Semua Bab MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN: Bab 11 - Bab 20

27 Bab

Bab 11

Setelah selesai merapikan tempat tidur, ia beralih ke almari, menata beberapa baju yang berantakan. Saat merapikan salah satu sudut, matanya menangkap sebuah bingkai foto. Foto keluarganya. Zaina tersenyum dan mengambilnya. Perlahan, ia melangkah ke jendela, membiarkan pandangannya menembus pemandangan malam yang tenang. Bulan bersinar begitu terang, meski hanya sedikit bintang yang menemani. Lagi-lagi, ia tersenyum saat angin malam menerpa wajahnya dengan lembut. "Itu pasti kalian, kan? Kalian menyapa Zaina," bisiknya, menatap foto dalam genggamannya. Tangannya mengelus pinggiran bingkai dengan hati-hati. "Zaina akan segera menikah. Pasti kalian kaget." Ia terkikik kecil. "Zaina juga kaget... ini tiba-tiba banget." Zaina menggigit bibirnya, menahan perasaan yang bercampur aduk di dadanya. "Zaina menikah sama Gus Arkana..." katanya pelan. Begitu kalimat itu meluncur dari bibirnya, perasaan hangat menjalar di dalam hatinya. Entah mengapa, menyebut nama pria itu sekarang t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 12

Arkana terdiam sejenak, mencerna kata-kata mereka. "That's an interesting perspective," gumamnya. Mr. Johnson tertawa kecil. "Well, saya sudah cukup tua untuk memahami hal itu." Percakapan mereka akhirnya kembali ke topik utama. Setelah beberapa pertimbangan akhir, Mr. Johnson akhirnya setuju untuk menyewa vila Arkana dalam jangka panjang. Sebuah kesepakatan besar yang akan semakin memperkuat reputasi bisnisnya. **** Senja di Bali selalu memberikan ketenangan. Langit yang mulai merona keemasan, debur ombak yang menyapa pasir putih, dan angin sepoi-sepoi yang membelai wajah. Arkana duduk sendiri di sudut sebuah kafe pinggir pantai, menyesap kopi hitam yang kini mulai dingin. Pikirannya melayang jauh, membawanya ke berbagai ingatan yang tak bisa ia lepaskan begitu saja. Di hadapannya, sepasang suami istri lanjut usia tengah menikmati hidangan mereka. Arkana tidak sengaja memperhatikan mereka—betapa sederhana, tapi penuh makna cara mereka berinteraksi. Si wanita menyuapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 13

Khadijah berjalan menuju almari kayu besar, tangannya sibuk mencari sesuatu di dalamnya. Sementara itu, Zaina duduk di tepi ranjang, bola matanya menelusuri setiap sudut kamar yang terasa begitu luas dan nyaman. "Nah, ini dia," ujar Khadijah setelah menemukan sesuatu. Wanita itu membawa sebuah kotak merah beludru dan duduk di samping Zaina. Dengan perlahan, ia membuka kotak itu, memperlihatkan isi di dalamnya. Zaina terpaku. Di dalam kotak itu terdapat satu set perhiasan emas sebuah kalung dengan ukiran halus, sepasang anting, sebuah gelang, dan sebuah cincin dengan permata kecil di tengahnya. Semuanya tampak begitu berharga. “Ini perhiasan turun-temurun dari keluarga kami,” ucap Khadijah dengan lembut. “Karena kamu adalah menantu pertama dalam keluarga ini, umi serahkan ini untukmu.” Zaina menelan ludah. Ia tidak menyangka akan menerima sesuatu yang begitu berharga. "Umi, ini terlalu banyak. Zaina merasa tidak pantas menyimpan perhiasan ini," ucapnya, menolak dengan sop
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bab 14

Siang itu, Zaina baru saja selesai membantu di dapur pesantren ketika langkahnya dihentikan oleh suara sinis yang sudah tak asing di telinganya. Hana menatap Zaina dengan sinis, tangannya bersedekap di depan dada. "Lihat saja, baru mau jadi menantu Kyai Ghifari saja sudah besar kepala," ujarnya dengan nada tajam. Zaina yang sejak tadi berusaha diam, akhirnya mendongak, menatap Hana dengan mata tajam. "Kamu bilang aku besar kepala?" suaranya tenang, tapi penuh tekanan. "Memang benar, kan?" Hana mendengus, "Jangan kira semua orang di sini senang dengan pernikahanmu, Zaina. Aku yakin, kalau bukan karena belas kasihan, Gus Arkana nggak akan pernah memilih kamu." Ucapan itu menampar harga diri Zaina. Tapi alih-alih marah, gadis itu justru tersenyum miring. "Belas kasihan, ya?" Zaina melipat tangannya. "Seperti belas kasihan yang aku berikan ke kamu waktu aku diam saja soal kejadian di gudang?" Warna wajah Hana langsung berubah. "Apa maksudmu?" Zaina mendekat selangkah. "Aku dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 15

"Bener, nanti kalau Arkana sudah cocok sama masakanmu, dia pasti nggak bakalan makan di luar lagi. Percaya sama Umi," tambah Khadijah sambil tersenyum penuh arti. Zaina hanya tersenyum tipis, sementara Arkana meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya. Entah kenapa, ucapan uminya barusan terasa begitu nyata di telinganya. Athar menundukkan kepalanya lebih dalam, menyembunyikan ekspresi yang sulit ia kendalikan. Bagaimana bisa seseorang yang diam-diam kau cintai justru menikah dengan kakakmu sendiri? Namun, ia harus menerima kenyataan. Karena seberapa besar pun perasaannya, ia tidak punya hak untuk mengubah takdir. Suasana yang hangat itu mendadak sedikit berubah ketika Ghifari membuka topik baru. "Ngomong-ngomong, soal wali nikah Zaina nanti..." ujar Ghifari, meletakkan sendoknya perlahan. Semua mata langsung tertuju padanya. Zaina ikut menunduk. Ia tahu ini pasti akan dibahas cepat atau lambat. "Keluarganya yang tersisa hanya suami Ani, tapi..." Ghifari me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 16

Arkana mengusap punggung adiknya, membiarkannya meluapkan perasaan. Namun, tangisan Athar tiba-tiba semakin keras. "Athar nggak rela kalau Mas nikah sama Mbak Zaina," suaranya terdengar samar, tapi cukup jelas di telinga Arkana. Arkana melepas pelukan mereka dan menatap Athar serius. "Nggak rela kenapa? Kamu suka sama Zaina?" tanyanya to the point. Athar meneguk ludah, matanya membulat kaget. Ia buru-buru menggeleng, lalu berseru, "Maksud Athar, Mas suka marah-marah. Takut Mas nanti marahin Mbak Zaina!" ujarnya cepat, mencari alasan. Arkana tersenyum penuh arti, tahu betul adiknya sedang mengelak. Ia kembali merangkul Athar dengan satu tangan, menepuk bahunya. "Tenang aja, Mas nggak akan jahat sama Zaina," katanya santai. Lalu, dengan nada menggoda, ia menambahkan, "Tapi kayaknya Zaina kesayangan kamu banget, ya? Kamu beneran nggak ada rasa sama calon kakak iparmu?" Di telinga Athar, pertanyaan itu terdengar seperti peringatan. Ia langsung melotot. "Mas Arkana! Jangan asal n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 17

Kini, Zaina dan Arkana berdiri di pelaminan, menyambut tamu yang hadir satu per satu. Sejak tadi, mereka belum banyak berbicara, sama-sama diliputi gugup dan canggung. Di tengah suasana itu, seorang pria menghampiri Arkana dengan senyum lebar, lalu merangkulnya erat. "Selamat, Kana! Akhirnya, kamu juga menikah." Di belakangnya, seorang wanita muda membawa bayi perempuan berusia sekitar enam bulan. "Selamat ya, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah," ujar wanita itu dengan hangat. Zaina membalas dengan anggukan kecil. "Terima kasih, Mbak." Tatapannya kemudian beralih ke bayi kecil yang tengah digendong wanita itu. Wajah mungilnya tampak menggemaskan, dengan mata bulat yang berbinar penuh rasa ingin tahu. "Anaknya lucu sekali. Siapa namanya?" Sang ibu, Indah, tersenyum lalu bersuara menirukan nada anak kecil, "Nama aku Rara, Tante." Zaina tertawa kecil. Sementara itu, bayi Rara terus menatapnya, lalu tiba-tiba merentangkan kedua tangannya, seolah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 18

Sesampainya di depan pintu, Arkana mengetuk pelan sebelum masuk. "Assalamualaikum," salamnya. namun Arkana tidak melihat seseorang pun didalam kamar, mungkin gadis itu sedang berada di kamar mandi. Ia melepas jas dan kopiah, lalu menggulung lengan kemejanya. Beberapa kancing atas juga ia lepas agar lebih nyaman. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan Zaina keluar tanpa menyadari keberadaan suaminya. Rambutnya masih setengah basah, belum tertutup hijab. Saat ia menoleh dan mendapati Arkana berdiri di dekat ranjang, refleks ia menjerit kecil. "Maaf, Gus!" serunya panik, cepat-cepat meraih handuk untuk menutupi rambutnya. Arkana yang menyaksikan reaksi itu hanya tersenyum kecil, lalu berjalan mendekat. "Kamu tidak perlu minta maaf," katanya pelan. "Mulai sekarang, aku adalah suamimu. Aku punya hak atas semua yang ada pada dirimu." Kalimat terakhirnya ia bisikkan tepat di telinga Zaina, membuat gadis itu semakin gugup. Jantungnya berdebar lebih kencang. Ia tidak t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 19

Athar tersenyum tipis melihat tingkah temannya. Namun, seketika itu juga pikirannya kembali pada satu hal yang belakangan ini sulit ia lupakan. "Kayaknya aku harus cepet-cepet move on deh dari Mbak Zaina. Masa gue gini-gini aja terus sih? Ini juga kenapa sukanya sama yang lebih tua? Bikin ribet aja." Ia mengusap wajahnya, merasa kesal dengan diri sendiri. Tanpa berpikir panjang, Athar berdiri dan berjalan ke luar asrama. Entah mau ke mana, yang jelas ia butuh udara segar. **** "Pakai lauk apa, Gus?" tanya Zaina sambil menatap suaminya. Arkana yang sedang menuangkan air ke gelasnya menoleh sebentar. "Ayam sama telur aja," jawabnya santai. Zaina mengangguk lalu dengan cekatan mengambilkan makanan untuk suaminya. Dari seberang meja, Khadijah dan Ghifari memperhatikan pasangan baru itu dengan senyum penuh makna. Tak lama kemudian, Zaina menyodorkan piring berisi lauk pilihan Arkana. "Terima kasih," ujar Arkana singkat. Zaina hanya mengangguk, sementara Khadijah yang seda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 20

Suasana semakin canggung. Yanti terperangah, sementara Bu Linda dan Bu Umi hanya bisa saling pandang, tidak menyangka pertemuan ini akan berujung seperti ini. "Zaina, kita pulang," ucap Khadijah akhirnya, berdiri dari tempat duduknya. Zaina ikut berdiri, mengangguk sopan pada para ibu-ibu yang masih duduk. "Permisi, Bu. Assalamualaikum," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan. "Waalaikumsalam," jawab Bu Linda dan Bu Umi hampir bersamaan, masih menatap Khadijah tidak enak juga dengan kejadian tadi. **** Setelah makan siang bersama teman-teman Umi Khadijah, Arkana datang menjemput Zaina. Namun, Umi Khadijah tidak ikut pulang bersama mereka, karena ia harus singgah terlebih dahulu ke toko busananya. Sebelum keluar dari mobil, Umi menatap lembut menantunya. "Zaina, yang tadi jangan dipikirkan, ya. Umi minta maaf kalau kamu tersinggung dengan perkataan teman Umi," ucapnya dengan nada penuh kasih. Zaina tersenyum kecil, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya masih teras
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status