegang pinggang Dita dan menurunkannya dari kuda.Tak lama kemudian, Sigra dan Angga pergi berkuda berdampingan. Dita tidak ingin menghabiskan waktu dengan Taraka, juga takut untuk berbicara dengan Wira. Dia pun mencari alasan dan duduk di samping untuk beristirahat.Setelah menunggang kuda selama itu, pinggang Dita terasa sangat pegal. Dia mengangkat tangannya dan memijat pingga
Baca selengkapnya

Bab 33

Ada beberapa ekor kuda tergeletak di kandang. Kaki mereka kejang-kejang, mulut mereka mengeluarkan darah yang bercampur dengan busa, mata mereka terjuling ke atas dan hanya terlihat bagian putihnya.Beberapa tabib hewan berdiri di depan kuda-kuda itu dengan kewalahan.“Bagaimana ini bisa terjadi? Ada apa ini? Mereka sakit, diracuni, atau terluka?” Seorang wanita paruh baya memegang tangan dayangnya dan bertanya dengan cemas, “Ini semua kuda yang akan ikut lomba. Aku sudah habiskan 5.000 tael untuk membelinya. Apa kerja kalian! Kenapa kalian begitu nggak becus!”“Putri Devi, jangan panik dulu. Kami lagi cari penyebabnya!" jelas tabib hewan itu sambil menyeka keringat dingin dari dahinya.“Gawat! Mereka sudah hampir mati!” seru seorang pelayan muda dengan suara tercekat. Kemudian, dia segera mendongak dan menatap Devi.“Cepat cari tabib hewan lain yang bisa mengobati kuda-kuda ini. Sekelompok tabib ini nggak berguna!” Devi menggenggam erat saputangannya dan menatap tabib-tabib hewan itu
Baca selengkapnya

Bab34

Kedua anjing itu digigit ular. Gigitannya berada di tempat tersembunyi sehingga orang-orang tidak menyadarinya. Hal yang sama terjadi pada beberapa kuda ini. Mereka juga digigit ular dan bagian yang tergigit adalah bagian selangkangan mereka. Berhubung ada terlalu banyak wanita berkumpul di sini, tabib-tabib hewan tidak berani memeriksa selangkangan kuda. Dengan adanya pengalaman merawat anjing, Dita pun membuka kaki kuda dan melihatnya. Dugaannya ternyata benar.“Dasar nggak tahu malu! Beraninya kamu ....” Semua gadis tersipu dan memalingkan muka karena tidak berani melihat.“Banyak sekali omong kosong kalian! Kalau pria yang kalian nikahi kelak nggak punya ini, kalian akan nangis!” gumam Dita.Suara Dita begitu kecil sehingga para gadis tidak dapat mendengarnya. Namun, Devi berada di dekatnya dan dapat mendengarnya dengan jelas. Wajahnya langsung memerah. Hanya saja, mengingat Dita benar-benar dapat menemukan alasannya, dia tidak marah.Dita memberi pengobatan pada kuda-kuda itu se
Baca selengkapnya

Bab 35

Dita menunduk sambil berjalan menghampiri Angga. Sebelum Dita sempat mengatakan apa-apa, Angga sudah mencubit wajahnya dan bertanya dengan ekspresi kesal, “Kamu guling-guling di tumpukan kotoran kuda?”“Kuda Putri Devi digigit ular. Aku datang untuk bantu mengobati kudanya.” Wajah Dita yang dicubit terasa sakit, tetapi dia tidak berani menyentuh Angga. Dia pun melebarkan matanya dan berbisik, “Pangeran, wajahku sakit.”“Meski sakit, kamu sepertinya juga nggak pernah jera. Aku sudah suruh kamu menunggu di sana, kenapa kamu malah keluyuran?” tegur Angga dengan wajah cemberut.Dita menunduk sambil menggenggam beberapa keping perak di tangannya dengan erat. Dia hanya mendengar Angga mengomel tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia memang pantas dimarahi. Tadi, dia tidak seharusnya datang ke sini dan merepotkan dirinya.Beberapa keping perak di tangan Dita mungkin hanya berjumlah sekitar empat atau lima tael. Tak seorang pun dari orang-orang ini yang peduli pada uang sesedikit itu. Selain i
Baca selengkapnya

Bab 36

“Pangeran sudah menyelamatkanku dari neraka. Aku nggak akan minta uang lagi pada Pangeran. Lagian, aku pernah pinjam 30 tael dari Pangeran, tapi Pangeran nggak kasih.” Dita menoleh ke arah Angga dan berkata dengan serius, “Aku sudah bilang aku bisa hasilkan uang. Pangeran sendiri yang nggak percaya.”Angga pun tidak dapat berkata-kata. Dia telah membeli kedai teh itu dan berencana untuk membawa Dita ke sana malam ini, tetapi Widia malah tiba-tiba muncul. Dia tidak ingin orang luar tahu bahwa itu adalah milik Dita karena khawatir wanita-wanita itu akan diam-diam menimbulkan masalah bagi Dita.Kereta kuda sudah tiba di gerbang dan menunggu Angga serta Dita untuk masuk.“Pakaianku kotor. Aku nggak mau kotori kereta kuda ini.” Dita berdiri di depan kereta dan berujar dengan lembut, “Aku bisa pulang dengan jalan kaki.”“Mau jalan kaki atau kabur?” tanya Angga dengan tidak senang.Setelah berbicara dengan Sigra dan kembali ke tempat semula, Angga langsung mendengar perdebatan Wira dan Ciara.
Baca selengkapnya

Bab 37

“Baik.” Ekspresi Indra langsung menjadi serius. Dia segera menangkupkan tangannya untuk memberi hormat dan menjawab, “Aku akan kembali ke sana untuk memeriksanya sekarang juga.”“Putri Devi sudah linglung. Kediaman mereka seharusnya berhenti memelihara kuda. Suruh saja mereka jalan kaki,” ucap Angga dengan nada dingin.“Ini ....” Indra ragu sejenak, lalu bertanya, “Pangeran melakukan ini demi Nona Dita?”“Kalau nggak? Memangnya demi kamu?” cibir Angga.“Sebaiknya kamu kasih Nona Dita lebih banyak uang. Dengan begitu, dia akan lebih bahagia.” Indra tertawa lagi, matanya yang mirip dengan mata rubah terlihat berbinar.“Pergi kerjakan tugasmu.” Angga mendorong Indra, lalu memberi perintah, “Kalian semua juga. Memangnya kalian buta? Cepat ikuti dia!”Kemudian, terdengar suara langkah kaki yang menjauh di kegelapan malam.Indra mengipasi dirinya sendiri dan menghela napas. “Ternyata hati Pangeran benar-benar sudah tergerak.”“Meski yang kupelihara itu kucing atau anjing, aku tetap akan mera
Baca selengkapnya

Bab 38

Haih! Dita hanya menyayangkan kedai tehnya. Lokasinya sempurna dan pencahayaannya bagus. Kenapa kedai teh itu malah jadi milik Angga? Sekarang, dia juga merasa malu untuk meminta kedai itu dari Angga. Andaikan dia lebih sabar dan tidak menuduh Angga. Mungkin, kedai itu sudah menjadi miliknya sekarang. Dita sungguh menyesal. Dia merasa, terkadang harga diri itu tidak boleh terlalu dianggap serius. Dita menyesali tindakannya untuk beberapa saat. Tiba-tiba, ada sebuah sosok menjulang tinggi yang berada di atasnya. Dia dengan malas memalingkan wajahnya yang memerah karena panas sambil berbisik, “Kak Santika, apa orang itu sudah kembali?”“Siapa?” ​​Angga berjongkok, lalu mencelupkan tangannya ke kolam dan memercikkan air ke arah Dita. Ternyata begini sikap gadis kecil ini di belakangnya.“Pangeran.” Dita menenangkan dirinya, lalu buru-buru melipat uang kertas itu dan menaruhnya di bawah pakaian bersihnya. Setelah itu, dia baru berbalik untuk menatap Angga.“Bukakan pakaianku,” perintah A
Baca selengkapnya

Bab 39

Dita langsung gugup. Irma sudah dicambuk karena dirinya, apa Putri Agung ingin menipunya tinggal di sana, lalu membunuhnya?“Jangan takut. Putri Agung nggak pernah menyentuh siapa pun yang disukai Pangeran,” hibur Santika.“Apa kita harus pindah?” Dita bertanya dengan agak ragu, “Bagaimana kalau kita tunggu sampai Pangeran kembali dan tanyakan dulu pendapatnya?”“Nona Dita pada akhirnya tetap harus pindah.” Kasim senior itu mendesak di luar pintu, “Putri Agung mau meningkatkan statusmu. Ini merupakan hal yang sangat baik.”Apa Putri Agung mau mengangkat Dita menjadi selir?Dita merasa ragu untuk sejenak, lalu berdiri dan mengemasi barang-barangnya. Tunjangan bulanan seorang selir lebih tinggi. Dia tidak akan menolak tawaran apa pun untuk mendapatkan lebih banyak uang.Namun, Dita tidak tahu harus menyimpan perhiasan-perhiasan ini di mana. Bagaimana jika ada orang yang mencuri perhiasannya di tempat tinggal baru? Namun, jika disimpan di tempat tinggal Angga, bagaimana jika dia berubah p
Baca selengkapnya

Bab 40

Suasana di tempat ini sangat sepi. Winda dan Wisnu juga mencari sesuatu untuk dilakukan, lalu mulai bekerja dengan tenang di samping. Winda memetik sayuran, sedangkan Wisnu mencuci piring. Ketika Dita selesai berlatih menulis, hari telah siang. Pada saat yang sama, Winda sudah menyiapkan makan siang untuknya.“Tempat ini ada dapur kecil?” tanya Dita dengan girang. Dia langsung mencicipi masakan Winda.“Putri Agung bilang Nona Dita suka makan. Jadi, dia membuat pengecualian dan membuka dapur kecil untuk Nona di sini,” jawab Winda sambil membungkuk dengan hormat.Apakah ini termasuk contoh seseorang mencintai segala sesuatu yang penting bagi orang yang dicintainya? Berhubung Angga menyukai Dita, makanya Putri Agung juga memperlakukannya dengan baik?“Putri Agung memang tegas, tapi juga baik hati,” ujar Santika dengan suara rendah.Dita menggigit ujung kuasnya, lalu berpikir beberapa saat sebelum bertanya, “Kalau begitu, aku seharusnya bersujud padanya untuk mengungkapkan rasa terima kas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status