Share

Bab 13

Penulis: Narra Azahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 20:04:16

Khadijah berjalan menuju almari kayu besar, tangannya sibuk mencari sesuatu di dalamnya. Sementara itu, Zaina duduk di tepi ranjang, bola matanya menelusuri setiap sudut kamar yang terasa begitu luas dan nyaman.

"Nah, ini dia," ujar Khadijah setelah menemukan sesuatu.

Wanita itu membawa sebuah kotak merah beludru dan duduk di samping Zaina. Dengan perlahan, ia membuka kotak itu, memperlihatkan isi di dalamnya.

Zaina terpaku.

Di dalam kotak itu terdapat satu set perhiasan emas sebuah kalung dengan ukiran halus, sepasang anting, sebuah gelang, dan sebuah cincin dengan permata kecil di tengahnya. Semuanya tampak begitu berharga.

“Ini perhiasan turun-temurun dari keluarga kami,” ucap Khadijah dengan lembut. “Karena kamu adalah menantu pertama dalam keluarga ini, umi serahkan ini untukmu.”

Zaina menelan ludah. Ia tidak menyangka akan menerima sesuatu yang begitu berharga.

"Umi, ini terlalu banyak. Zaina merasa tidak pantas menyimpan perhiasan ini," ucapnya, menolak dengan sop
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 14

    Siang itu, Zaina baru saja selesai membantu di dapur pesantren ketika langkahnya dihentikan oleh suara sinis yang sudah tak asing di telinganya. Hana menatap Zaina dengan sinis, tangannya bersedekap di depan dada. "Lihat saja, baru mau jadi menantu Kyai Ghifari saja sudah besar kepala," ujarnya dengan nada tajam. Zaina yang sejak tadi berusaha diam, akhirnya mendongak, menatap Hana dengan mata tajam. "Kamu bilang aku besar kepala?" suaranya tenang, tapi penuh tekanan. "Memang benar, kan?" Hana mendengus, "Jangan kira semua orang di sini senang dengan pernikahanmu, Zaina. Aku yakin, kalau bukan karena belas kasihan, Gus Arkana nggak akan pernah memilih kamu." Ucapan itu menampar harga diri Zaina. Tapi alih-alih marah, gadis itu justru tersenyum miring. "Belas kasihan, ya?" Zaina melipat tangannya. "Seperti belas kasihan yang aku berikan ke kamu waktu aku diam saja soal kejadian di gudang?" Warna wajah Hana langsung berubah. "Apa maksudmu?" Zaina mendekat selangkah. "Aku dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 15

    "Bener, nanti kalau Arkana sudah cocok sama masakanmu, dia pasti nggak bakalan makan di luar lagi. Percaya sama Umi," tambah Khadijah sambil tersenyum penuh arti. Zaina hanya tersenyum tipis, sementara Arkana meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya. Entah kenapa, ucapan uminya barusan terasa begitu nyata di telinganya. Athar menundukkan kepalanya lebih dalam, menyembunyikan ekspresi yang sulit ia kendalikan. Bagaimana bisa seseorang yang diam-diam kau cintai justru menikah dengan kakakmu sendiri? Namun, ia harus menerima kenyataan. Karena seberapa besar pun perasaannya, ia tidak punya hak untuk mengubah takdir. Suasana yang hangat itu mendadak sedikit berubah ketika Ghifari membuka topik baru. "Ngomong-ngomong, soal wali nikah Zaina nanti..." ujar Ghifari, meletakkan sendoknya perlahan. Semua mata langsung tertuju padanya. Zaina ikut menunduk. Ia tahu ini pasti akan dibahas cepat atau lambat. "Keluarganya yang tersisa hanya suami Ani, tapi..." Ghifari me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 16

    Arkana mengusap punggung adiknya, membiarkannya meluapkan perasaan. Namun, tangisan Athar tiba-tiba semakin keras. "Athar nggak rela kalau Mas nikah sama Mbak Zaina," suaranya terdengar samar, tapi cukup jelas di telinga Arkana. Arkana melepas pelukan mereka dan menatap Athar serius. "Nggak rela kenapa? Kamu suka sama Zaina?" tanyanya to the point. Athar meneguk ludah, matanya membulat kaget. Ia buru-buru menggeleng, lalu berseru, "Maksud Athar, Mas suka marah-marah. Takut Mas nanti marahin Mbak Zaina!" ujarnya cepat, mencari alasan. Arkana tersenyum penuh arti, tahu betul adiknya sedang mengelak. Ia kembali merangkul Athar dengan satu tangan, menepuk bahunya. "Tenang aja, Mas nggak akan jahat sama Zaina," katanya santai. Lalu, dengan nada menggoda, ia menambahkan, "Tapi kayaknya Zaina kesayangan kamu banget, ya? Kamu beneran nggak ada rasa sama calon kakak iparmu?" Di telinga Athar, pertanyaan itu terdengar seperti peringatan. Ia langsung melotot. "Mas Arkana! Jangan asal n

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 17

    Kini, Zaina dan Arkana berdiri di pelaminan, menyambut tamu yang hadir satu per satu. Sejak tadi, mereka belum banyak berbicara, sama-sama diliputi gugup dan canggung. Di tengah suasana itu, seorang pria menghampiri Arkana dengan senyum lebar, lalu merangkulnya erat. "Selamat, Kana! Akhirnya, kamu juga menikah." Di belakangnya, seorang wanita muda membawa bayi perempuan berusia sekitar enam bulan. "Selamat ya, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah," ujar wanita itu dengan hangat. Zaina membalas dengan anggukan kecil. "Terima kasih, Mbak." Tatapannya kemudian beralih ke bayi kecil yang tengah digendong wanita itu. Wajah mungilnya tampak menggemaskan, dengan mata bulat yang berbinar penuh rasa ingin tahu. "Anaknya lucu sekali. Siapa namanya?" Sang ibu, Indah, tersenyum lalu bersuara menirukan nada anak kecil, "Nama aku Rara, Tante." Zaina tertawa kecil. Sementara itu, bayi Rara terus menatapnya, lalu tiba-tiba merentangkan kedua tangannya, seolah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 18

    Sesampainya di depan pintu, Arkana mengetuk pelan sebelum masuk. "Assalamualaikum," salamnya. namun Arkana tidak melihat seseorang pun didalam kamar, mungkin gadis itu sedang berada di kamar mandi. Ia melepas jas dan kopiah, lalu menggulung lengan kemejanya. Beberapa kancing atas juga ia lepas agar lebih nyaman. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan Zaina keluar tanpa menyadari keberadaan suaminya. Rambutnya masih setengah basah, belum tertutup hijab. Saat ia menoleh dan mendapati Arkana berdiri di dekat ranjang, refleks ia menjerit kecil. "Maaf, Gus!" serunya panik, cepat-cepat meraih handuk untuk menutupi rambutnya. Arkana yang menyaksikan reaksi itu hanya tersenyum kecil, lalu berjalan mendekat. "Kamu tidak perlu minta maaf," katanya pelan. "Mulai sekarang, aku adalah suamimu. Aku punya hak atas semua yang ada pada dirimu." Kalimat terakhirnya ia bisikkan tepat di telinga Zaina, membuat gadis itu semakin gugup. Jantungnya berdebar lebih kencang. Ia tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 19

    Athar tersenyum tipis melihat tingkah temannya. Namun, seketika itu juga pikirannya kembali pada satu hal yang belakangan ini sulit ia lupakan. "Kayaknya aku harus cepet-cepet move on deh dari Mbak Zaina. Masa gue gini-gini aja terus sih? Ini juga kenapa sukanya sama yang lebih tua? Bikin ribet aja." Ia mengusap wajahnya, merasa kesal dengan diri sendiri. Tanpa berpikir panjang, Athar berdiri dan berjalan ke luar asrama. Entah mau ke mana, yang jelas ia butuh udara segar. **** "Pakai lauk apa, Gus?" tanya Zaina sambil menatap suaminya. Arkana yang sedang menuangkan air ke gelasnya menoleh sebentar. "Ayam sama telur aja," jawabnya santai. Zaina mengangguk lalu dengan cekatan mengambilkan makanan untuk suaminya. Dari seberang meja, Khadijah dan Ghifari memperhatikan pasangan baru itu dengan senyum penuh makna. Tak lama kemudian, Zaina menyodorkan piring berisi lauk pilihan Arkana. "Terima kasih," ujar Arkana singkat. Zaina hanya mengangguk, sementara Khadijah yang seda

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 20

    Suasana semakin canggung. Yanti terperangah, sementara Bu Linda dan Bu Umi hanya bisa saling pandang, tidak menyangka pertemuan ini akan berujung seperti ini. "Zaina, kita pulang," ucap Khadijah akhirnya, berdiri dari tempat duduknya. Zaina ikut berdiri, mengangguk sopan pada para ibu-ibu yang masih duduk. "Permisi, Bu. Assalamualaikum," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan. "Waalaikumsalam," jawab Bu Linda dan Bu Umi hampir bersamaan, masih menatap Khadijah tidak enak juga dengan kejadian tadi. **** Setelah makan siang bersama teman-teman Umi Khadijah, Arkana datang menjemput Zaina. Namun, Umi Khadijah tidak ikut pulang bersama mereka, karena ia harus singgah terlebih dahulu ke toko busananya. Sebelum keluar dari mobil, Umi menatap lembut menantunya. "Zaina, yang tadi jangan dipikirkan, ya. Umi minta maaf kalau kamu tersinggung dengan perkataan teman Umi," ucapnya dengan nada penuh kasih. Zaina tersenyum kecil, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya masih teras

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 21

    Pagi ini, Zaina dan Arkana sudah siap untuk berangkat ke Bandung. Sebelum pergi, Zaina menyempatkan diri untuk berpamitan dengan teman-temannya di dapur pesantren. "Udah siap, Za?" suara Arkana terdengar dari pintu kamar. Pria itu mengenakan kemeja rapi dipadukan dengan sarung. Zaina menoleh, mengangguk, lalu menutup kopernya. Arkana dengan sigap membantunya membawa koper ke luar. Di ruang makan, Khadijah sedang duduk sambil menyeruput teh hangat. Saat melihat keduanya, ia langsung bertanya, "Udah siap?" "Iya, Umi. Kami terbang pukul sembilan," jawab Arkana. "Hati-hati ya, Nak. Kalian diantar Pak Harto, kan?" tanya Khadijah, memastikan. Zaina mengangguk, sementara Arkana sudah keluar lebih dulu untuk memasukkan koper ke bagasi mobil. Zaina dan Khadijah berjalan beriringan menuju halaman. Sepanjang jalan, Khadijah menggenggam tangan menantunya erat, seolah ingin menyampaikan banyak hal tanpa kata-kata. "Umi, kita pamit ya. Umi jaga diri baik-baik," ujar Zaina lembut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 27

    Zaina menatapnya skeptis. "Rara pasti nangis kalau sama kamu, Mas," ucapnya penuh keyakinan. Arkana menoleh ke Rara. "Iya, Ra?" tanyanya mencoba menantang. Seakan mengerti, bayi mungil itu langsung mengangguk. Zaina tertawa kecil, "Lucu banget ya, Mas, Rara ini." Arkana tersenyum, "Kalau kamu suka anak kecil, gimana kalau kita bikin satu sendiri?" tanyanya santai, menatap Zaina dengan ekspresi penuh arti. Mendengar ucapan Arkana, pipi Zaina sempat memerah karena canggung. Namun, ia buru-buru menormalkan ekspresinya. "Udah ah, jangan ngomong yang aneh-aneh," ucapnya, lalu melangkah lebih cepat. Di dalam hatinya, Zaina mencoba meyakinkan diri. "Arkana sudah punya perasaan sama perempuan lain sebelum aku. Kata-katanya tadi pasti cuma kebetulan." Namun, langkahnya terhenti saat suara Arkana kembali terdengar. "Aneh apanya? Kita ini suami istri, kan? Kamu nggak mau melahirkan anak untuk saya?" tanyanya, terdengar santai namun penuh makna. Zaina langsung berbalik, menatap A

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 26

    "Kenapa? Kok kayak lagi ada masalah besar gitu?" ujar Adam begitu masuk ke ruangan Arkana. Arkana yang sempat tersentak langsung berpura-pura sibuk, memainkan pulpen di tangannya seolah sedang berpikir keras tentang pekerjaannya. "Cerita, bro. Kalau ada masalah," lanjut Adam sambil menjatuhkan tubuhnya ke kursi di depan meja Arkana. Ia memutar-mutar kursinya dengan santai, menatap sahabatnya yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Arkana menghela napas sebelum akhirnya bertanya, "Indah pernah ngejauhin lo tiba-tiba gak?" Adam mengernyit, berpikir sejenak. "Selama ini sih nggak pernah," jawabnya, lalu menyandarkan punggungnya. "Tapi kalau lagi ngambek sih iya." Arkana mengetukkan pulpennya ke meja, lalu menatap Adam dengan serius. "Cewek biasanya ngambek gara-gara apa sih?" Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba mengingat pengalaman pribadinya. "Cemburu. Atau nggak, karena gue kurang peka." Arkana mengangguk pelan. Adam memperhatikan ekspresi sahabatnya la

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 25

    Arkana yang mendengar segera berlari ke dapur dengan wajah panik. "Kenapa, Za?" tanyanya cemas, langsung meraih tangan Zaina untuk memastikan lukanya. Namun, Zaina buru-buru menepis tangannya dan segera membasuh luka itu dengan air. "Kamu gak papa?" suara Arkana terdengar lembut, penuh kekhawatiran. Zaina tak menjawab. Sayatan ini memang kecil, tapi rasa perihnya seakan menusuk lebih dalam dari sekadar luka fisik. Gadis itu hanya diam, berjalan ke meja makan lalu duduk dengan tatapan kosong. Arkana pun mengikuti, tanpa suara, sebelum akhirnya mengambil segelas air dan menyodorkannya pada Zaina. "Minum dulu," ujarnya pelan. Zaina menerima gelas itu dan meneguknya tanpa banyak kata. "Aku ambilkan plester, ya?" tawar Arkana. "Tidak usah, Mas. Ini hanya luka kecil." Zaina menolak dengan suara yang nyaris datar. Ia kembali bangkit dan berjalan ke dapur, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Arkana menghela napas, tapi tetap mengikuti Zaina. "Biar aku aja yang mas

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 24

    Arkana menyandarkan tubuhnya. "Kos yang gue kelola selama ini gak jalan sebagus villa. Gue mikir, daripada terus bertahan dengan kos yang sepi peminat, kenapa gak kita ubah jadi villa baru?" Adam tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Itu bisa jadi ide bagus, sih. Tapi lo yakin bisa bersaing sama villa lain? udah banyak Villa ternama disini, termasuk Aruna Hills ini, tapi kalau lo bikin villa baru, lo harus bangun branding dari awal." Arkana mengangguk. "Makanya gue mau bikin konsep yang beda. Sesuatu yang unik, yang gak cuma tempat nginep, tapi juga experience." Adam terkekeh. "Lo kayaknya udah mikirin ini matang-matang, ya?" "Gue gak mau ambil risiko kalau gak yakin," ujar Arkana. "Makanya gue tanya lo, menurut lo ide ini worth it atau enggak?" Adam menyandarkan punggungnya, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kalau ada konsep kuat, promosi jalan, dan marketnya jelas, gue rasa bisa sukses. Tapi lo butuh strategi yang lebih dari sekadar ubah kos jadi villa." Arkana

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 23

    Sinta mengangkat alis, menunggu lanjutan kalimatnya. "...dari gula," lanjut Athar cepat sebelum yang lain sempat menggoda. Zora dan Nindi langsung mendesah kecewa. "Ih, kirain mau gombal!" Abid hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Athar gombal? Kayaknya dunia belum siap buat itu," celetuknya. Sinta mendengus kecil lalu mengambil satu potong mangga dan menggigitnya dengan puas. Tiba-tiba Athar menoleh ke arah Sinta. "Eh, kamu anak mana sih?" tanyanya santai. Sinta refleks menoleh, sedikit heran dengan pertanyaan mendadak itu. "Jombang, Gus," jawabnya sambil tetap melahap mangganya. Athar mengangguk-angguk pelan, tampak berpikir sejenak. "Kita gak ditanya, Gus?" protes Nindi berharap mendapatkan perhatian yang sama. Athar melirik sekilas. "Surabaya, kan?" tanyanya dengan wajah datar. Nindi menghela napas panjang, lalu menepuk dahinya sendiri. "Yaelah, Thar. Udah gak seru," gumamnya. Zora yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka tiba-tiba menyeringai. "Kayaknya

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 22

    "Terserah," jawab Arkana dengan nada lembut, membuat Zaina menoleh dan mengerutkan dahi. "Mas ini, semuanya terserah," gumamnya pelan sambil akhirnya memilihkan produk untuk suaminya. Setelah merasa semua belanjaan sudah lengkap, mereka berjalan menuju kasir. Namun, saat melewati bagian buah-buahan, Zaina tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Mas!" serunya spontan, membuat Arkana sedikit kaget. "Kenapa?" tanya Arkana heran. "Untung aja aku ingat, kita belum beli buah," ujar Zaina. "Gapapa kan, Mas?" Arkana menoleh ke bagian buah-buahan dan mengangguk. "Gapapa, kamu mau buah apa?" tanyanya. "Mangga, kayaknya enak sih, Mas." Zaina menatap tumpukan mangga berwarna kuning kemerahan yang tampak segar dan menggoda. "Apel juga mau, jeruk juga, anggur juga... Eh, gapapa kan, Mas?" tanya Zaina sedikit ragu, takut belanjaannya terlalu banyak. Arkana hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya. "Gapapa, Za. Pilih aja sesukamu." Mendengar itu, Zaina tersenyum girang dan mulai m

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 21

    Pagi ini, Zaina dan Arkana sudah siap untuk berangkat ke Bandung. Sebelum pergi, Zaina menyempatkan diri untuk berpamitan dengan teman-temannya di dapur pesantren. "Udah siap, Za?" suara Arkana terdengar dari pintu kamar. Pria itu mengenakan kemeja rapi dipadukan dengan sarung. Zaina menoleh, mengangguk, lalu menutup kopernya. Arkana dengan sigap membantunya membawa koper ke luar. Di ruang makan, Khadijah sedang duduk sambil menyeruput teh hangat. Saat melihat keduanya, ia langsung bertanya, "Udah siap?" "Iya, Umi. Kami terbang pukul sembilan," jawab Arkana. "Hati-hati ya, Nak. Kalian diantar Pak Harto, kan?" tanya Khadijah, memastikan. Zaina mengangguk, sementara Arkana sudah keluar lebih dulu untuk memasukkan koper ke bagasi mobil. Zaina dan Khadijah berjalan beriringan menuju halaman. Sepanjang jalan, Khadijah menggenggam tangan menantunya erat, seolah ingin menyampaikan banyak hal tanpa kata-kata. "Umi, kita pamit ya. Umi jaga diri baik-baik," ujar Zaina lembut.

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 20

    Suasana semakin canggung. Yanti terperangah, sementara Bu Linda dan Bu Umi hanya bisa saling pandang, tidak menyangka pertemuan ini akan berujung seperti ini. "Zaina, kita pulang," ucap Khadijah akhirnya, berdiri dari tempat duduknya. Zaina ikut berdiri, mengangguk sopan pada para ibu-ibu yang masih duduk. "Permisi, Bu. Assalamualaikum," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan. "Waalaikumsalam," jawab Bu Linda dan Bu Umi hampir bersamaan, masih menatap Khadijah tidak enak juga dengan kejadian tadi. **** Setelah makan siang bersama teman-teman Umi Khadijah, Arkana datang menjemput Zaina. Namun, Umi Khadijah tidak ikut pulang bersama mereka, karena ia harus singgah terlebih dahulu ke toko busananya. Sebelum keluar dari mobil, Umi menatap lembut menantunya. "Zaina, yang tadi jangan dipikirkan, ya. Umi minta maaf kalau kamu tersinggung dengan perkataan teman Umi," ucapnya dengan nada penuh kasih. Zaina tersenyum kecil, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya masih teras

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 19

    Athar tersenyum tipis melihat tingkah temannya. Namun, seketika itu juga pikirannya kembali pada satu hal yang belakangan ini sulit ia lupakan. "Kayaknya aku harus cepet-cepet move on deh dari Mbak Zaina. Masa gue gini-gini aja terus sih? Ini juga kenapa sukanya sama yang lebih tua? Bikin ribet aja." Ia mengusap wajahnya, merasa kesal dengan diri sendiri. Tanpa berpikir panjang, Athar berdiri dan berjalan ke luar asrama. Entah mau ke mana, yang jelas ia butuh udara segar. **** "Pakai lauk apa, Gus?" tanya Zaina sambil menatap suaminya. Arkana yang sedang menuangkan air ke gelasnya menoleh sebentar. "Ayam sama telur aja," jawabnya santai. Zaina mengangguk lalu dengan cekatan mengambilkan makanan untuk suaminya. Dari seberang meja, Khadijah dan Ghifari memperhatikan pasangan baru itu dengan senyum penuh makna. Tak lama kemudian, Zaina menyodorkan piring berisi lauk pilihan Arkana. "Terima kasih," ujar Arkana singkat. Zaina hanya mengangguk, sementara Khadijah yang seda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status