“Singkirkan itu.” Angga memiringkan kepalanya, lalu mencengkeram pergelangan tangan Dita yang ramping.Kemudian, Dita langsung menunduk dan memasukkan kue beras kuning itu ke mulutnya. Dia mengunyah kue itu dengan santai, lalu menelannya. Enak sekali! Setelah itu, dia tersenyum puas.Angga menatap Dita sejenak, lalu mengangkat tangannya dan mencubit mulutnya. “Bernyali sekali kamu! Kamu itu cuma seorang gundik, tapi berani membicarakan aku di belakang?”“Pangeran, aku nggak pernah mempelajari aturan-aturan seperti itu dari kecil. Pangeran kan murah hati, jangan permasalahkan hal ini denganku, ya. Waktu aku bersikap galak sama Pangeran di arena pacuan kuda, Pangeran juga nggak mempermasalahkannya.” Dita meletakkan mangkuk kecil tersebut di atas meja, lalu menuangkan segelas air untuk Angga.Dita sudah menyadari bahwa Angga hanya minum teh dari teko di ruang bacanya dan tidak menyentuh teh lainnya. Lagi pula, Dita juga tidak memiliki daun teh di sini. Jadi, dia menuangkan air putih untuk
Baca selengkapnya