All Chapters of Takdir Membawaku Padamu Malam Ini: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Angga seperti tidak mendengar godaan Taraka. Sepasang matanya menatap lekat-lekat wajah Dita. Dia berkata dengan nada yang makin tegas, “Aku lagi tanya sama kamu. Siapa yang lukai wajahmu?”Nada Angga terdengar sangat mengintimidasi. Semua orang di tempat ini pun ketakutan. Setelah teringat tentang Angga yang memaksa Joko untuk bersujud, Irma segera berlutut. “Pangeran, aku nggak sengaja. Aku cuma lagi bercanda sama Nona Dita ....”“Pukul balik.” Angga melepaskan dagu Dita, lalu menoleh ke arah Irma.Dita pun mengomel dalam hati. Apa bedanya memukul Irma dengan memukul Putri Agung? Hari ini, Angga dapat melindunginya. Bagaimana dengan kelak? Apa yang harus dilakukannya kelak?“Kami memang cuma bercanda,” ujar Dita untuk membela Irma.“Pukul balik!” Angga membentak dengan ekspresi muram, “Tanpa izinku, orang yang berani menyentuh orangku atau barangku harus mati!” Wajah Irma sontak menjadi pucat pasi. Dia sudah sepenuhnya ketakutan hingga jatuh terduduk ke lantai.“Pangeran, jangan ma
Read more

Bab 22

Di luar halaman, terdengar suara langkah kaki. Dita dan Santika langsung gemetar, lalu menoleh ke arah luar halaman. Terlihat Darya yang memimpin pengawal berjalan masuk dengan membawa setumpuk berkas.Santika merasa sedikit lebih tenang, lalu menghampiri Darya dan mencari tahu situasinya. “Kapan Pangeran akan pulang? Apa dia akan makan di sini? Apa yang sudah terjadi hari ini?”“Jangan tanya lagi.” Darya melirik Dita, lalu berbisik dengan kening berkerut, “Beberapa hari ini, Pangeran mau diskusi masalah perjodohannya. Jangan biarkan Nona Dita keluar.”“Dengan Widia Lukardi?” tanya Santika.Darya mengangguk. “Dekret Kaisar akan segera tiba. Pangeran nggak bersedia dan lagi berdebat dengan Putri Agung.”Dita dapat mendengar pembicaraan kedua orang itu dengan jelas. Apa Angga tidak berani melampiaskan amarahnya pada Putri Agung, makanya dia baru melampiaskan amarahnya pada Irma? Namun, ini juga salah Irma sendiri. Siapa suruh dia menyinggung Angga hari ini.Setelah bolak-balik dua kali u
Read more

Bab 23

Tadi, Angga baru saja bertanya untuk apa Dita berlutut. Sekarang, dia malah memerintahkan Dita untuk berlutut dengan ekspresi dingin ....Dita langsung memutar otak, lalu berkata dengan tampang tidak berdosa, “Pangeran, kamu nggak boleh persulit aku karena kamu kesal sama orang lain dong.”“Memangnya aku mempersulitmu?” tanya Angga dengan ekspresi muram.“Tadi, aku nggak balas karena aku lembut, baik hati, murah hati, nggak mau permasalahkan hal sepele sama orang nggak penting, menghormati senior, dan lapang dada!” Dita menatap lurus ke mata Angga, lalu memuji dirinya sendiri.Angga mengeratkan genggamannya pada cangkir teh. Setelah melirik Dita untuk sesaat, dia membanting kembali cangkir teh itu ke meja. Dia menegur, “Nggak tahu diri!”Dita menjulingkan matanya dan mengumpat dalam hati, ‘Apa yang kamu tahu ....’Jika Dita juga terlahir sebagai seorang putri, dia juga pasti akan memiliki keberanian untuk melawan. Namun, siapa dia sekarang? Dia hanyalah seorang gundik yang bahkan tidak
Read more

Bab 24

“Seperti kamu duduk di pangkuanku dan aku menggoyangmu,” jawab Angga secara langsung.Dita langsung merasa malu dan menjawab dengan pelan, “Nggak mungkin.”“Coba saja kalau nggak percaya,” ujar Angga sambil menepuk-nepuk pahanya.Dita merasa ragu untuk sejenak, lalu duduk di pangkuan Angga. Angga awalnya hanya ingin menggodanya. Tak disangka, rasa penasarannya begitu besar dan dia benar-benar menuruti kata-kata Angga.Pada saat ini, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba menyeberang jalan. Pengawal yang mengemudikan kereta kuda buru-buru menarik tali pengendali kuda. Kereta kuda pun terjungkit tajam ke belakang.Dita langsung jatuh ke pelukan Angga. Tubuh mereka menempel erat tanpa sedikit pun celah.“Umph ....” Angga mengerang pelan dan memegang pinggang Dita dengan erat.“Pangeran, tadi ada anak kecil yang tiba-tiba menyeberang,” lapor pengawal itu.“Aku mengerti.” Angga menurunkan Dita dari pangkuannya, lalu membuka tirai kereta dan melirik keluar. Dia turun dari kereta kuda dan berb
Read more

Bab 25

Dita melepaskan tangannya dari pakaian-pakaian itu dengan enggan, lalu melihat pakaian-pakain lain yang dikeluarkan pemilik toko. Warna dan bahan pakaian-pakaian ini jauh lebih buruk dari yang sebelumnya. Namun, harga pakaian-pakaian ini juga beberapa tael perak. Dia tidak mampu membelinya.Dita mengelus dompet kecilnya. Di dalam, terdapat satu tael perak, satu-satunya uang yang dimilikinya. Dia sudah memikirkan semuanya dengan baik. Begitu ada kesempatan, dia akan langsung kabur. Meskipun Angga bisa melindunginya sekarang, Angga tidak mungkin melindunginya seumur hidup. Menyinggung Irma setara dengan menyinggung Putri Agung. Kehidupannya di Kediaman Putri Agung hanya akan makin menderita.“Pilih saja sendiri.” Angga mengetuk-ngetukkan jarinya ke cangkir teh. Pandangannya tertuju pada sebuah sudut di dalam toko yang menaruh perhiasan.Toko ini juga menjual sedikit perhiasan. Setelah melihat tusuk konde yang dijajarkan di sana, Angga baru teringat bahwa Dita sepertinya hanya selalu men
Read more

Bab 26

“Ini masih ada model lain. Nyonya pilih saja.”“Kami sudah harus pergi.” Angga berdiri, lalu berkata dengan santai, “Bungkus semuanya.”“Semuanya?” Dita menatap Angga dengan terkejut. Apa Angga membeli begitu banyak perhiasan karena ingin memberikannya kepada para gundik baru itu?Pemilik toko langsung mengeluarkan beberapa kotak kayu besar dengan gembira. Dia membungkus satu demi satu perhiasan itu dengan kain, lalu meletakkannya ke dalam kotak.Angga sudah tidak sabar menunggu pemilik toko menghitung total belanjaan mereka. Dia langsung meletakkan selembar uang bernilai 1.000 tael perak ke meja dan berujar, “Kalau nggak cukup, pergi saja ke Kediaman Putri Agung untuk minta kekurangannya besok.”“Cukup! Cukup!” Saat ini, senyuman pemilik toko sangat lebar hingga bola matanya sudah tidak terlihat lagi. Dia tidak berhenti membungkuk dan berkata, “Terima kasih, Tuan. Terima kasih, Nyonya.”“Aku bukan istrinya,” bisik Dita untuk mengingatkan pemilik toko.Pemilik toko tiba-tiba tersadar.
Read more

Bab 27

“Ayo turun.” Angga turun dari kereta kuda, lalu melirik Dita.Dita juga turun dari kereta kuda, lalu berjalan mengikuti Angga sambil berlari kecil.“Pangeran, kita mau ke mana?” tanya Dita sambil memberanikan diri untuk menarik ujung lengan baju Angga.“Minum teh,” jawab Angga. Dia melirik jari ramping nan mulus Dita yang menggenggam ujung lengan bajunya, lalu memperlambat langkahnya.“Pangeran suka minum teh yang dijual di sini?” tanya Dita dengan terkejut.“Nggak,” jawab Angga dengan acuh tak acuh.Jadi, untuk apa Angga datang ke tempat ini? Dita tidak dapat menebak maksud Angga dan hanya bisa mengikutinya. Setelah berbelok ke sebuah gang, terlihat sebuah kedai teh kecil.Jantung Dita pun berdetak kencang. Bukankah itu kedai teh yang ingin dibelinya? Apa Angga bersedia membelikan kedai itu untuknya? Jika benar begitu, dia akan mati kegirangan!Kedai teh ini bagaikan sepotong daging bakar kecap yang menggugah selera bagi Dita. Kedai teh itu jelas-jelas sangat sederhana, tetapi malah m
Read more

Bab 28

“Pangeran Angga ....” Berhubung Angga bersikap sangat dingin, Widia akhirnya menyingkap cadar putih topinya, lalu mendongak untuk menatap Angga. Kemudian, dia berkata dengan lembut, “Apa kita bisa bicara secara pribadi? Aku mau bahas masalah perjodohan.”“Aku nggak setuju sama perjodohan itu. Keluarga Lukardi boleh cari orang lain,” ujar Angga. Setelah merapikan lengan bajunya, dia pun berbalik dan berjalan pergi.Tidak setuju? Melihat sikap Angga yang begitu dingin, Dita bahkan menggantikan Widia merasa malu. Kenapa Angga tega menolak wanita secantik ini? Baik itu penampilan, latar belakang keluarga maupun karakter, Widia sangat cocok dengan Angga. Selain itu, Widia juga sepertinya berkepribadian lembut dan bersahabat. Jika Dita tidak sempat meninggalkan Kediaman Putri Agung tepat waktu, hidupnya akan lebih mudah apabila istri sahnya Angga selembut Widia.“Masih nggak mau jalan?” Melihat Dita yang masih terpaku di tempat, Angga pun berkata dengan nada yang agak jengkel, “Kenapa kamu
Read more

Bab 29

“Nona Widia.” Begitu melihat Widia, Dita langsung memberi hormat.“Nona Dita nggak perlu terlalu sungkan. Pangeran, ayo kita masuk.” Widia berjalan mendekat, lalu tersenyum tipis. Dia tidak menyangka Angga juga datang ke arena pacuan kuda. Dinilai dari sikap Angga yang dingin di Pasar Timur tadi, dia mengira Angga tidak akan datang.“Pangeran Angga, silakan.” Para putra bangsawan yang mengelilingi Angga mengawalnya masuk ke arena pacuan kuda.Setelah ragu sejenak, Dita melirik ke arah Widia. Dia seharusnya membiarkan Widia berjalan di depan, ‘kan?Widia melirik Dita, lalu tersenyum lembut dan berjalan mengikuti Angga. Widia berperawakan ramping, sedangkan Angga sangat tinggi dan tegap. Dilihat dari belakang, mereka memang serasi.Arena pacuan kuda ini sangat luas. Ada sebuah panggung penonton yang dibangun di balik pagar kayu yang tebal. Panggung itu dikelilingi oleh tirai tebal. Di setiap tirai, tergantung lampu dekoratif yang mewah dan indah.Sudah ada beberapa orang yang duduk di pa
Read more

Bab 30

Semua orang di sekitar pun tertawa.“Angga, dari mana kamu temukan gadis unik ini? Jangan-jangan, luka di wajahnya itu bekas gigitanmu?” ujar Jiwan lagi.“Tuan Jiwan, Nona Dita itu putri kedua Keluarga Suyatno,” jawab Widia.Senyuman Jiwan langsung membeku. Dia mengamati Dita, lalu bertanya dengan penasaran, “Gadis yang menarik perhatian Tuan Joko itu? Dia memang lumayan cantik.”“Bukan cuma lumayan cantik. Sekarang, wajahnya cuma lagi terluka. Kalau nggak, nggak ada gadis di ibu kota yang bisa menandingi kecantikannya,” ujar Taraka sambil tersenyum dan mengangkat gelas anggurnya ke arah Angga.Jiwan menatap Dita dengan rasa penasarannya yang makin mendalam. Dia tidak berhenti mengamati Dita dengan tatapan tajam, seolah-olah ingin langsung menelanjanginya.“Angga, ayo jalan! Kita coba tunggangi kudanya,” ucap Taraka sambil berdiri dan melihat ke arah kuda Borana di lapangan.Angga bangkit dan menjawab dengan dingin, “Boleh juga.”Berhubung Angga akan turun ke lapangan, Dita juga ikut b
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status